Puasa = Menahan Diri

Kemarin belanja bulanan, kaget juga lihat nilai totalnya... Naik 400ribuan dari belanja bulan kemarin! Padahal barang-barang yang dibeli tidak beda jauh. Waduh, inflasi sudah mulai terasa nih.

Dimulai dari tahun ajaran baru, TDL (Tarif Dasar Listrik) naik, masuk bulan Ramadhan, kemudian lebaran.... Tidak heran kalau harga-harga mulai merayap naik. Uang di dompet pun tidak bertahan lama. Langsung serasa punya gaji 8 koma (tanggal 8 sudah koma, alias bokeeeekk!!!) :D

Bagaimana mengatasinya? Kalau saya saranin hidup hemat, mungkin males ya dengarnya? Terutama bagi yang seperti keluarga saya: jarang nge-mall, makan di restoran ataupun belanja barang-barang mahal. Jadi, apalagi yang bisa dihemat?!

Dalam belanja, prinsip saya: belanja yang dibutuhkan, buat daftarnya, lakukan paling banyak 2 kali sebulan, lalu tutup mata! Belanja yang dibutuhkan, artinya kalau di rumah stok yang habis adalah minyak, gula dan garam, ya berarti minuman kaleng tidak perlu dibeli, dong? ;)

Buat daftarnya. Ini penting supaya kita tidak lupa apa saja yang harus dibeli. Dari rumah mau beli sabun, jangan pulang-pulang malah bawa gayung, keset dan cemilan. Sementara sabunnya sendiri akhirnya lupa terbeli!

Lakukan paling banyak 2 kali sebulan. Semakin sering kita ke supermarket, maka akan semakin besar kemungkinan kita membeli barang-barang yang sebenarnya tidak kita butuhkan. Jadi untuk barang-barang yang tahan lama seperti odol, deterjen, sampo, dan sejenisnya, sebaiknya termasuk dalam daftar belanja bulanan. Untuk sayur, daging, atau ikan bisa dibeli harian di pasar tradisional atau tukang sayur.

Lalu kenapa harus tutup mata? Karena kalau belanja barang-barang yang sifatnya pokok seperti susu anak, semahal apapun, kan tetap harus kita beli? Apalagi tidak semua anak bisa minum sembarang susu atau pun berganti-ganti merk. Jadi biasanya, kalau sudah terbiasa dengan merk tertentu, maka seterusnya akan mengkonsumsi merk tersebut.

Begitu juga kalau lagi diskon, tidak perlu diborong. Yang namanya susu, kalau dibeli banyak-banyak kan takut kualitasnya menurun kalau kelamaan disimpan. Jadi ya tutup mata saja! Mau lagi mahal, mau lagi diskon, beli sesuai kebutuhan, kalau itu merupakan barang kebutuhan pokok dan memiliki masa kadaluarsa.

Untuk menyiasati pengeluaran lebaran yang biasanya sangat besar, saya mencicilnya sejak sebelum masuk bulan Ramadhan. Bahan untuk baju sudah dibeli dari 4 bulan lalu, dan sudah ditaruh di tukang jahit sejak seminggu lalu. Untuk kue-kue lebaran, saya pesan seminggu sebelum Ramadhan, supaya stoknya di agen masih lengkap dan bisa bebas memilih. Jadi di bulan puasa nanti, tidak akan kami habiskan waktu berbuka di mall apalagi sampai meninggalkan tarawih. Justru di bulan itulah kami sekeluarga lebih banyak di rumah.

Tapi bukan berarti tidak keluar rumah sama sekali, ya. Biasanya, saat wiken, kami sahur di luar rumah. Lalu dilanjutkan shalat subuh di masjid. Hal ini untuk membuat acara sahur menjadi lebih menyenangkan buat anak-anak dan membiasakan mereka shalat berjamaah di masjid. Sampai tahun lalu, baru si abang yang sudah puasa (z mulai puasa setengah hari umur 4 tahun, dan puasa penuh umur 5 tahun). Tapi adik-adiknya biasanya ikutan sahur juga, walau pun tidak puasa :) Tahun ini giliran si kakak diajarkan puasa. Mudah-mudahan semudah mengajarkan puasa pada si abang *crossing my fingers* ;)

Puasa itu kan intinya menahan diri. Tidak sekedar menahan lapar dan haus. Menahan diri dari keinginan berbelanja, termasuk di dalamnya, lho. Jadi jangan Ramadhan dijadikan alasan untuk buka puasa di luar rumah dan nge-mall lebih sering sering doooong ;) Jadikanlah bulan suci ini untuk memperbanyak ibadah dan memperbanyak waktu untuk keluarga.

