Sanlat Pertama Zu

Salah satu kegiatan untuk mengisi liburan bagi 3pzh adalah mengikuti sanlat (pesantren kilat). Biasanya sanlat diadakan selama 4 hari 3 malam di area perkemahan. Tujuannya untuk belajar kemandirian dan membiasakan ibadah harian.

Ini yang ketiga kalinya zi ikutan sanlat, diluar sanlat yang dari program sekolah. Sanlat pertama zi sewaktu dia kelas 5 SD. Berdasarkan pengalaman zi, katanya ikutan sanlat itu seru. Banyak permainan, ketemu teman baru dan ilmu pun bertambah. Kalau ada yang dikeluhkannya adalah rasa malas untuk mandi karena udara yang dingin. Maklum, biasanya zi ikut sanlat di daerah pegunungan di Lembang.

Sedangkan bagi zu, ini sanlat pertamanya. Sudah sejak 2 tahun lalu dia ingin ikut. Tapi baru tahun ini saya ijinkan karena Zu baru kelas 3 SD dan belum pernah tidur di luar rumah tanpa bundanya. Deg-degan, pastinya. Tapi mengingat manfaat yang insya Allah akan didapat, akhirnya saya mencoba belajar mengikhlaskan.

Pagi sebelum kami mengantarkan mereka ke tempat SECAPA AD, drop off point peserta sanlat, zu sedang masuk angin. Badannya hangat, sakit perut dan sempat muntah. Saya sempat berpikir untuk membatalkan sanlatnya.

Setelah dipijitin ayahnya pakai minyak angin dan tiduran sebentar, alhamdulillah zu sudah merasa sehat kembali. Berulang-ulang saya menanyakan, apakah zu bisa ikutan sanlat? Bisa bun insya Allah, katanya yakin. Karena anaknya yakin, saya bismillah saja. Semoga anak-anak diberikan kesehatan dan ilmu yang bermanfaat selama mengikuti sanlat ini. Aamiin.

Untungnya, tahun ini Panitia membuatkan WA (whatsapp) group bagi para orangtua peserta sanlat. Jadi orangtua dapat menanyakan perihal sanlat dan kegiatan anak-anak selama disana. Foto-foto selama sanlat juga dibagi di WA, Fb dan website. Jadi orangtua yang semula kuatir akan keadaan anaknya bisa sedikit lega dengan melihat fotonya. Kalau dilihat dari fotonya, zu terlihat sangat menikmati waktunya selama sanlat.

Kembali ke Jakarta, rumah sepi tanpa zi dan zu. Apalagi kalau siang saat hubby pergi kerja. Kalau sudah begini, menyesal rasanya sering ngomelin anak-anak kalau mereka ngeberantakin rumah. Mendingan capek ngeberesin rumah deh, daripada rumah rapi tapi sepi begini? Maafin bunda ya nak, yang sering ngomel. Bunda kangeeeeen sama abang dan kakak :'(

Saat tiba waktunya menjemput zi dan zu pulang sanlat, rasanya seperti mau ketemu pacar! Deg-degan, ga sabar, kangen bingits! Begitu melihat sosok mereka diantara kerumunan orang, huaaaa langsung saya peluk erat-erat gak mau lepas lagi! Alhamdulillah, anak-anak pulang sanlat dalam keadaan sehat, selamat dan gembira. Leganyaaa :))

Hal pertama yang disampaikan zu adalah ingin ikut sanlat lagi yang akan diadakan nanti bulan Juli saat liburan sekolah. Katanya, "Seru bun sanlatnya. Makanannya enak-enak, temannya banyak, kakak-kakaknya baik semua." Alhamdulillah, senang mendengar zu begitu menikmati sanlatnya.

Tahun depan za sudah SD. Dia pun sudah tidak sabar ingin ikutan sanlat. Apalagi setelah mendengar cerita pengalaman kakaknya selama di sanlat. Tapi sepertinya saya belum tega kalau masih sekecil itu. Mungkin nanti kalau sudah kelas 3 SD. Sementara untuk zi dan zu, sanlat akan selalu jadi acara pengisi liburan mereka selama belum masuk sekolah berasrama. Setidaknya setahun sekali.

Gak masalah dibilang raja tega. Bagi saya dan hubby, menyayangi anak-anak salah satu caranya adalah dengan mengajarkan mereka hidup mandiri. Karena kami tidak mungkin bisa selamanya mendampingi mereka.


Foto-foto dari:
-koleksi pribadi
-Fb: DT Insani

Ayam Goreng Bu Haji

Setelah RM Betawi Hj Nurlela di Duren Tiga tutup, kami kehilangan tempat makan ayam goreng sambal kacang yang jadi favorit kami sekeluarga. Tak disangka, di tabloid Kontan mingguan yang terbaru ditulis tentang RM Ibu Haji di Jatinegara yang menghidangkan makanan sejenis. Penasaran, kami pun segera meluncur ke TKP.

Kebetulan, letaknya tidak jauh dari Tebet. Dari casablanca, sebelum pasar Gembrong atau pasar Prumpung, mobil belok kiri ke by pass. Sekitar 200 meteran, lalu belok kiri ke pasar Jatinegara. Kira-kira 20-30 meter dari by pass, rumah makannya ada disisi kiri.

Setelah memarkir mobil, kami pun segera memasuki rumah makan Ayam Goreng Bu Haji yang terletak di deretan toko-toko dekat fly over Pisangan itu. Tidak menunggu lama, setelah mendapat meja kami pun memesan 5 potong paha ayam, 5 piring nasi, 2 tempe, 2 tahu, serta 1 pepes ikan mas.

Ayam serta tahu tempenya baru digoreng sesaat sebelum dihidangkan di meja, bersama lalapan berupa potong timun, daun kemangi dan daun pokpohan serta sambal kacang. Untuk anak-anak yang tidak suka pedas jangan lupa pesankan bumbu kacang tanpa sambal ya.

Berhubung ayamnya masih panas, cobain dulu pepes ikannya. Ternyata pepesnya enak, bumbunya meresap sampai ke tulang ikannya. Tulang dan durinya juga lunak hingga bisa dimakan. Mungkin dimasaknya memakai panci tekan.

Berikutnya mulailah menganyang ayam dan kawan-kawannya. Sekerat ayam dicolekkan ke sambal kacang, bersanding dengan nasi hangat berkuahkan sayur asem, lalu masukkan sesuap ke mulut, rasanya nikmeeeeh beneeer (kata orang Betawi).

Ayam gorengnya berbeda dengan RM Nurlela yang lebih basah. Disini ayamnya digoreng kering. Kalau ditanya mana yang lebih enak, saya sih suka keduanya. Tapi hubby lebih suka yang di RM Nurlela sementara anak-anak lebih suka yang disini. Tergantung selera.

Sayur asemnya dihidangkan dalam sebuah mangkuk berisikan jagung manis, labu dan melinjo dengan kuah kemerahan. Berhubung sayur asemnya pedas, enaknya dicampur dengan nasi saat memakannya. Tapi zu yang memang doyan pedas, lahap sekali makannya. Kata zu rasanya segar-segar gimanaaa gitu. Kalau kepedasan, tenang saja. Ada minuman botol dan es teh manis yang bisa dipesan untuk mengguyur lidah yang kepanasan. Sedangkan untuk teh tawar hangat, disini disediakan gratis.

Kalau masih kepedasan, selesai makan bisa membeli kue-kue tradisional seperti kue talam, cantik manis, nagasari dan lainnya yang diletakkan di sebuah baki dekat tempat membayar. Ditambah sepotong kue lapis, total yang dikeluarkan untuk makan kali ini Rp.187.000. Tidak menguras kantong kan?

Pastinya kami akan kembali lagi kesini bila kangen ayam goreng sambal kacang khas Betawi.

Stop Bullying!

Apa itu bullying? Bullying adalah tindakan di mana seseorang atau lebih mencoba untuk menyakiti atau mengontrol orang lain dengan cara kekerasan verbal (memaki, mengejek, membentak) atau non verbal (memukul, mendorong dsb). Tindakan ini dapat menyebabkan si korban merasa tertekan, takut dan tidak percaya diri. Pada kasus yang parah, korban bahkan banyak yang mengakhiri hidupnya.

Minggu lalu, ada kejadian di sekolah zu. Saya menyaksikan sendiri perbuatan tidak terpuji salah seorang siswa di sana. Dia mem-bully teman sekelasnya.
 
Siang itu, saya sedang duduk di kursi luar kelas zu. Bukan kebiasaan saya menunggui 3pzh di sekolah, kecuali za yang masih TK. Tapi hari itu di sekolah zu paginya ada lomba mewarnai. Saya kira siswa akan dipulangkan lebih cepat, ternyata tidak. Jadi saya terpaksa menunggu zu sampai diperbolehkan pulang.

Di luar kelas sebelah, ada anak perempuan yang membagikan formulir lomba ke teman-temannya. Saat salah seorang meminta lebih dari 1 formulir dan tidak diberikan, tiba-tiba dia memukul anak perempuan itu. Yang memukul anak laki-laki, dengan tinggi badan yang kurang lebih sama. Tapi perawakan si anak perempuan lebih kurus.

Pertama kepala sebelah kanannya ditonjok dari belakang. Saya kaget. Mata saya mencari-cari sosok guru di dekat situ, tapi nihil. Teman-teman mereka diam saja, seperti tidak terjadi apa-apa. Saya pikir cukup sekali itu saja mukulnya. Tapi ternyata beberapa saat kemudian aksinya dilanjutkan lagi.

Awalnya memukul punggung, lalu dada, kemudian ditendang pinggulnya. Tidak tahan lagi, setengah berlari saya samperin mereka sambil berteriak, "Heeei, jangan pukul-pukul!" Anak laki-laki itu menghentikan perbuatannya, tapi mulutnya tetap menjawab, "Dia sih gamau kasih kertasnya".

