[Review] Torigin Restaurant - Cisarua

Untuk menghindari macet kala wiken, hari Selasa kemarin, kami sekeluarga ke Taman Safari Indonesia (TSI), Cisarua. Beberapa ratus meter sebelum sampai di pintu gerbang TSI, saya melihat penampakan sebuah restoran baru di sebelah kanan jalan. Naluri JalanSutra saya mengatakan, "Wah, musti dicoba nih" :)

IMO, di TSI pilihan tempat makan tidak ada yang istimewa dalam segi rasa. Ini juga yang selalu mendorong kami untuk mencari makan malam di luar lokasi TSI, setiap kali pulang dari sana. Biasanya pilihannya ke Rindu Alam kalau sedang tidak macet (karena harus naik lagi ke arah puncak) atau Mira Sari yang searah dengan jalan pulang ke Jakarta.

Saat tiba di Torogin Restaurant, belum lagi jam 6 sore. Tempatnya luas dan sepi (mungkin karena bukan wiken). Pilihan tempat ada indoor dan outdoor. Untuk outdoor ada saung sekitar 8 buah dan non saung (teras belakang dan halaman belakang). Kami memilih saung yang dekat mainan anak-anak, berupa beberapa ayunan.

Karena belum masuk jam makan malam, maksudnya ingin pesan makanan ringan saja. Oya, restoran ini adalah restoran spesialisasi masakan Jepang. Tetapi selain teriyaki, katsu dan sejenisnya, juga ada beberapa menu non Jepang. Setelah mempelajari menu, maka dipesanlah mi ayam hijau jamur, kentang goreng crispy, nasi tim, 2 teh poci dan 2 teh manis panas.

Yang pertama datang minumannya. Ternyata, teh poci dan teh manisnya rasa dan baunya sama saja, seperti teh poci (ya iyalaaah, masa seperti jus alpukat?!) celup yang biasa saya buat di rumah. Teh poci hadir dalam ceret keramik putih dengan ditemani cangkirnya, sedangkan teh manisnya dihidangkan dalam gelas besar plus sedotan. Gula disediakan terpisah dalam bentuk sachet. Tehnya sendiri berupa teh celup merk L**ton, yang masih menggantung di bibir ceret.

Kemudian datang kentang goreng crispy dan nasi timnya. Kentang gorengnya renyah, tapi sayang bentuknya kecil dan langsing, jadi ngegigitnya kurang puas kalau cuma satu-satu, harus 3-4 potong sekaligus (laper apa doyan?) :) Nasi timnya, menurut anak saya enak sekali, yang diamini oleh kami semua. Tapi untuk porsi, masih kalah dengan yang di Rindu Alam, IMO.

Berikutnya mi hijau ayam jamur pesanan saya datang. Mi-nya yang dibuat tanpa pewarna itu dimasak al dente dengan dengan ayam jamur yang lumayan generous. Mungkin ngiler melihat kami yang puas dengan makanan pesanan kami, hubby pun ingin ikut memesan, padahal sebelumnya keukeuh mau makan malam saja di Mira Sari. Maka dipesanlah paket origin 3, yang berupa 3 potong gorengan (shrimp roll dkk), chicken (atau beef? Maaf, lupa)teriyaki, sejumput salad (ala h**ben) dan nasi. Hasilnya, juga tidak mengecewakan. Mungkin juga karena udara dingin yang membuat selera makan meningkat, jadi makanan rasanya benar-benar nikmat.

Membayar total tagihan sekitar Rp.140rban, overall, kami puas dengan makanan dan pelayanannya. Mungkin di Jakarta banyak restoran sejenis, tapi kalau di daerah Cisarua yang didominasi restoran sunda, restoran ini seperti oase di padang pasir (haiyaaah mulai lebay :p ). Definitely saya akan datang lagi ke sana bila main ke TSI lagi.

Hanya saja, harus sedikit bersabar menunggu makanan datang karena makanan datang satu-satu. Tapi waktu menunggu bisa diisi dengan melihat-lihat pemandangan (dan pastinya foto-foto!) di halaman belakang yang berupa perbukitan dan ada sungai dibawahnya. Bila sudah lewat jam 6an, hati-hati, kabut datang menyelimuti dan udara benar-benar menjadi dingin! Brrrr! Siap-siap jaket tebal kalau kesana malam-malam, ya :)

Selamat wiskul !