Pembaca Idenyadini yang baik hati dan tidak sombong, sebelum memasuki bulan Ramadhan, saya mohon dimaafkan kalau ada salah-salah kata di blog saya ini ya? Semoga ibadah kita di bulan suci nanti diterima oleh Allah SWT dan semoga kita dipertemukan kembali dengan Ramadhan di tahun depan. Amiin :)

Selingkuh

Sudah ada 4 tahun saya tidak nonton tv. Selama itu pula, berita terkini saya peroleh dari internet, media interaktif (seperti detik.com) maupun media sosial (seperti twitter). Karena berita yang didapat lebih banyak berupa tulisan, bukan gambar, jadi agak terkaget-kaget bercampur mumun (mau muntah) waktu tiba-tiba dapat broadcast foto seorang penyanyi wanita yang sedang (maaf) ciuman (bibir!) dengan seorang pria yang masih resmi menjadi suami orang (!!!) Apa saya yang masih old fashioned, atau memang orang Indonesia sudah mulai luntur tata kramanya ya? *garuk-garuk kepala*

Selingkuh saja sudah salah. Ini sampai dipamerin di tv nasional, lagi. Bikin salah kok bangga?! Apa tidak memikirkan perasaan anak-anaknya di rumah yang mungkin saja menyaksikan tayangan itu? *tepok jidat*

Kenapa ya, selingkuh sudah menjadi hal yang biasa sekarang ini? Kalau memang benar itu cinta, kenapa tidak bisa menunggu sampai status perceraiannya jelas? Takut perasaan yang dikira cinta itu keburu memudar kalau kelamaan? Wah, kalau itu sih nafsu namanya, bukan cinta. Kalau nafsu, akan memudar seiring berjalannya waktu. Tapi kalau cinta, justru semakin lama semakin kuat (bila dipelihara, tentunya).

Dulu, salah seorang teman, sebut saja si A, pernah curhat ke saya. Dia telah pacaran lebih dari 5 tahun dengan B saat dia mulai tergoda untuk selingkuh dengan teman dekatnya, si C. Waktu saya sarankan untuk memilih, A bilang dia mencintai keduanya. Sewaktu si C akan menikah dengan pacarnya (jadi si A itu juga selingkuhannya si C), dia bilang ke A, akan membatalkan perkawinannya kalau si A memintanya. Gilaaaaa!!! Buat apa kawin, kalau cuma dijadikan plan B? Sekarang, si A sudah menikah dan punya anak, tapi bukan dengan si B mau pun si C (-_-)" Moral of the story: saat cinta bisa dibagi, itu artinya bukan cinta sungguhan. Jadi layak untuk ditinggalkan.

Orang yang mau jadi selingkuhan, menurut saya termasuk golongan orang yang tidak menghargai dirinya sendiri. Orang yang menghargai dirinya, pasti tidak mau dijadikan serep (cadangan) kan? Selain itu, orang yang mau dijadikan selingkuhan biasanya egois. Mereka tidak bisa berempati pada kesusahan orang lain. Tidak perduli sebuah keluarga hancur dan anak-anak menjadi korban pertengkaran dan perceraian orangtuanya. Apapun akan dilakukan demi mendapatkan yang diinginkannya. Berbahagia di atas kesengsaraan orang lain justru dilihatnya sebagai sebuah kemenangan.

Buat yang sudah terlanjur jadi selingkuhan, saran saya: just leave him/her! You deserve someone better! Buat yang tetap keukeuh mau jadi selingkuhan, saya quote status seorang teman saya di fb: Go XX! (go to h**l)!!! *sensor* :D

Hari Pertama Sekolah

Hari pertama sekolah merupakan hari yang spesial, baik bagi para orangtua maupun anaknya. Banyak orangtua (khususnya para ibu) yang sengaja ijin datang terlambat ke kantor demi mengantarkan anaknya ke sekolah hari ini. Khusus hari ini saja, karena besok-besok sudah menjadi tugas asisten atau pak supir lagi ^_*

Sementara bagi anak, hari pertama masuk sekolah bisa menjadi hari yang sangat menegangkan sekaligus menyenangkan. Tegang, karena harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Menyenangkan, karena akan punya banyak teman, dan rasanya pasti keren sekali memakai seragam dan peralatan sekolah yang baru.