"Jangan mukul anak perempuan! Kalau berani sama laki-laki sepantaran kamu! Sekali lagi kamu lakukan dan saya lihat, saya adukan kamu ke kepala sekolah biar dikeluarin dari sekolah!" omel saya. Gemaaaaass sekali rasanya. Kalau tidak ingat dia anak kecil, mungkin sudah saya balas perbuatannya tadi.

Zu menghampiri saya. Saya tanyakan nama anak yang memukul dan dipukul tadi padanya. Pada anak perempuan itu saya berkata, "Kalau dia berani mukul kamu lagi atau teman kamu yang lain, bilang Tante, ya." Dia mengangguk takut-takut sambil melirik si tukang bully.

Bully di sekolah belakangan ini banyak terjadi. Entah karena mereka terlalu banyak menonton acara tv tidak bermutu di rumah atau alasan lainnya, anak-anak sekarang sepertinya gampang sekali memukul temannya hanya karena merasa kesal.

Ada teman yang bilang, sekolah yang bagus, murid-muridnya tidak berbicara dan bertingkah laku kasar. Menurut saya sih, sama saja. Di sekolah gratis maupun sekolah mahal, tetap dijumpai peristiwa bully, dan anak-anak yang bicaranya kasar. Tergantung lingkungan mereka di luar sekolah juga.

Well, bukan hanya tugas sekolah kan untuk mendidik anak-anak itu? Bagaimana dengan peran orangtua di rumah? Kalau orangtua merasa tidak memberi contoh yang buruk, coba cek acara tv yang ditonton, si pengasuh yang menjaga di rumah dan supir atau tukang ojek yang mengantar jemput. Anak itu peniru ulung yang dapat dengan cepat menyerap semua yang dilihat dan didengarnya.

Kalau anak anda korban bully, jangan pernah 'mengecilkan' apa yang dialaminya. Biasanya tanpa sadar, kita hanya bilang, "Mungkin teman gak sengaja" atau "Ngalah aja".

Belajar dari pengalaman zi, sekarang saya mengajarkan 3pzh bila ada teman yang nakal, hal pertama yang harus mereka lakukan adalah mengungkapkan perasaan mereka kepada si pelaku. Katakan 'tidak, jangan atau stop!" Lalu adukan pada guru, orangtua atau orang yang mereka percaya tentang kejadian tersebut.

Mengalah atau membiarkan bully, hanya akan membuat si pelaku semakin berani untuk melakukan hal yang lebih buruk lagi di kemudian hari. Dan bila anda melihat peristiwa bully, jangan diam saja. Kalau anda tidak berani ikut campur, laporkan ke pihak yang berwenang. Kepedulian anda mungkin dapat menyelamatkan nyawanya.

Stop bullying! Stand up! Speak out!

Wisata Anak YSI Bintaro

Sabtu pagi ini saya membawa anak-anak ke acara Wisata Anak yang diselenggarakan oleh Sayap Ibu Bintaro. Acara ini dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internatisional dan 9 tahun Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten.

Disini, anak-anak dari berbagai organisasi sosial diajak untuk menunjukkan kebolehannya. Ada yang menyanyi dan juga ada yang menari. Bangga sekali melihat pertunjukkan mereka, serasa saya adalah ibu mereka sendiri. Airmata pun mengalir sambil tangan terus bertepuk tangan menyaksikannya.

Bahkan ada yang membawakan tarian Saman dengan sangat kompak. Walau mata mereka tidak bisa melihat, tapi mereka dapat membawakan tarian itu dengan sangat bagus. Subhanallah. Kata zu, 'Hebat ya bun, kakak aja gak bisa. Mereka gak bisa ngeliat, tapi bisa nari bagus gitu.'

Sementara itu, Bayu, balita penderita hydrochepalus yang rasa keingintahuannya sangat tinggi, dengan kocaknya berulang kali 'mengganggu' para pemain band. Sepertinya dia penasaran dengan gitar dan keyboard yang sedang dimainkan. Dia bahkan menabuh drum sambil menyanyikan lagu Cicak Di Dinding dan mendapat tepuk tangan dari penonton.

Melihat anak-anak penyandang disabilitas ini, bagaimana mungkin kita tidak bersyukur? Hayooo ngaku, siapa yang di rumah masih suka ngomel kalau anaknya numpahin makanan? Siapa yang suka merasa kecewa kalau anak nilainya di sekolah tidak sesuai harapan? Atau, siapa yang masih suka mengeluh untuk hal-hal kecil?

Salut deh sama pengasuh di Yayasan Sayap Ibu Bintaro yang pastinya harus punya banyak stok sabar. Anak-anak di sana umumnya memiliki keterbatasan yang menghalangi mereka untuk bisa mandiri. Para pengasuh itulah yang setiap hari mengurus kebutuhan mereka.

Mau ikut membantu anak-anak di Sayap Ibu Bintaro? Anda bisa berdonasi melalui rekening a.n Yayasan Sayap Ibu:

BCA 603 0306 072
BNI 031 662 6087
BRI 0393 01 000018 303
BTN 00519 0130 000 0080
Permata 0701-621255

Atau bisa juga mengunjungi adik-adik di sana untuk bermain di alamat:

Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten
Jl. Raya Graha Bintaro, No. 33B,
Kel. Pondok Kacang Barat, Kec. Pondok Aren Tangerang Selatan
Banten

A Y A H

Masa kecil saya, sepi dari sosok Ayah. Orangtua bercerai saat saya berumur 5 tahun. Walau kemudian ibu menikah lagi, tetap saja saya kehilangan figur Ayah. Dasar cengeng, sering saya menangis diam-diam bila melihat seorang ayah menggandeng putrinya. Apalagi saat pulang sekolah dimana banyak teman yang dijemput ayahnya. Sakitnya tuh disini :p

Melihat 3pzh sekarang, terkadang saya merasa iri. Mereka punya apa yang saya tidak punya. Ayah. Dari bangun tidur sampai menjelang tidur, yang ditanyakan ayah teruuuss.

Bangun tidur, "Yah, nanti anterin aku ke sekolah yaa." Siangnya, "Bun, Ayah pulang malam gak?" Lewat maghrib belum pulang, "Bun, telponin Ayah dong. Kok belum pulang? Mau tidur, "Ayah capek gak? Bacain cerita dong, Yaaah."

Belum lagi kalau Ayahnya harus dinas dan tidak pulang beberapa hari. Waduh, kalah cerewet saya. Dari sebelum pergi, ditanyain pergi kemana, sama siapa, dan berapa lama. Saat pergi, sebentar-sebentar pinjam bb saya untuk bbm ayahnya, menanyakan kabarnya, menanyakan kapan pulang dan semacamnya.

Anak-anak memang dekat sekali dengan ayah mereka. Sejak hamil zi sampai sekarang, hubby selalu menjadi 'suami siaga', breastfeeding father dan hands-on dad. He's always there for our children.

Setiap menjelang persalinan saya, hubby selalu mengusahakan tidak ada jadwal dinas yang mengharuskannya ke luar Jakarta. Saat saya melahirkan, hubby selalu cuti seminggu untuk mendampingi saya dan menjaga anak-anak. Saat masih masa menyusui, hubby selalu ikut bangun tengah malam walau keesokan harinya harus bekerja. Mengganti diaper anak, menyuapi makanan atau membuat susu bukan hal asing baginya.

Sekarang saat anak-anak sudah besar, bila ada ulangan atau tugas sekolah, hubby sebisa mungkin mendampingi mereka. Dari jadi brainstorming partner zi, sampai mengajarkan matematika pada zu dan za.

Hubby memang ayah yang sangat peduli pada anak-anaknya. Salah satu bentuk perhatiannya adalah kotak kue yang dibawanya setiap habis meeting. Kotak kue yang seharusnya menjadi konsumsi saat rapat itu selalu dibawanya pulang. "Kok gak dimakan kuenya? Kamu kan gak makan malam," tanya saya. "Anak-anak pasti suka kue-kue ini, jadi aku bawa pulang aja" katanya. So sweet.

Terima kasih ya hon, selalu ada untuk anak-anak. Memberikan kenangan indah dimasa kecil mereka. Sesuatu yang hanya bisa aku mimpikan, kini bisa mereka dapatkan. You're a good father, hon.

Libur Ke Garut

Libur lebaran kali ini kami sekeluarga berencana ke Garut. Hasil browsing, banyak yang merekomendasikan penginapan di Sabda Alam Resort. Karena booking last minute, tidak berharap dapat kamar. Tapi ternyata sudah rezeki, dapat 2 kamar untuk 2 malam walau awalnya mengincar yang bungalow.

Berangkat di hari lebaran kedua, kondisi jalanan dalam kota Jakarta tampak lengang. Sementara tol Cikampek padat merayap. Jalan dari Tebet jam 6.40 dan berhenti 1 kali di rest area Cileunyi untuk ke kamar kecil, keluar pintu tol Cileunyi sudah jam 11-an.

Setelah bayar tol Rp.52.500,- dan melewati lampu merah lalu belok kanan ke arah nagrek, jalanan semakin padat. Sepanjang jalan tampak para penjual tahu Sumedang menawarkan dagangannya.

Dalam kondisi lalu lintas normal, biasanya Jakarta - Garut dicapai dalam 4-5 jam berkendara dengan mobil. Tapi hari ini kami sampai di hotel setelah 15 jam perjalanan! Huaaaa!! Baru kali ini ngerasain macet separah ini. Kapoook bener dah! Gimana yang mudik setiap lebaran ya? Duuh gak kebayang deh capek dan betenya!

Karena sampai hotel sudah jam 21 lewat, jatah voucher makan malam di restoran hotel sudah tidak berlaku. Jadi saat anak-anak mandi, saya dan hubby beli makanan di warung yang banyak terdapat di seberang hotel. Walau rasanya standard, tapi lumayanlah daripada tidur dengan perut kosong.

Di warung sederhana ini dari nasi goreng, sop kambing dan sate ayam semua dimasak saat itu juga setelah ada yang pesan. Sayur sopnya masih krenyes renyah dan sate ayamnya enak. Daging ayamnya lembut dan tidak gosong dengan saus kacang yang mantap.