Daftar harga
Paket torigin 3 30rb
Mi hijau ayam jamur 22.5rb
Kentang goreng crispy 15rb
Nasi Tim 22.5rb
Teh poci @15rb
Teh manis panas. @4rb

Alamat
Torogin Restaurant
Jl taman safari no 35, cisarua-bogor
Delivery: 0251- 8258548/9201888


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Ibu, Di Mata Saya

Waktu kecil, ibu adalah sosok yang menakutkan dengan segala peraturannya yang harus dipatuhi. Sebagai wanita bekerja, ibu di usianya yang belum lagi 30 tahun dengan 2 anak, nyaris seperti single mother karena ayah yang jarang di rumah. Untunglah nenek dan tante-tante saya terkadang datang bergantian untuk membantu menjaga kami.

Tidak setiap waktu di rumah kami ada asisten rumah tangga, karena berbagai alasan. Saat tidak ada yang menjaga kami itulah biasanya ibu lebih repot. Pagi-pagi mengantar abang saya ke sekolah, lalu membawa saya ke kantornya sampai jam pulang sekolah. Siang hari, setelah menjemput abang saya, kami diantarkan ke rumah dan disiapkan makan siang, lalu ibu kembali lagi ke kantor sampai sore. Jarak rumah-kantor-sekolah bukannya dekat, loh. Tapi mungkin karena dulu jumlah kendaraan di jalan belum sebanyak sekarang, maka belum ada macet sehingga waktu tempuh bisa lebih singkat.

Setelah remaja, saya memandang ibu sebagai sosok yang semakin tidak bisa dimengerti. Keadaan diperparah dengan sifatnya yang keras sehingga tidak memungkinkan terjadinya komunikasi. Ini yang menyebabkan sering terjadinya salah paham di antara kami.

Peraturan-peraturannya saya anggap terlalu kuno, tidak sesuai jaman. Dari mewajibkan kami melakukan pekerjaan rumah tangga walaupun ada lebih dari 1 asisten di rumah, jam malam yang diberlakukan untuk semua penghuni rumah (jam 9, semua pintu terkunci dan kuncinya hanya ibu yang pegang), teman lain jenis dilarang datang saat ibu tidak di rumah, dan masih banyak lagi peraturan lain yang tidak masuk akal saya pada saat itu.

Sekarang, setelah dewasa dan menjadi ibu, saya mencoba untuk merenungkan semua itu. Dan saya mulai mengerti mengapa ibu selalu menerapkan peraturan dengan disiplin tinggi yang harus dipatuhi anak-anaknya. Berbagai peraturan itu untuk membentengi kami, agar kami bisa mandiri dan tidak terjadi apa-apa saat kami tidak berada di bawah pengawasannya.

Begitulah ibu, di mata saya. Maksudnya selalu baik, tapi cara penyampaiannya saja yang salah. Maafkan saya ya, Ma... Selama ini kurang sabar untuk mencoba mengerti... Terima kasih sudah berjuang mengurus kami seorang diri... Hanya Allah SWT yang dapat membalas jasa-jasamu, Ma...

Selamat Hari Ibu, Ma.
Semoga mama selalu diberi sehat, bahagia
dan hidup yg penuh barokah oleh Allah SWT.
I may never say it, but I do really love you, Ma.
(sms saya untuknya pagi ini)

Untuk para ibu di manapun berada, Selamat Hari Ibu. Semoga kita selalu diberikan hati yang penuh dengan sabar, dan kasih sayang dalam menjaga, mengurus dan mendidik anak-anak titipan Allah SWT. Amiin ya Rabb.

Haruskah Berpisah?

Siapa sih yang tidak ingin pernikahan yang langgeng sampai beranak cucu dan maut memisahkan? Rasanya, itu menjadi impian setiap orang yang sudah menikah. Tetapi dengan berjalannya waktu, ada-ada saja yang menyebabkan hubungan perkawinan tidak sehangat dulu.
Dari peningkatan karir yang diikuti dengan konsekuensi semakin berkurangnya waktu untuk bersama. Kehadiran anak-anak yang menyebabkan perhatian pada pasangan tidak seintens dulu. Belum lagi komunikasi yang kurang lancar dan godaan-godaan di luar sana.
Seorang teman curhat ke saya. Perkawinannya sedang diambang perpisahan. Ketidakcocokan menjadi penyebab utamanya selain sifat pasangannya yang dinilai sudah menguji batas kesabarannya. Sebagai teman, terus terang saya sedih mendengarnya. Apa tidak bisa dibicarakan baik-baik? Itu respon pertama saya.
Salah satu nasihat ibu yang saya ingat adalah, jangan pernah menceritakan masalah perkawinan dengan keluarga dari pihak kita. Kenapa? Karena justru akan memperkeruh masalah. Sebaliknya, carilah pihak yang sekiranya dapat menjadi penengah seperti paman, guru spiritual, pemuka agama atau teman dekat kedua belah pihak. Lebih baik lagi kalau mencari bantuan profesional seperti penasihat perkawinan.
Jangan terburu-buru mengambil keputusan untuk bercerai. Apalagi saat hati sedang penuh amarah. Walaupun belum memiliki anak, misalnya, tetap saja keputusan bercerai tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan. Namun demikian, bila semua sudah dipikirkan masak-masak, keputusan tetap berada di tangan anda dan pasangan. Bagaimanapun, anda berdua yang menjalaninya. Bukan orangtua, keluarga besar atau siapa pun.
Selama anda dan pasangan masih berkomitmen untuk menjaga keutuhan perkawinan, maka hubungan anda masih dapat diselamatkan. Hanya saja, dibutuhkan kerjasama antara kedua belah pihak untuk mewujudkannya. It takes two to tango!