Hari ini, selain si abang, si kakak juga mulai sekolah. Tadinya, karena sesuatu hal, si kakak akan dimasukkan sekolah tahun depan saja, langsung TK B. Agar tidak bosan di rumah, dia dileskan baca tulis (sejak umur 3 tahun), matematika dan menari (sejak umur 4 tahun). Tapi ternyata Allah mengijinkannya sekolah tahun ini.

Letak sekolah yang dekat memungkinkan kami untuk berjalan kaki ke sekolahnya. Kurang dari 5 menit sudah sampai. Kakak berjalan duluan di depan sementara saya di belakang menuntun si adik yang jalannya masih belum bisa cepat.

Saya dan si adik bahkan belum masuk ke gedung sekolah, saat dengan pedenya si kakak masuk ke ruang tengah dimana teman-teman dan guru-guru barunya berkumpul membentuk lingkaran. Acara perkenalan sudah dimulai, dan kami yang rumahnya paling dekat, terlambat 10 menit!! *tutup muka*

Kata bu guru, "Waaah, ini ada teman baru lagi, siapa namanya?" "Zuhla" jawab kakak tanpa malu-malu walau masih cadel. "Ayo teman-teman, kita ucapkan selamat datang kepada Zuhra", ajak bu guru kepada murid lainnya. "Selamat datang Zuhra," seru mereka. "Telima kasih" jawab kakak lagi.
Duh, tanpa dapat dicegah, tiba-tiba mata saya penuh dengan air mata *mewek* Bunda mana sih yang tidak bangga melihat anaknya percaya diri dan tahu sopan santun begitu? Momen-momen seperti inilah yang selalu membuat saya mensyukuri pilihan saya untuk tidak bekerja dan mengurus anak-anak tanpa asisten.

Setelah kakak masuk kelas, saya dan si adik pun pulang. Lokasi sekolah yang dekat, kesiapan mental si kakak untuk sekolah dan lingkungan sekolah yang nyaman, membuat saya tenang meninggalkannya di sekolah walaupun ini adalah hari pertamanya masuk sekolah :)

Sing Sabaaar

Kata orang, sabar tidak ada batasnya. Tapi kok susah sekali ya, menahan sabar itu? Untuk yang emosional seperti saya ini, kesabaran adalah salah satu ujian terberat.
Malah ada yang menyarankan untuk menghitung dulu minimal sampai 10, sebelum marah. Waduh, boro-boro ngitung, mikir saja tidak sempat kalau lagi emosi tinggi begitu kan?
Biasanya saat saya menghadapi suatu situasi atau kondisi yang menguji kesabaran, daripada marah meledak-ledak, saya lebih memilih diam. Diam bukan berarti masalah dianggap selesai, lho. Hanya ditunda pembahasan dan penyelesaiannya.
Diam saat kemarahan sudah sampai diubun-ubun, dapat mencegah kita dari mengucapkan hal-hal yang dapat disesali saat sudah tidak marah lagi.
Tidak hanya diam, saya juga menghindari orang/apa pun itu yang menjadi penyebab kemarahan saya. Hal ini membantu pikiran untuk tidak terus-menerus terfokus pada sumber masalah.
Ada yang bilang, memendam kemarahan itu tidak baik untuk kesehatan jiwa. Betul. Makanya jangan dipendam. Kemarahan tetap harus disalurkan, tetapi tunda waktunya saat kepala sudah mulai dingin.
Bagaimana menyalurkan kemarahan? Tiap orang bisa beda-beda caranya. Kalau saya sih, blogging saja ;)

S U K S E S

Sebenarnya, apa sih definisi sukses itu? Tanpa mengacu pada kamus bahasa, menurut saya sebuah kesuksesan itu sifatnya relatif. Pada tiap orang artinya dapat berbeda.