Alternatif lain selain room service hotel, di area parkir belakang hotel yang dekat Taman Air, ada juga beberapa warung makan. Ada yang jual mi bakso, mi ayam dan masakan sunda. Kami mencoba yang warung Dapur Pusaka. Nasi Timbel komplit (nasi, ikan goreng, tahu, tempe, lalap dan sambal) cuma Rp.20.000,-/porsi disitu.

Menempati 2 kamar nomor 822 (Indah) dan 823 (Meriah) yang bersebelahan, harga setiap kamar per malamnya sudah termasuk sarapan, tiket masuk Taman Air dan makan malam untuk 2 orang. Di kamar ada bak mandi untuk berendam dengan air panas. Sedangkan untuk kolam renang hotel lebih nyaman digunakan dibawah jam 9 pagi atau setelah jam 18. Karena dengan membeli tiket seharga Rp.25.000/orang yang bukan tamu hotel bisa menikmati fasilitas ini. Jadi kolam penuh sekali terutama saat musim liburan begini.

Paginya, selesai sarapan di hotel, tanpa mandi kami langsung menuju Taman Air. Letaknya sekitar 200 meter di belakang hotel. Tanpa perlu membawa mobil, hanya berjalan kaki selama 5 menit sudah sampai. Berbagai kolam dangkal di area yang lumayan luas ini sebenarnya cukup bagus kalau saja kebersihannya dijaga. Adapun harga tiket masuk selama liburan dan akhir pekan adalah Rp.50.000,-/orang.

Selama 2 malam di Garut, kami tidak keluar dari area hotel. Begitu keluar hotel langsung macet, jadi malas kemana-mana. Untung di Sabda Alam Resort ada Taman Air dan tempat penyewaan ATV, jadi 3pzh tidak merasa bosan. Sehabis makan malam di hotel, anak-anak berenang lagi di kolam air panas hotel yang buka 24 jam. Sementara itu saya dan hubby bisa mengawasi mereka sambil ngopi-ngopi dan mendengarkan live music dekat kolam.

Saat arah pulang ke Jakarta, jalanan masih juga macet. Terpaksa melewati beberapa restoran yang banyak direkomendasikan di internet, seperti RM Cibiuk dan Asstro cabang Leles. Tidak mungkin berhenti karena jalanan sedang lancar saat melewatinya. Pertimbangan kami, kalau berhenti dulu nanti tambah lama sampai Jakarta. Akhirnya kami berhenti di Asstro cabang Nagreg untuk makan dan shalat saat jalanan sudah mulai padat merayap.

Restoran Liwet Pak Asep Stroberi (Asstro) di Jl Raya Nagreg no.145 sebenarnya juga banyak direkomendasikan di internet. Tapi saat kami ke sana, ternyata tempatnya tidak sebagus yang digambarkan. Air kolam ikannya sangat keruh minim ikan (nyaris tidak kelihatan seekor ikan pun) dan perahu-perahu kecil yang terlihat di buku menunya ternyata dibiarkan teronggok karam begitu saja.

Parahnya lagi, tidak ada air setetespun baik di kamar mandi, tempat wudhu maupun tempat mencuci tangan. Untungnya kami membawa air mentah di galon kecil. Air itulah yang kami gunakan saat harus ke kamar kecil. Untuk cuci tangan kami menggunakan teh tawar hangat yang disediakan untuk minum.

Makanannya menurut saya sih rasanya standard. Nasi liwet yang disediakan di kastrol atau panci kecil dengan harga Rp.22.000 untuk 2 orang sudah termasuk lalapan, sambal, ikan peda, tahu dan tempe. Sementara nasi timbel spesialnya seharga mulai Rp.37.500 - Rp.45.500/porsi.

Sebelum memasuki kota Sumedang, ada sebuah rest area bernama Saung Nagreg yang fasilitasnya lengkap. Disitu ada tempat makan prasmanan ala Sunda, mesjid, toko oleh-oleh dan WC umum. Di saat harus melalui jalan yang sangat macet, tempat yang menawarkan 1 stop service seperti ini sangat dibutuhkan. Jadi tidak heran kalau antriannya panjang. Disini kami hanya berhenti untuk shalat maghrib dan beli cemilan untuk di perjalanan.

Jam 22an baru mendarat di Tebet, badan rasanya gak karuan. Berjam-jam duduk di mobil dengan posisi tidak nyaman benar-benar bikin semua tulang kaku rasanya. Kalau ditanya 3pzh, mereka ingin balik lagi ke Garut. Tapi kalau ditanya ke ayahnya, sepertinya tidak akan kembali ke sana dalam waktu dekat. Supirnya kapok :D

Gadget Untuk Anak

Jaman sekarang anak-anak kecil sudah canggih banget mainin gadget. Mulai dari smart phones sampai laptop. Dikasih megang sebentar saja, mereka sudah bisa tuh mengutak-ngatiknya. Dari merubah setting-an sampai mainin games-nya.

Akses internet juga semakin mudah. Tidak sedikit anak usia SD diijinkan orangtuanya memiliki smart phone lengkap dengan paket browsing internet-nya. Ini membuat mereka dengan mudah melihat berita/gambar yang belum pantas mereka tahu.

Alasan orangtua memberikan gadget ke anak, bermacam-macam. Supaya anak bisa anteng, duduk manis saja, jadi jaganya gampang. Kasihan sudah capek les, masa anak gak boleh main game? Atau, supaya lebih mudah komunikasi dengan orangtua yang di kantor sampai malam.

Anak-anak memang suka pecicilan, mengeksplor kesana kemari. Mana mungkin mengharapkan mereka duduk manis berjam-jam? Memangnya buku bukan hiburan? Daripada membiarkan anak-anak main game atau nonton tv berjam-jam, apa tidak lebih baik mereka membaca buku yang isinya bisa kita pilihkan yang sesuai dengan umurnya? Kalau hanya untuk komunikasi, hp biasa tidak cukup? Kenapa harus dikasih smartphone plus akses internet?

Mudah-mudahan banyak orangtua yang menyadari, tidak semua game bagus untuk anak. Ada game tentang kekerasan dan kriminalitas seperti mencuri mobil dan membunuh. Coba cek gadget anak anda, adakah games semacam itu disitu?

Pernah dengar game GTA? Grand Auto Theft. Game ini sudah banyak ditiru penggunanya di dunia nyata sehingga memakan korban jiwa. Awalnya main game saja, tapi kemudian terinspirasi untuk melakukannya secara nyata. Karena sepertinya mudah dilakukan. Lupa kalau di dunia nyata, ada konsekuensi hukum yang nyata juga.

Sementara untuk handphone, kalau alasannya untuk komunikasi, bisa kok diberikan yang sederhana saja, yang cuma bisa telpon dan sms. Tidak perlu dikasih yang terlalu canggih. Akses internet bila diberikan kepada anak-anak, perlu disertai pengawasan. Jadi kalau orangtua tidak bisa mengawasi saat pemakaiannya, sebaiknya jangan diberikan.

Saya sih tidak anti gadget. Untuk hiburan sesekali, boleh lah. Tapi kalau sampai bepergian dengan keluarga atau teman pun mata tidak lepas dari gadget, bagaimana dengan kemampuan bersosialisasinya?

Untuk 3pzh, main game hanya boleh wiken atau saat libur sekolah. Sehari tidak lebih dari 2 jam. Jenis game-nya, saya dan ayahnya yang download. Begitu juga dengan TV. Hanya boleh VCD di saat wiken dan liburan sekolah.

Untuk HP, mulai SD mereka dipinjamkan saat ada les supaya bisa menghubungi saya untuk minta dijemput atau saat pergi ke tempat keramaian (seperti mal, pameran buku dll) untuk jaga-jaga bila tersesat. Diluar itu, mereka tidak boleh pegang. Itu berlaku sampai kelas 5 SD. Sekarang zi yang SMP kelas 1 punya smartphone yang hanya boleh dipakainya sepulang sekolah. Ke sekolah zi cukup membawa hp CDMA yang cuma bisa telpon dan sms.

Untuk pemakaian PC atau laptop pun, zi pasti minta ijin dulu ke saya atau ayahnya. PC karena terletak di kamarnya, tidak diberikan akses internet. Bila ingin menggunakannya, zi diminta untuk membuka pintu kamarnya, tidak tertutup apalagi terkunci. Sedangkan kalau laptop dan wifi, zi menggunakannya di ruang tamu dekat kamar saya dan ayahnya.

Karena mereka sudah mendapat penjelasan sebelum kebijakan ini diterapkan, mereka tidak protes. Mereka tahu, melanggar peraturan yang sudah disepakati bersama berkonsekuensi pada hilangnya hak mereka. Misalnya, melanggar jam pemakaian gadget, maka hak mereka bermain gadget pada kesempatan berikutnya ditiadakan. Nekat main game di hari sekolah, berarti wiken mereka tidak boleh memainkannya.

Dalam hal menerapkan peraturan, saya dan hubby sangat tegas dan konsisten. Tidak masalah dianggap raja tega, yang penting anak paham dalam hidup ini ada peraturan-peraturan yang harus dipatuhi. Setiap pelanggaran pasti ada konsekuensinya.

Sering mengajak 3pzh di setiap kegiatan yang saya ikuti, sering membuahkan pertanyaan dari orang-orang, kok anaknya bisa gak rewel ya? Kok bisa berbaur ya, gak nempel terus sama bundanya?

Saat bertemu orang, saya jarang membawa gadget walau membawa anak-anak. Jadi 3pzh terbiasa mencari kegiatan selama menunggu saya. Kalau di Yayasan Sayap Ibu Bintaro misalnya, zi memotret dan mengamati, zu bermain dengan anak-anak YSI dan za kadang mengikuti saya, kadang asyik bermain dengan yang lain. Coba bandingkan kalau saya bawa gadget. Mereka akan sibuk main games dan melupakan keadaan sekelilingnya. Benar, gak?

Bijaklah saat memberikan gadget pada anak-anak. Tidak perlu takut anak jadi kuper karena jarang memainkan gadget. Membaca buku, bermain dengan teman sebaya atau menjelajah lingkungan di sekitarnya juga tidak kalah mengasyikkan kok. Jangan harapkan mereka duduk manis setiap saat cuma karena anda malas mendampinginya bermain. Itu orangtua yang egois dan pemalas namanya.