Wiken Tanpa Mal

Kalau weekends (baca: wiken) alias akhir pekan, anda kemana bersama keluarga? Mal, sepertinya menjadi jawaban mayoritas ya? Padahal, ada banyak loh kegiatan yang bisa dilakukan bersama keluarga, tanpa harus mengunjungi mal.

Bukannya saya anti mal. Sesekali kalau memang lagi ada yang mau dicari, suka juga ke mal, walaupun sebulan sekali belum tentu kesana. IMHO, nilai-nilai yang bisa kita ajarkan ke anak-anak di mal tidak sebanyak tempat lain, menurut saya. Belum lagi dampaknya yang berakibat langsung pada dompet :D

Kapan lagi bisa bermain bersama Ayah bunda kalau bukan wiken? Dari main sepeda/bola di lapangan depan rumah atau main monopoli di rumah bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan untuk dilakukan bersama keluarga saat wiken.

Selain itu, anda bisa mengajak anak-anak bekerja bakti seperti mencuci mobil, membersihkan gudang, merapikan/mensortir mainan atau baju mereka. Mencuci mobil sambil main air pasti disukai anak-anak. Usahakan pakai air tadah hujan ya, supaya tidak memboroskan air bersih. Mainan/baju yang masih layak pakai bisa diberikan kepada yang membutuhkan.

Memasak bersama juga dapat dilakukan saat wiken. Dimulai dengan belanja bahan-bahan yang akan dimasak, ke pasar. Disana, mereka bisa diajarkan nama-nama sayuran dan buah-buahan. Untuk yang lebih besar, bisa diajarkan berinteraksi dengan penjual saat menanyakan berapa harga barang. Sampai dirumah, bagi-bagi tugas deh. Anak-anak mencuci sayuran dan menata meja, ayah memotong sayuran, dan bunda memasak. Pasti nanti makannya jadi lebih nikmat. Karena biasanya, anak lebih bersemangat makan makanan yang mereka ikut membuatnya.

Di keluarga kami, wiken biasanya dihabiskan untuk kegiatan ekskul, ke toko buku dan ke tempat-tempat yang memungkinkan anak-anak bebas berlarian dan bermain.

Kegiatan ekskul yang diikuti Z adalah futsal (di sekolah) dan latihan teater (di TIM). Sedangkan Zu lebih suka ikut kegiatan menari. Semua kegiatan ini adalah pilhan anak-anak sendiri, sesuai bakat dan minat mereka. Kami sebagai orangtua hanya mengikuti dan mendukung saja.

Karena punya hobi membaca, ke toko buku merupakan kegiatan favorit kami sekeluarga, bahkan untuk si kecil Za. Anak-anak mendapat jatah 1 buku setiap bulan, walaupun quota ini seringnya sih dilanggar. Selain untuk membeli buku, ke toko buku juga berarti bisa membaca buku gratis berjam-jam loh :p

Mendatangi tempat-tempat seperti lapangan Monas dan Taman Situ Lembang (Menteng) juga menjadi kegiatan rutin kami kala wiken. Di sana anak-anak bisa asyik bermain sepeda atau bola yang dibawa dari rumah, atau bermain layangan yang bisa dibeli disana. Sebaiknya kalau ke sana datang pada waktu sore/malam untuk menghindari teriknya matahari.

Lihatkan, tidak perlu ke mal untuk mengisi waktu kala wiken. Anak-anak tetap senang, dan yang terpenting, ada banyak manfaat yang diperoleh. Bagi yang ingin mendapat inspirasi wiken tanpa mal, bisa follow @wikentanpamall di twitter. Have a great weekends!