Bagi saya pribadi, sukses itu artinya bila saya merasa bahagia setelah mencapai sesuatu. Jadi kalau saya tidak merasa bahagia, walaupun menurut orang lain itu suatu keberhasilan, bagi saya itu bukan suatu kesuksesan.

Seorang teman pernah curhat ke saya, katanya dia merasa stres setelah kehilangan pekerjaannya. Stresnya bertambah parah bila dia mulai membanding-bandingkan kesuksesan teman-teman seangkatannya dulu di sekolah yang rata-rata sudah "jadi orang". Si A sekarang punya rumah besar di daerah elit. Si B jadi pejabat di suatu instansi. Si C punya mobil mewah merk X.... blablabla.

Terus terang, menurut saya, sangat dangkal bila kita mengukur kesuksesan seseorang hanya dari materi yang dimilikinya. Memangnya kalau sudah tajir melintir sudah pasti sukses? Gimana dengan Gayus yang hartanya lebih dari 100M? Apa dia sekarang bisa disebut sukses?

Lalu teman saya itu bertanya, apakah tidak mungkin mencapai kesuksesan dan kebahagiaan sekaligus?

Well, menurut saya, kalau dalam hidup ini tujuan kita adalah mencari kebahagiaan, maka kesuksesan akan mengikuti dibelakangnya. Sebaliknya, bila kesuksesan yang menjadi tujuan hidup kita, belum tentu kebahagiaan akan mengikutinya.

Manusia itu punya sifat dasar yang susah untuk merasa puas. Rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau kan? Jadi berhentilah membanding-bandingkan kesuksesan orang lain dengan keadaan anda, kalau itu hanya akan membuat anda semakin minder. Apalagi kalau itu hanya dilihat dari segi materi.

Kesuksesan tidak dapat dicapai dalam semalam. Perlu kerja keras, ketekunan dan sedikit keberuntungan. Jalan pintas memang akan mempercepat anda sampai di sana, tetapi dasar yang tidak kuat akan mudah menjatuhkan anda kembali ke posisi awal (ingat Gayus?).

Sekarang keputusan ada di tangan anda. Kesuksesan macam apa yang anda inginkan? Jalan yang mana yang akan anda tempuh untuk mencapainya? Good luck!

Sembilan Tahun yang Lalu

Hari ini, tanggal 1 Juli , si abang Z ulang tahun yang ke 9. Tidak terasa, sekarang Z sudah naik kelas 4 SD. Waktu begitu cepat berlalu. Rasanya baru kemarin saya masih menimang-nimangnya.

Sebenarnya saya tidak menduga akan hamil secepat itu. Sebelum menikah, saya termasuk yang selalu mengalami sakit kram perut saat hari pertama dan kedua haid. Sampai sering harus bolos sekolah. Kata orang, itu tanda endometriosis dan umumnya penderita penyakit itu, akan susah untuk hamil. Namun demikian, saya tidak pernah memeriksakan diri ke dokter.

Begitu mengetahui hamil saat di bulan-bulan pertama pernikahan, saya dan hubby awalnya kaget. Bagaimana tidak, dengan penghasilan hubby saat itu, rasanya tidak mungkin kami memiliki anak, karena pasti biayanya akan sangat besar. Sementara saya sedang dalam proses pindah kerja ke tempat yang baru. Saat sedang menjalani tes kesehatan di perusahaan yang baru itulah, saya tahu kalau sudah berbadan dua. Walaupun sudah mendapat seragam dari perusahaan Korea itu, tawaran kerja tersebut akhirnya dibatalkan karena mereka mengetahui kondisi saya :(

Untungnya rasa kaget itu segera berganti dengan rasa syukur setelah kami menyadari bahwa setiap anak PASTI ada rezkinya sendiri. Maka mulailah saya memasuki masa kehamilan dengan tenang. Walau ada saat-saat emosi jiwa di trimester pertama, tapi Alhamdulillah dukungan hubby yang super sabar mampu menenangkan saya. Mungkin ini juga yang menyebabkan saya dapat melalui masa kehamilan dengan mudah. Tanpa rasa mual dan pusing.