#JejakPulau NTT 2014 #gerakanBerbagi

Ditulis oleh: Ina Madjihan




Kawan2, #gerakanBERBAGI  berniat kembali ke Ende, Flores 18 September 2014. Seperti kawan ketahui dari hasil perjalanan #JejakPulau NTT bulan Mei 2014 kemarin, masih banyak yang bisa kita lakukan untuk membantu anak-anak di sana. Terutama sekali diperlukannya sepatu sekolah untuk mereka.

Agar seragam, kami berniat membelikan mereka sepatu yang sama. Untuk satu sepatu beserta ongkos kirim ke Desa Rogaria yang medannya sangatlah berat,   diperlukan setidaknya Rp.150.000/sepatu.

Niatnya tetap kita lakukan penyuluhan kesehatan umum dan gigi lagi, tapi tentu saja semua tergantung dana yang terkumpul.

Semoga kawan2 tidak bosan dengan ajakan kami melakukan kebaikan. Kami sangat menghargai berapapun bantuan kawan semua.

Silakan bantu melalui Bank Permata cab Menara FIF a/n Perkumpulan Gerakan Berbagi 1219621600 dengan pesan #JejakPulau.

Konfirmasi ke ina911@me.com bisa whatsapp di 087880360060 atau langsung telp di 081299330009.


Sekilas Mengenai #gerakanBERBAGI 

Kegiatan GerakanBerbagi dimulai sejak Mei 2010 oleh Amalia Medina Madjidhan (Ina Madjidhan). Di awali dengan kegiatan sederhana berupa membagikan nasi bungkus kepada kaum dhuafa di lingkungan nya pada tiap hari jumat. Seiring berjalannya waktu, semangat nilai luhur tersebut di dukung oleh teman teman yang mempunyai jiwa empati tinggi hingga sekarang menjadi suatu gerakan sosial berskala nasional.

LEGALITAS

GerakanBerbagi merupakan suatu organisasi yang terdaftar dalam Dinas Sosial sebagai Yayasan/Organisasi Perkumpulan GerakanBerbagi no. 013.12410.28, tanda daftar perkumpulan sosial no. 012.31.74.06.1005.03, yang bersekretariat di Jl. Fatmawati No.55a – Jakarta Selatan.


www.inawiro.com
www.gerakanberbagi.com (under maintenance)

Berbaik Sangka

Ikut bahagia mendengar kabar dari seorang teman yang sudah menemukan cintanya yang baru. Hampir 2 tahun yang lalu, dia menangis sesenggukan menceritakan pernikahannya yang harus berakhir dengan perceraian. Katanya, 'Saya tidak mungkin menikah lagi. Siapa yang mau sama saya yang janda?'

Teman saya ini cantik banget loh. Tapi ternyata pahitnya pengalaman hidup membuat rasa percaya dirinya luntur. Beberapa bulan setelah perceraiannya, saya bermimpi sedang berada di sebuah pernikahan, dan tebak siapa pengantin perempuannya? Yup, bener banget. Saya mimpi teman saya itu menikah!

Saya ceritakan mimpi itu kepadanya. Tapi lagi-lagi dia berkata, 'Tidak mungkin saya menikah. Tidak ada laki-laki yang mau dengan saya'. Kali saya menyanggah perkataannya, 'Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Selalu lah berbaik sangka kepada-Nya.'

Sekarang, setelah setahun lebih, mimpi itu menjadi kenyataan. Teman saya telah menemukan imamnya, cintanya yang baru. Tidak hanya itu, dia pun menjadi ibu sambung bagi putri suaminya. Kebahagiaan berlipat ganda sekaligus diberikan Allah kepadanya. Semoga menjadi keluarga yang sakinah mawaddah wa rohmah, temanku sayang.

Jangan pernah berburuk sangka pada Allah. Rencana kita mungkin tidak sama dengan rencana-Nya. Tapi Dia tahu mana yang terbaik untuk kita ;)

Ngeriung Di Gubuk Udang

Restoran yang terletak setelah pintu keluar tol Cibubur ini menjadi tempat favorit keluarga kami yang menyukai hidangan seafood. Biasanya kami ke sana sepulang dari berenang di El Dorado.

Menuju ke Gubuk Udang tidak sulit. Dari tol Jagorawi keluar di pintu tol Cibubur, belokkan kendaraan ke kiri ke arah Buperta Cibubur. Setelah membayar retribusi, parkir di lahan sebelah kiri yang sudah disediakan untuk parkir kendaraan. Restorannya ada di seberang lahan parkir tersebut.

Begitu masuk ke lobby-nya, langsung saja menuju meja resepsionis untuk pemesanan tempat dan menu. Oleh resepsionis akan diminta meninggalkan nama dan mengisi daftar menu yang akan dipesan. Bila ada tempat kosong dan sudah selesai dibersihkan, nama kita akan dipanggil. Tidak sampai 15 menit setelah mendapat tempat duduk, semua makanan yang dipesan sudah tersaji di meja.

Di restoran ini ada 2 pilihan tempat,bisa kursi atau saung. Bila membawa orangtua yang sudah sulit untuk duduk di bawah, sebaiknya pilih yang kursi saja. Tapi bila membawa anak-anak, tentunya mereka akan lebih senang makan di saung yang berada di atas kolam ikan. Anak-anak bisa memberi makan ikan dengan pelet yang dijual di kasir seharga Rp.5.000/kantung.

Lama waktu mengantri untuk mendapatkan tempat duduk, tergantung tingkat keramaian pengunjung. Kalau datang pas jam makan, ya siap-siap menunggu lebih dari sejam. Tapi jangan kuatir bosan menunggu, karena pengunjung dapat mencoba fish spa di kolam yang disediakan secara gratis. Ada 2 kolam yang bisa menampung sekitar 35-an orang sekaligus.

Menu yang banyak direkomendasikan disini adalah udang bakar madu dan kepiting lemuri. Tapi berhubung kami kurang menyukai menu kepiting kecuali made in Seafood Ayu yang di Kelapa Gading, jadilah sore itu kami hanya memesan ikan bakar kecap, udang bakar madu, udang goreng tepung standar, capcay ayam, sambal kecap dan sambal terasi dadak dan beberapa minuman seperti Jeruk hangat, Kelapa muda dan Es cincau hijau.

Hati-hati dengan sambal dadaknya. Bisa bikin keringat dan air mata bercucuran saking pedasnya. Bila tidak suka pedas, sebaiknya infokan ke pelayannya saat memesan. Udang bakar madu, perpaduan manisnya madu dengan pedasnya cabai menghasilkan rasa yang top markotop. Yang hobi pedas seperti saya, pasti suka.

Selain menu a la carte, juga ada berbagai menu paketan, tergantung jumlah orang yang makan. Untuk harga, tidak terlalu mahal menurut saya. Untuk 5 dewasa dan 3 anak-anak kami menghabiskan tidak sampai Rp.600.000,- (tergantung pesanan). Bandingkan dengan menu paket untuk berenam yang sekitar Rp.500.000,-

Restoran dengan saung-saung yang berada di atas kolam ini cocok untuk ngeriung (bahas sundanya: ngariung) alias berkumpul, seperti untuk acara keluarga atau arisan. Makanannya enak dan masih hangat, berbeda dengan restoran sejenis di daerah kampus UI yang hidangannya sudah dingin saat disajikan. Selain itu disediakan juga musholla yang cukup luas di sisi kiri lobby.

Kekurangannya hanya 1. Kamar mandinya sering tidak ada air, terutama yang dekat musholla. Biasanya saya mengambil air di tempat wudhu, yang diisi ke botol air mineral kosong, kalau ingin ke kamar kecil. Semoga manajemen restoran segera memperbaiki kekurangan ini.

#SaveGaza

Saat kita yang di Indonesia sedang bersiap-siap untuk pilpres, tiba-tiba dikejutkan dengan berita sedih dari Gaza yang hancur dibombardir roket-roket Israel. Yang pertama terlintas di kepala saya, 'Please 1 putaran aja. Uang untuk putaran kedua lebih manfaat kalau dipakai untuk bantu warga Gaza.'

Sungguh saya tidak dapat membayangkan penderitaan mereka. Di bulan suci yang penuh berkah ini, mereka harus kehilangan anggota keluarga, harta benda dan kebebasannya. Jangankan berpikir untuk menyiapkan hari raya yang segera datang, untuk makan sehari-hari dan mengobati luka-luka saja mereka sangat sulit mendapatkan bahan-bahannya.

Masih bisakah kita menikmati hidangan di atas meja makan saat saudara-saudara kita di Gaza ada yang sedang kelaparan? Masih bisakah kita membeli baju dan sepatu baru saat mereka bahkan kehilangan tangan atau kaki karena kejamnya perang?

Saluuut sekali dengan relawan-relawan dari @ACTforHumanity , Mer-C dan yang lainnya. Mereka tidak hanya menyumbangkan tenaga, tapi juga siap mempertaruhkan nyawa demi membawa bantuan bagi rakyat Palestina. Semoga Allah SWT selalu melindungi mereka dalam tugas dan menjaga keluarga mereka yang ditinggal di tanah air.

Bagaimana dengan kita yang belum mampu jadi relawan seperti itu? Air mata saja tidak cukup membuktikan kita peduli dengan nasib rakyat Palestina. Setidaknya kita bisa mengirimkan doa dan donasi untuk sedikit meringankan penderitaan mereka.

Hayoo, jangan diam saja. Lakukan sesuatu untuk membantu saudara-saudara kita di Palestina! Jangan hanya sekarang saat media meliput beritanya. Tapi bantu terus sampai kemerdekaan yang mereka impikan dapat terwujud.

Semoga malaikat mencatat kebaikan hati kalian :)

Sampai Allah Memisahkan

Di sebuah ruang tunggu pengobatan alternatif suatu pagi...

Sepasang manula saling bergandengan tangan berjalan memasuki ruangan. Si Istri kelihatannya terkena stroke, tangan kirinya terlihat lemas tidak dapat digerakkan. 'Pa, aku ingin ke kamar kecil', kata si istri. Sang suami pun sigap mengantarkan. Istrinya tersenyum menyiratkan rasa terima kasih, suaminya tersenyum menyiratkan janji 'aku akan menjagamu, selalu'.

For better and worse. Janji pernikahan yang bagi pasangan ini tidak sekedar kata-kata tapi benar-benar ditepati. Banyak pasangan justru berpisah saat sedang di puncak atau malah saat jatuh ke dasar.

Saat di puncak karir, manusia cenderung melupakan siapa-siapa yang berjasa menemaninya sepanjang tangga naik. Lupa bagaimana dulu hidup prihatin bersama membesarkan anak-anak. Saat rezeki melimpah, justru semua anggota keluarga sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Tak ingat lagi nikmatnya makan ngariung bersama di lantai beralas tikar dengan lauk sederhana.

Namun ada juga yang tetap bersama di saat jaya, begitu mengalami cobaan, justru berpisah. Tak kuat hidup susah, karena sudah terbiasa serba ada. Yang dianggap memberatkan kaki melangkah, diputus dan ditinggalkan.

Waktu masih PDKT (baca: pe-de-ka-te), memang pasangan terlihat selalu sempurna. Hanya dibutuhkan kesetiaan sedangkan semua kekurangan pasangan yang ada dimaklumi, tertutupi rasa cinta. Begitu memasuki pernikahan, dimulailah kehidupan yang sesungguhnya. Diperlukan banyak toleransi, pengertian dan sabar untuk membuat sebuah pernikahan berhasil.

Cobaan bisa bertambah berat dengan ada/tidaknya anak, karir yang naik atau justru PHK, dan sebagainya. Setiap tahun dari pernikahan itu adalah perjuangan, kata seseorang padaku. Perjuangan mengalahkan ego, memperbanyak sabar dan doa.

Akan sampaikah kita ke tangga 'sakinah mawaddah wa rahmah itu'? Akankah kita selalu bersama, saling menjaga, menghormati dan mencintai sampai Allah memisahkan kita?

Insya Allah...

Yuk Berbagi!

Bulan Ramadhan datang lagi. Pasti jadwal bukber alias buka bersama sudah berderet ya? Jadwal berbaginya gimana??

Komunitas #GerakanBerbagi kembali mengajak anda untuk berbagi, mengulang kebaikan-kebaikan kecil di bulan nan suci ini. Ada program #BerbagiSahur (setiap Sabtu dini hari selama Ramadhan), ada program #BerbagiBerguna dan masih banyak lagi.

Info lebih lanjut bisa hubungi @inawiro di whatsapp 087880360060 atau Anis di 08161381445.

Untuk donasi, bisa transfer ke Bank Permata cab Menara FIF a/n Perkumpulan Gerakan Berbagi nomor rekening 1219621600.

Semoga malaikat mencatat kebaikan kalian :*

Jangan Menyerah

Duduk di ruang tunggu praktek dokter di suatu sore dan membuka percakapan dengan sesama pasien dan pendampingnya, saya mendengar beberapa cerita menarik yang salah satunya ingin saya bagi disini agar kita semua dapat mengambil hikmahnya.

Cerita ini dari seorang ibu berusia sekitar 70 tahunan. Beliau menderita kanker payudara di tahun 80an, yang kemudian mengharuskannya merelakan kedua payudaranya untuk diangkat. Saat itu, ilmu kedokteran pastinya belum setinggi sekarang. Tapi beliau tidak putus asa, tetap berobat dan berkeinginan untuk sembuh.

Sempat dinyatakan sembuh dan bersih dari kanker, di tahun 90an beliau kembali harus menelan pil pahit. Kali ini kanker menyerang liver-nya. Sebagian dari liver-nya harus dibuang untuk menghindari penyebaran. Kemoterapi dan radiasi pun kembali dijalaninya dengan penuh semangat.

Kembali dinyatakan sembuh, ternyata 2 tahun belakangan ini kankernya datang lagi. Kali ini bersarang di otaknya. Kita tentu berpikir, kali ini si ibu pasti akan menyerah. Eits, jangan salah. Beliau tetap tersenyum dan penuh semangat menjalani pengobatannya. Katanya, selama nyawa masih di badan jangan pernah putus asa, karena kita tidak pernah tahu apa rencana Tuhan.

Duh, jadi malu. Ketidaknyamanan kecil saja dapat membuat saya mengeluh. Padahal, situasi dan kondisi terburuk yang pernah saya alami selama ini tidak ada separuh dari yang dialami ibu itu. Usia beliau pun jauh lebih tua dari saya, tapi kenapa setiap ada masalah besar rasanya selalu ingin menyerah saja, seolah tak percaya pada pertolongan Allah? *jitakkepalasendiri*

Terima kasih ibu, yang sudah berbagi cerita sore itu. Pertemuan singkat kita mengajarkan saya untuk jangan pernah menyerah, seburuk apapun cobaan yang sedang dijalani.

Indahnya Pantai Di Belitong

Terpesona melihat indahnya pemandangan negeri Laskar Pelangi di film, family trip kali ini tujuannya Pulau Belitong. Kebetulan kenal Sete yang memiliki biro perjalanan Jejak Langkah sehingga bisa diatur perjalanan ke sana.

Penerbangan dengan Sriwijaya Air tidak memakan waktu lama dan cukup mulus, kecuali saat mendarat yang sedikit mendebarkan. Belakangan dapat info, hal ini disebabkan oleh pendeknya landas pacu bandara. Setelah klaim bagasi, kami sudah di jemput oleh tour guide dari Jejak Langkah di bandara.

Dari bandara meluncur ke Mie Atep untuk mencicipi mi khas belitung. Warung sederhana berdaya tampung kurang dari 50 orang itu ramai dikunjungi wisatawan. Sepertinya Mie Atep masuk dalam daftar wajib dikunjungi bila ke Belitong.

Atep itu bukan nama menunya, loh. Atep itu nama pemilik warung makannya. Menunya sendiri namanya adalah Mi Belitung. Sepiring mie terdiri dari mie kuning, udang, kentang, tahu, timun, tauge dan emping. Rasa kuahnya manis gurih. Bagi yang suka pedas bisa menambahkan sambal yang tersedia di atas meja.

Minuman jeruk kunci-nya juga asam segar. Dihidangkan masih lengkap dengan bijinya, bisa dipilih dingin atau hangat, tergantung selera. Makan disini sudah termasuk dalam paket, jadi tidak usah bayar lagi.

Karena belum bisa check in ke hotel, kami langsung menuju ke SD Laskar Pelangi, yaitu replika SD Muhammadiyah yang menjadi tempat syuting film Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata.

Berada di atas bukit berpasir putih, bangunan SD Laskar Pelangi terlihat ringkih dengan atap dan dinding yang berlubang. Duduk di bangku sekolah yang reyot, saya mencoba membayangkan Ikal dan teman-temannya sedang menimba ilmu dibimbing Bu Muslimah. Betapa susahnya mendapatkan pendidikan yang layak bagi anak-anak non karyawan PT Timah masa itu.

Tidak jauh dari situ, ada Musium Kata-nya Andrea Hirata. Dengan tiket hanya Rp2.000/orang pengunjung bisa melihat-lihat di isi dalamnya. Ada dokumentasi Andrea untuk karya masterpiece-nya, Laskar Pelangi.

Di bagian belakang musium pengunjung dapat menikmati Kupi Kuli yang masih dibuat dengan alat-alat tradisional. Disebut Kupi Kuli karena dulu para kuli (buruh) pekerja tambang sering berkumpul sambil minum kopi di kedai-kedai kopi. Kopi digiling dan diseduh dengan peralatan sederhana dan disajikan di gelas belimbing atau cangkir kaleng. Berada di dapur sederhana ini serasa kembali ke masa lalu.

Dari Musium Kata, kami menuju pantai. Pantai pertama yang kami kunjungi hari itu adalah Tanjung Tinggi. Pasirnya putih dan batu-batunya seperti ada tangan yang menyusun dengan sengaja, penataannya artistik. Airnya berwarna biru hijauan. Pantai ini juga menjadi salah satu lokasi syuting film Andrea Hirata yang terkenal itu. Disini 3pzh puas bermain pasir berjam-jam sebelum akhirnya mandi dan makan malam di RM Rindu Pantai, masih di lokasi yang sama.

Di rumah makan ini ikan-ikannya masih segar. Terbukti dari rasa daging ikannya yang manis walau hanya dibakar dengan bumbu minimalis. Menu khas belitong, Sup Gangan Ketarap, yaitu sup Kepala Ikan Ketarap yang dimasak dengan kuah kuning berempah (tanpa santan), merupakan menu favorit pengunjung. Selain itu juga ada kepiting, udang dan cumi yang bisa kita pilih sendiri, dimasak sesuai selera (goreng tepung, rebus, goreng atau bakar). Untuk harganya, tidak jauh berbeda dengan di Jakarta. Untuk Ikan kuwe bakar, udang goreng tepung, tumis kangkung, kepiting saos tiram, nasi dan 5 teh manis hangat total kerusakan Rp.210.000 saja.

Selesai makan, kami akhirnya check in di hotel Grand Pondok Impian 2. Walau hanya bintang 2, tapi hotel ini memiliki kamar hotel dan cottage. Seperti biasa, 3pzh selalu tidur sekamar dengan ayah bundanya saat liburan, jadi sekalian saja pesan kamar cottage yang luas. Overall hotelnya lumayan. Terbukti dengan 3pzh yang bisa tidur nyenyak dan tidak ragu untuk menggunakan kamar mandinya :D

Pagi-pagi setelah sarapan di hotel, kami menuju Tanjung Kelayang. Sempat turun hujan deras jam 7an. Air seperti tumpah dari langit yang hitam kelam. Jemputan baru datang jam 9.30an karena hujan yang belum berhenti juga. Mampir sebentar di tempat yang menjual jajanan pasar, untuk camilan di jalan.