Kami tinggal dengan mertua sejak menikah hingga Z berusia 40 hari. Mereka sangat memperhatikan kesehatan saya dan calon cucunya. Walaupun sampai usia kehamilan 8 bulan saya masih mengerjakan perkerjaan rumah (waktu itu tidak ada pembantu di sana), tetapi gizi tercukupi. Terlalu cukup malah, sampai-sampai berat badan saya naik 28kg (ooops!) ^-*

Sejak awal kehamilan, entah kenapa saya yakin sekali bayi yang saya kandung ini laki-laki. Dan saat itu, sedang ngetop-ngetopnya sinetron Kiamat Sudah Dekat yang ada tokoh anak kecil bernama Zidan. Saya suka sekali dengan tokoh anak kecil itu. Pintar dan ceriwis. Maka saya ingin Zidan sebagai nama anak kami nanti. Berhubung ayahnya penggila bola, akhirnya disepakati nama si bayi nanti adalah Zidane.

Tadinya diperkirakan dokter, Z akan lahir tanggal 5 Juli. Tapi hari Kamis, 28 Juni, saya sudah keluar flek. Diam-diam saya telpon hubby di kantor agar segera pulang untuk mengantar saya ke rumah sakit. Sengaja diam-diam agar tidak merepotkan dan membuat panik mertua. Tapi setelah dirawat setengah hari, malah disuruh pulang lagi sama dokternya. Paling seminggu lagi bu baru lahir karena sekarang baru bukaan 1 dan ini anak pertama, kata dokternya.

Berhubung kontraksi sudah semakin sering, sementara dokter berpesan agar datang ke rumah sakit minimal bila sudah bukaan 3, akhirnya saya putuskan untuk memperbanyak jalan kaki. Jumat pagi, saya jalan keliling komplek perumahan ditemani hubby yang sudah mengambil cuti. Sabtu malam, ikut menemani mertua belanja bulanan di carrefour. Minggu pagi, mulesnya makin ajib. (-_-)"

Diam-diam, minggu pagi kami berangkat ke bidan dekat rumah untuk mengetahui sudah bukaan berapa. Sekali lagi diam-diam, karena tidak mau merepotkan mertua. Apalagi kalau ternyata tidak jadi melahirkan seperti Kamis yang lalu. Di bidan, dari hasil pemeriksaan diketahui saya baru bukaan 2. Bayangkan, dari Kamis ke Minggu baru bukaan 2! Errrr...

Akhirnya karena sudah tidak sanggup lagi menahan rasa sakitnya, saya minta hubby untuk memarkir mobil di rumah sakit. Ada sekitar sejaman menunggu di mobil dengan rasa mules yang rasanya sudah sanggup bikin saya ngajakin berantem orang sekampung, akhirnya saya putuskan untuk segera ke ruang bersalin. Dalam hati saya bertekad, kalau disuruh pulang lagi, kali ini saya mau demo!!! *lebay mode: ON*

Dalam proses penantian bukaan yang sangat lambat itu, akhirnya mertua dan orangtua pun dikabari bahwa saya sudah masuk ruang bersalin. Hubby dengan setia menunggui saya yang sekali-kali meringis kesakitan. Sementara di luar kamar bersalin berkumpul ayah dan ibu mertua, papa dan mama sampai adik saya dan kakak-kakak ipar saya *tutup mata*

Ketuban baru pecah di saat bukaan 9. Alhamdulillah, tepat jam 16.44, lahirlah putra pertama kami, dengan panjang 51cm berat 3,87kg melalui persalinan normal. Rasanya bangga sekali telah dipercaya sama Tuhan untuk menjadi ibu dari seorang bayi sesempurna Z. Rasa sakit yang saya rasakan sejak hari Kamis, terlupakan begitu saja.

Sejak berumur 7 bulan Z sudah bisa lari, bukan jalan lagi. Tapi Z baru bisa bicara setelah berumur 2,5 tahun. Sekarang kalau dibilangin, selalu ada saja jawabannya. Contohnya waktu Z menumpahkan minuman dan saya nasehati, lain kali hati-hati ya, bang. Itu bukang abang, bun. Itu gravitasi! kilahnya :D

Selamat ulang tahun, abang Zidane. Semoga Allah selalu melindungimu dan melimpahimu dengan rahmat dan kasih sayang-Nya. Semoga kebahagiaan, tawa dan cinta kasih selalu mengisi hari-harimu, nak. I love you, Z.