Dinamakan Kelayang karena banyak burung kelayang (walet) disini. Di Tanjung Kelayang ini pantainya juga berpasir putih nan halus. Airnya berwarna hijau tosca. Indah sekali. Setelah hujan reda, kami naik kapal nelayan kecil bermesin untuk memulai Island Hopping dengan tujuan pertama Pulau Lengkuas.

Di Pulau Lengkuas, turun dari perahu langsung nyebur untuk snorkeling kemudian dilanjutkan bermain pasir sambil mencari kulit kerang. Anak-anak menemukan banyak bintang laut kecil yang terdampar ke pantai, tapi kemudian mereka lepaskan lagi ke laut.

Setelah lelah bermain, makan siang pun dihidangkan di pantai dengan menggunakan terpal sebagai alas duduk. Perut lapar, udara laut dan badan yang lelah membuat rasa makan siang kali itu sangat nikmat. Menunya ikan kuwe bakar, tumis kangkung, cumi goreng tepung sate udang goreng, sambal kecap dan sambal terasi. Semuanya juga sudah termasuk harga paket.

Selesai makan, kami naik ke Mercusuar yang memiliki 305 anak tangga dengan membayar tiket masuk Rp.5.000/orang. Mengambil foto di atas sana hasilnya bagus sekali. Bisa terlihat gugusan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Dibangun pada tahun 1882, Mercusuar ini menjadi salah satu tempat wisata yang wajib dikunjungi bila anda ke Belitong.

Masih naik perahu, pulau berikutnya yang disinggahi saat islands hopping ini adalah Pulau Pasir. Sesuai namanya, pulau ini hanya berupa gundukan pasir di tengah laut yang menjadi tempat persinggahan bintang laut. Bila kemari, jangan lupa berfoto dengan bintang laut sebesar piring!

Karena ombak yang semakin tinggi, terpaksa Pulau Babi kami lewati saja. Terlalu berbahaya, kata pemandu wisata kami. Kembali ke Tanjung Kelayang, kami disuguhi teh manis panas dan pempek sambil menunggu hujan reda.

Setelah tak hujan lagi, kami pun pulang ke hotel. Sampai di hotel sudah jam 17, kami langsung mandi, shalat lalu tidur. Terlalu capek untuk sekedar makan malam. Tepaaarr.

Keesokan harinya, setelah terlebih dulu sarapan di hotel, kami menuju ke tempat penangkaran hewan Tarsius di Batu Mentas. Tarsius adalah primata bertubuh kecil dan bermata besar (lebih besar daripada otaknya sendiri) yang merupakan makhluk nokturnal (melakukan aktivitas pada malam hari dan tidur pada siang hari). Menghabiskan hidupnya di atas pohon, Tarsius tidak dapat berjalan di atas tanah.

Di Batu Mentas, 3pzh penasaran mencari-cari Tarsius yang ngumpet di pohon-pohon. Setelah akhirnya ketemu, mereka senang sekali mengamatinya. Walau muka Tarsius sangat imut dan terlihat jinak, sebaiknya jangan terlalu dekat saat mengamatinya. Bila merasa terganggu, Tarsius tak segan untuk mencakar.

Bila anda ingin merasakan menginap di tengah hutan ini, ada penginapan di rumah pohon atau eco lodge. Walau rumah pohon, tapi kamarnya ber-AC dan ada kamar mandinya loh. Serasa di hotel. Bedanya di sini tidak disediakan TV atau radio. Kata pemandunya, agar tamu yang menginap dapat merasakan sensasi tinggal di hutan lengkap dengan suara-suara binatangnya, tapi tetap bisa merasa nyaman saat ingin beristirahat.

Dari Batu Mentas, kami mengunjungi Musium Geologi Belitong dan kebun binatang mini yang terdapat di dalamnya. Enaknya ikut biro perjalanan Jejak Langkah, kami bisa mengatur sendiri agenda perjalanannya. Mau kemana saja, disesuaikan dengan keinginan peserta perjalanan. Seperti kami yang tidak suka shopping dan membawa anak-anak yang hobi ke pantai dan musium, maka menghindari pertokoan dan memperbanyak agenda ke tempat-tempat yang menarik minat 3pzh.

Musium Geologi Belitung tidak terlalu menarik isinya, menurut saya. Kurang banyak yang dipamerkan dan penataannya tidak menarik. Sementara Kebun binatang mininya, benar-benar mini. Tidak banyak hewan di dalamnya. Sungguh disayangkan.

Dari musium kami melanjutkan perjalanan ke pantai wisata Tanjung Pendam. Pantai yang terletak ditengah kota Tanjung Pandan ini semacam ancol-nya Belitong. Ada taman rekreasi, tempat penjualan souvenir dan makanan. Kali ini 3pzh tidak bermain pasir karena sedang hujan. Kami pun hanya berputar-putar dengan mobil tanpa berniat turun.

Sempat juga kami singgah ke Rumah Adat Belitong. Lokasinya terletak di sebelah rumah dinas Bupati Belitung. Rumah Panggung yang terbuat dari kayu dan berhalaman luas ini juga biasa dipakai bagi wisatawan yang ingin berfoto dengan pakaian adat Belitong. Dengan membayar sejumlah rupiah, anda dapat didandani memakai pakaian adat dan difoto di pelaminan khas Belitong. Rumah Adat Belitung buka setiap hari mulai pukul 08.00 - 12.00 WIB dan pukul 14.00 - 16.00 WIB. Khusus hari Minggu, hanya buka pukul 08.00 - 12.00 WIB.

Saat makan siang, kami berhenti di Rumah Makan Berage. Tempat ini sangat direkomendasikan bila anda ingin mencicipi kuliner otentik Belitong. Lokasinya berada di Jalan Raya Sijuk, Tanjungpandan.

Berkapasitas sekitar 60-80an orang, di ruang berukuran sedang ini ada 4 meja lesehan yang ditempatkan di semacam panggung (lantainya lebih tinggi) dan sisanya di lantai yang lebih rendah, meja dengan bangku panjang. Interior ruangannya modern, agak kurang nyambung dengan makanannya yang tradisional. Makanan yang disajikan dalam piring dan mangkuk putih a la cafe ini seperti layaknya masakan rumahan.

Selesai makan, kami langsung menuju airport. Waktunya kembali ke Jakarta dan membawa kenangan liburan seru di pantai-pantai Belitong nan indah. Belitong, we'll be back!


Alamat-alamat:

1. Mie Belitung "ATEP"
Jl. Sriwijaya 27,
Tanjung Pandan

2. Musium Kata
Jl. Laskar Pelangi No. 7 Desa Gantong,
Belitung Timur

3. RM Rindu Pantai
Pantai Tanjung Tinggi
Kecamatan Sijuk, Kabupaten Bangka
Kepulauan Bangka Belitung

4. Hotel Grand Pondok Impian 2
Jl. Patimura no. 8
Tanjung Pandan, Belitung

5. Rumah Adat Belitung
Jl. Jend. A. Yani,
Tanjungpandan, Belitung
 
6. Rumah Makan Berage
Jl. Raya Sijuk no. 31 Simpang Kerjan
Tanjungpandan

Mie Pedas Abang Adek

Sebagai penggemar berat mie dan rasa pedas, saya penasaran banget sama tempat makan yang satu ini. Tapi berhubung tempatnya jauh dari rumah, baru kali ini kesampaian nyicipinnya.
Bertempat di sebuah kedai yang berada di teras sebuah rumah di Jalan Mandala Utara Nomor 8, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, lokasinya mudah ditemukan. Apalagi tempatnya pas di tusuk sate sebuah pertigaan. Lebih mudah menemukannya bila masuk dari belokan sesudah Kantor Walikota Jakarta Barat yang ada pom bensin. Kalau nyasar, tinggal tanya saja pada penduduk sekitar. Warung yang buka sejak tahun 1995 ini sudah sangat terkenal di sekitar situ.
Sore itu pengunjungnya tidak terlalu rame. Masih ada 3-4 meja yang kosong. Setelah mempelajari daftar menu, kami pesan roti bakar, 2 es teh manis, 1 jeruk hangat, 1 mie rebus pedas dan 1 mie goreng pedas garuk.
Tingkat kepedasan ini tergantung dari jumlah cabai yang digunakan. Level pertama adalah Pedas yang memakai 20 cabai. Level berikutnya Pedas Biasa dengan 25 cabai. Level Garuk, memakai 75 cabai. Berikutnya Gila di level keempat menggunakan 100 cabai. Level tertinggi, Pedas Mampus dengan 150 cabai atau seperempat kilogram cabe.
Ada dua jenis mie yang bisa dipilih, yaitu mie Rebus atau mie Goreng. Cara pembuatannya, pertama-tama cabe diulek kasar. Sementara itu, mie di rebus lalu ditiriskan setelah matang. Kemudian mie diaduk-aduk bersama cabe dan bumbu mie instan di piring/mangkuk. Lalu ditambahkan kornet dan telur matasapi diatasnya.
Tidak perlu menunggu lama, pesanan pun datang. Penampakannya sama seperti di warung-warung mie instan lain, kecuali pada warna dan aroma cabe rawit merah yang digerus kasar itu. Suapan pertama, kedua, masih aman... Tapi setelah suapan ketiga, mulai butir-butir keringat di kepala bermunculan. Setelah menghabiskan seporsi mie, wajah pun sudah tidak karu-karuan. Penuh keringat, hidung meler, dan bibir merah kepedasan. Ini baru yang garuk, belum yang pedas mampus.
Penasaran, sebelum pulang saya pesan mie goreng double (2 bungkus untuk 1 porsi) pedas mampus tanpa telur dan kornet. Tidak kuat menahan nafsu mencium aroma cabe yang menggoda, mie-nya saya santap di mobil. Oh noooo, bad decision! Muleeeesss!!! Huahahaha kapoook! Gak lagi-lagi deh nyobain mie pedes mampus!
Bagi yang tidak suka mie instan, masih banyak pilihan menu lain. Ada nasi uduk, ayam bakar, siomay, juga roti dan pisang bakar.





Menjagamu Kewajibanku


Miris sekali membaca berita pelecehan anak TK di internet. Sudah sepatutnya pelakunya dihukum mati karena sudah merusak masa depan seorang anak tak berdosa. Bahkan seorang teman mempertimbangkan untuk meng-home schooling-kan anaknya, agar anaknya aman di rumah.

Jangan salah, pelecehan tidak hanya terjadi di luar rumah, loh. Di dalam rumah sendiri, yang seharusnya aman, bisa juga terjadi. Biasanya justru orang terdekat pelakunya. Bisa kakek, orangtua, paman atau bahkan pekerja di rumah kita.

Tapi tidak mungkin juga kita mengurung anak di rumah sampai dia dewasa agar terhindar dari hal-hal buruk. Tugas kita selain mengajarkan cara mengantisipasinya, memberikan anak lingkungan yang baik, juga harus banyak berdoa sama Allah agar anak kita selalu dalam lindungan-Nya. Karena Dia adalah sebaik-baiknya pelindung, kan?

Jaman sekarang, lebih banyak orang sakit jiwa. Pelecehan seksual banyak terjadi dimana-mana. Dulu waktu saya masih SD, orangtua saya mungkin merasa aman meninggalkan anak-anaknya di rumah hanya dengan Asisten Rumah Tangga (ART) dan supir. Walau ibu selalu pulang saat makan siang untuk shalat dan menyiapkan makan siang anak-anaknya, kami ke sekolah dan les hanya diantar supir dan di rumah bersama ART sampai sore.

Tapi anehnya, menyadari jaman yang semakin edan ini tidak membuat orangtua semakin berhati-hati. Sekarang, malah banyak terjadi anak yang diantar jemput oleh supir atau bahkan tukang ojek untuk di drop di sekolahnya lalu pulangnya dijemput dan diantar ke rumah atau tempat les oleh supir/tukang ojek itu.

Banyak juga yang les di rumah, tapi di rumah kosong, hanya ada ART. Sementara si ART sibuk dengan pekerjaan di belakang, si guru les mengajar les di ruang tamu tanpa ada yang mengawasi.

Untuk ibu bekerja, jangan sewot dulu yah. Saya menulis ini bukan untuk mendiskreditkan ibu bekerja. I'm sure, every mother has her own battle. Apalagi single mother. Harus berjuang sendirian menafkahi dan membesarkan anak. Tapi masalahnya, tidak semua ibu bekerja ingin cepat pulang ke rumah untuk ketemu buah hatinya. Banyak yang lebih memilih ngerumpi di cafe bersama teman setelah jam pulang kantor.

Ibu tidak bekerja pun banyak yang jadi pengacara alias pengangguran banyak acara. Pengajian di sana disini, Arisan ini arisan itu. Sibuk terus pokoknya, lebih banyak di luar rumah daripada di rumahnya. Saat tiba di rumah, anak sudah terlelap kecapekan setelah seharian les ini-itu sepulang sekolah.

Begitu juga saat wiken. Hanya 1 hari atau beberapa jam yang disisakan untuk menemani anak. Itupun paling ke mal, makan, nonton, atau main di playground. Sisa 1 hari wiken lagi untuk 'me time'. Apa cukup? Yang penting 'quality time' bukan 'quantity' itu selalu yang dijadikan dalih dalam menghindar dari kewajiban mendampingi anak.

Memang berapa sih gaji di kantor? Segitu sajakah nilai keselamatan anak kita sampai kita lebih senang bekerja di kantor dan menitipkan anak kita ke orang lain? Memang sebegitu pentingkah pengajian dan arisan itu sehingga waktu habis di luar rumah? Bandingkan dengan harta benda kita yang dijaga sedemikian rupa, dititipkan di Safe Deposit Box di bank, di brankas pribadi, di cover asuransi, dan sebagainya. Kok nilai anak kita cuma segitu aja ya? Dititipkan ke tukang ojek *sigh*

Padahal kata Bang Napi, "kejahatan itu terjadi tidak hanya karena ada niat dari pelakunya. Tapi juga karena adanya kesempatan!"

Apa kita harus menunggu sesuatu yang buruk, seperti pelecehan atau penculikan terjadi pada anak kita baru menyesal? Kenapa tidak mencegahnya sebelum terjadi?

Menjagamu, adalah kewajibanku, Nak. Karena kau adalah harta paling berharga dalam hidupku.










Mencicipi Es Durian Salju

Beberapa kali melewati tempat ini saat mengantar jemput abang Zi, membuat saya jadi penasaran ingin mencicipi Es Durian Salju-nya. Toko kecil berkapasitas sekitar 30 orang ini menyediakan berbagai menu es krim dan camilan rasa durian. Letaknya di Jalan Raya Pemuda, pas di seberang gedung sekolah Labs School Rawamangun.

Akhirnya di suatu wiken, saya dan keluarga pun meluncur ke sana. Sore itu kami memesan es krim campur spesial, es krim durian dan es krim durian dalam cup.

Es campur special isinya seperti es campur biasa yang terdiri dari cendol, kolang kaling, kelapa kopyor dan kacang merah yang atasnya ditutup es serut dan sirop. Tapi istimewanya, ditambahkan seiris daging durian. Semangkuk harganya Rp.23.000.

Sementara itu Es krim durian yang harganya Rp.20.000 semangkuk ini terdiri dari es krim rasa durian ditambah seiris daging durian dan disiram coklat cair diatasnya. Durian yang dipakai disini umumnya adalah durian monthong.

Untuk es krim cup pilihannya terdiri dari 3 rasa: durian, stroberi dan coklat. Dengan 1 cup seharga Rp.12.000, duriannya tidak terlalu terasa, hanya aromanya saja.

Ada juga camilan rasa durian, seperti pancake durian seharga Rp.12.000 dan lempok (dodol durian). Sedangkan bagi anda yang tidak suka durian, tersedia juga camilan seperti roti bakar dan siomay.

Untuk rasa dari 1-10 ada di level 7 menurut saya. Mungkin karena saya lebih suka makan buahnya langsung daripada es krimnya :D

Belajar Bersabar

Seringkali kali kita emosi jiwa alias marah karena menghadapi suatu masalah. Padahal sebenarnya, masalahnya tidak terlalu besar kalau saja kita mau sedikit bersabar. Mencoba melihatnya dari sisi yang berbeda.

Saya termasuk orang yang spontan dalam artian kurang berpikir panjang bila melakukan sesuatu, termasuk dalam hal marah *tutupmuka* Karena sangat menyadari sifat ini tidak baik, maka belakangan saya lebih berusaha untuk bersabar. Susah? Pasteeee. Tapi saya tidak ingin 3pzh meniru sifat buruk bundanya.

Jadi saya melakukan beberapa cara untuk mencoba mengatasinya. Selain istighfar dan berwudhu, salah satu caranya adalah dengan menarik nafas beberapa kali sebelum bicara saat emosi sedang terpancing. Pernah saya baca di sebuah artikel, beberapa orang malah melakukannya dengan menghitung 1-10 sebelum mulai bicara. Alhamdulillah, walau belum bisa menjadi penyabar, minimal saya bisa terhindar dari masalah dengan menahan lidah saya saat sedang emosi.

Seperti waktu sampah di rumah kami menumpuk berhari-hari. Sudah seminggu ini sampah tidak diangkut tukang sampah langganan di lingkungan perumahan kami. Selain bau, sampahnya juga berulang kali diacak-acak kucing, sehingga jadi kerjaan tambahan bagi saya maupun hubby untuk menyapunya lagi dan lagi.

Saat di hari ke delapan akhirnya si tukang sampah datang, saya menarik nafas beberapa kali sebelum membuka pintu dan bertanya, 'Kok lama gak kelihatan, mas?' Dengan raut sedih, si mas nya menjawab, 'Anak saya sakit bu, di kampung. Maaf.'
Astaghfirullah. Untung saya belum meninggikan suara dan berhasil menekan emosi sebelumnya. Bayangkan kalau tadi saya marah-marah, bagaimana perasaan si mas itu yang sedang sedih tertimpa musibah, malah dapat omelan.

Kejadian lainnya saat saya baru pulang dari bepergian, sementara 3pzh ditinggal di rumah. Belum lagi sempat kelihatan mukanya, suara tangisan za yang melengking sudah terdengar dari dalam. Badan yang lelah, mendengar suara tangisan anak itu rasanya... Haduuuh kenapa lagi niiih?? Emosi pun mulai naik. Susah sekali menahan mulut agar tidak mulai merepet saat sedang lelah.

Masuk ke dalam rumah, terlihatlah za yang nangis sambil memandangi gelas yang pecah dekat kakinya. Lantai basah bercampur pecahan gelas. Si abang dan kakaknya segera mengambil sapu dan lap. Mereka sigap merapikan.

Seperti biasa, saya lebih memilih diam kalau mereka sudah berinisiatif membereskan. Masuk ke kamar, saya hidupkan AC dan duduk di tempat tidur. Menunggu penjelasan dari anak-anak sekalian mendinginkan badan dan kepala (biar tanduknya gak keluar!).

Benar saja, tidak lama za masuk ke kamar. Kepalanya menunduk, suaranya terdengar pelan bercampur isakan, 'Maaf ya bun, adek jatuhin gelas. Tadi adek mau ngambilin minum untuk bunda. Tapi adek lari, jadi jatuh'

Subhanallah. Anak balita ini, dengan caranya ingin menunjukkan perhatian pada bundanya, yang menurutnya pasti sedang capek. Untung saya tidak memarahinya tadi. Abang dan kakaknya juga hebat, berinisiatif merapikan pecahan kaca segera agar adiknya tidak terluka. Alhamdulillah ya Allah, sudah menitipkan anak-anak hebat ini pada kami.

Dari dua kejadian itu saya jadi mengerti, bahwa dengan menahan emosi, walau pun hanya beberapa menit, kita dapat terhindar dari menyakiti hati orang lain.

Agar bisa menjadi contoh yang baik bagi 3pzh, saya masih perlu banyak belajar. Diantaranya belajar menjaga lidah dari mengucapkan hal-hal yang menyakiti hati orang lain, dan belajar menjaga jempol saat mengetikkan kata-kata yang mungkin akan saya sesali dikemudian hari.

Berbagi Untuk Ende

Pembaca blog Idenyadini yang baik hati dan tidak sombong, boleh saya minta tolong?

Komunitas #GerakanBerbagi ingin membantu anak-anak NTT - Flores, Ende, untuk berjuang melawan penyakit Malaria dengan membagikan buku Berantas Malaria dan kaos Laskar Jentik serta mengadakan pemeriksaan kesehatan dan pelatihan Laskar Jentik di 25 sekolah dasar (1.000 orang murid) di sana.

Program yang akan dilaksanakan di bulan April 2014 ini sangat membutuhkan dukungan dari kita semua karena diperlukankan Rp.200.000,- untuk membantu 1 anak Ende melawan malaria.

Nah bagi para pembaca IdenyaDini yang ingin ikut serta membantu dapat menyalurkan donasinya ke:

Bank Permata cabang Menara FIF

Rekening Perkumpulan Gerakan Berbagi
Nomor 121 962 1600

Bila sudah transfer, tolong dikonfirmasi ke Idha (+628567851456) dengan menyebutkan nama, alamat dan nominal yang didonasikan. Nanti akan dikirimkan tanda terima dari kami sebagai bukti donasi.

Terima kasih untuk perhatiannya. Semoga malaikat mencatat kebaikan hati kalian.




www.gerakanberbagi.com

Kemping Pertama Di Cidahu

Sudah lama sekali ingin mengajak 3pzh kemping. Dulu waktu SMP, saya sering ikut kemping saat kegiatan Pramuka. Waktu itu saya belajar mendirikan tenda, membuat api unggun, memasak dan tidur beramai-ramai dalam tenda dengan teman-teman hingga mengobrol sampai larut malam. Seru banget. Setelah punya anak, saya ingin mengenalkan aktifitas kemping ini. Salah satu alasannya supaya mereka bisa lebih mencintai alam.

Liburan akhir tahun ini lah rencananya kami akan kemping. Dari hasil browsing kami mendapat info beberapa tempat kemping yang 'ramah anak' (kids friendly). Untuk pemula seperti kami, sebaiknya mencari tempat yang kamar mandinya dekat, lingkungannya aman dan peralatan kempingnya sudah tersedia. Jadi tidak perlu repot bawa tenda sendiri ataupun alat masak. Kan sayang kalau sudah beli tenda mahal-mahal, taunya keluarga kurang menikmati kemping. Ujung-ujungnya tenda mahal itu cuma jadi penghuni gudang.

Setelah membandingkan fasilitas yang tersedia di masing-masing camping ground, akhirnya diputuskan untuk kemping di Cidahu, Sukabumi. Dengan membayar Rp.600.000 untuk kemping 2 hari 1 malam, kami sudah mendapat fasilitas 1 tenda dengan 2 matras ukuran queen, meja dan kursi untuk sarapan, air panas untuk membuat minuman hangat, air mineral, kopi, teh, gula, dan makan pagi.

Pemesanan dilakukan hanya melalui email dan telepon, serta membayar melalui transfer ke bank yang ditunjuk. Sangat praktis untuk orang seperti kami yang memang tidak punya waktu banyak di hari kerja. Kebetulan sekali, wiken setelah malam tahun baru, sepi pengunjung. Jadi pemesanan tidak harus dilakukan jauh hari sebelumnya.

Sabtu pagi, kami pun siap berangkat menuju Cidahu. Rute yang kami lalui dari Jakarta adalah: Jakarta - Jagorawi - Lido - Taman Angsa, Pasar Cicurug - Cidahu. Berangkat jam 10 dari Pondok Indah, kami masuk JORR langsung menuju Jagorawi. Pagi itu Jagorawi padat sekali. Padahal ini wiken terakhir sebelum masuk sekolah lagi setelah libur akhir tahun. Sepertinya banyak warga Jakarta yang masih ingin keluar kota, seperti kami.

Dari Jagorawi mobil mengarah ke Lido, Sukabumi. Jalanannya ramai lancar, hanya sedikit tersendat dekat jembatan yang sedang dibetulkan. Setelah Taman Angsa (di sebelah kanan jalan), berarti tempat tujuan masih sekitar 14km lagi.

Tidak jauh dari Taman Angsa ada Pasar cicurug. Dari pasar ini ada angkot no. 32 yang sampai ke Cidahu. Ini bisa jadi alternatif bagi anda yang tidak memiliki kendaraan. Tapi sepertinya angkot tidak sampai ke Batu Tapak Camping Ground 2. Jadi harus dilanjutkan dengan berjalan kaki atau naik ojek bila ada.

Setelah melewati Pasar Cicurug nanti di pertigaan akan menemukan pom bensin di kiri jalan atau Gatur Lantas Cidahu. Itu tandanya untuk mengarahkan kendaraan anda ke kanan menuju Cidahu. Dari situ tinggal lurus saja mengikuti jalan, sekitar 10,5km lagi sampai ketemu Batu Tapak Camping Ground 2.

Kedengarannya mudah, tinggal lurus saja. Padahal jalanannya menanjak dan agak sempit. Sebagian besar jalanannya malah belum di aspal. Kalau datang sudah gelap, pastinya tidak ada penerangan yang memadai. Hati-hati terperosok. Tujuh kilo terakhir jalannya lumayan rusak. Pastikan kendaraan yang anda pakai cukup lincah di jalanan berbatu dan kuat untuk menanjak. Karena kalau sampai mogok di tengah jalan, akan sulit menemukan bengkel/montir di sekitar situ.

Setelah bertanya beberapa kali ke penduduk sekitar, sembilan kilometer setelah pabrik Krating Daeng, akhirnya sampai di lokasi Batu Tapak camping ground 2. Saat itu jam menunjukkan waktu sekitar pukul 14.30 atau 4,5 jam dari Jakarta. Lumayan melelahkan. Tapi semua lelah seakan hilang saat melihat pemandangan indah berkabut tipis dari area restoran. Udaranya juga sejuk menyegarkan.

Setelah shalat di musholla, kami baru mulai menurunkan barang bawaan dari mobil untuk dibawa ke tenda/kemah. Anak-anak senang sekali melihat kemah yang disediakan untuk kami. Ada 2 matras ukuran queen untuk kami berlima beserta bantal. Kemah-kemah didirikan membentuk letter O dengan tiap sisinya terdiri dari 2 sampai 3 kemah. Kamar mandinya hanya berjarak sekitar 20 meteran dari area kemah. Ada sekitar 15 pintu kamar mandi dan toilet berjajar disitu. Asyiknya lagi, ada keran air panasnya di kamar mandi tertentu.

Karena belum makan siang, kami pesan makanan di restorannya dan minta dibawakan ke tenda. Entah karena sudah kelaparan atau memang masakannya yang enak, nasi goreng seafood dan bihun goreng ayam pesanan kami segera habis tak bersisa. Seporsinya hanya Rp.25.000,- harga yang sepadan dengan rasanya menurut saya.

Selesai makan, kami berencana ke curug mini (air terjun kecil). Jalan kaki sekitar 30 menitan ke arah bawah area camping ground, menyusuri jalan setapak, maka akan sampai di curug mini. Air terjun kecil yang di kelilingi dinding batu ini terlihat cantik. 3pzh yang tidak sabar untuk bermain air, langsung berendam sampai gemetar kedinginan.

Kalau anda baru sampai di camp ground sore atau malam, sebaiknya tunda sampai besok bila ingin ke curug, karena jam 5 sudah turun kabut yang cukup tebal. Bila jalan tertutup kabut, dikuatirkan anda bisa tersesat. Apalagi perjalanan balik dari curug mini cukup melelahkan karena jalannya menanjak dan licin.

Sayang di sini fasilitas flying fox hanya diperuntukkan bagi mereka yang datang dalam kelompok besar. Jadi kegiatan yang bisa dilakukan disana bila anda datang dalam kelompok kecil seperti kami adalah berkunjung ke curug mini dan curug besar serta menikmati kehangatan api unggun.

Jam 19an diantarkan makan malam berupa nasi kotak (Rp.32.500/kotak) atau nasi bungkus (Rp.20.000/bungkus), tergantung pesanan. Yang ingin makanan prasmanan (Rp.50.000/orang) juga bisa, nanti makannya di restorannya dengan membawa print out pemesanan online-nya. Bagi anda yang mau memasak di sana, bisa kok membawa peralatan sendiri atau sewa di sana. Tapi buat ibu-ibu malas seperti saya, pesan dari restoran lebih menyenangkan :D

Sama seperti saat makan siang, makan malam ini pun rasanya cocok di lidah kami. Menu nasi kotaknya lengkap: dari nasi putih, ayam goreng, tempe goreng, ikan goreng tepung, sup bakso sosis, sambal, kerupuk dan sepotong semangka. Itu pun masih ditambah teh manis panas setermos besar untuk kami berlima.

Dua jam kemudian petugasnya datang lagi. Kali ini untuk mengantarkan jagung rebus/bakar yang sudah dipesan sebelumnya via email seharga Rp.5.000/buah. Kami sekalian minta api unggun dinyalakan di depan tenda pada petugas tersebut. Untuk api unggun diperlukan setidaknya 5 ikat kayu bakar, seikat kayu hanya Rp.5.000,- Setelah api unggun menyala, anak-anak pun membakar sate sosis yang sudah saya siapkan dari rumah.

Malam itu anak-anak begadang menikmati udara dingin di perkemahan sambil duduk di depan api unggun. Pengalaman kemping di Cidahu benar-benar pengalaman pertama yang mengesankan bagi 3pzh. Mereka yang terbiasa hidup di kota, terkagum-kagum melihat keindahan alam Cidahu dan mengamati serangga-serangga yang banyak terdapat di sekitar perkemahan. Wiken kali ini, mereka sama sekali tidak keberatan melewatkan hari tanpa tv. Cidahu, we'll be back!