Bangkok Trip (3)



Tiga hari di Bangkok, banyak hal menarik kami temui disana. Salah satunya kecintaan rakyat Thailand kepada Raja-nya. Banyak foto super gede Raja dan keluarga kerajaan yang dipajang sepanjang jalan. Benar-benar super gede, hampir setinggi atap gedung 1 lantai. Dipajang di depan gedung perkantoran, sekolah, dan sudut-sudut kota.
 
Pagi ini aktifitas dimulai dengan sarapan biskuit (again) di depan hotel sambil menunggu bis travel menjemput. Tiga tiket untuk wisata ke pasar terapung (floating market) Damnoen Saduak sudah dibeli sebelumnya di travel agent kecil dekat hotel seharga @ 250b. Dengan minivan berkapasitas 12 orang dewasa, perjalanan ditempuh selama 1,5-2 jam ke arah luar kota Bangkok.
 
Pasar terapung ini sudah lama menjadi pusat atraksi wisata. Buka sebelum jam 8 pagi dan selesai saat tengah hari, Damnoen Saduak merupakan satu-satunya pasar terapung yang buka setiap hari di Thailand. Disini para wisatawan dinaikkan ke beberapa perahu mesin berukuran sedang. Sesekali perahu kami didekati oleh penjual yang naik perahu dayung. Barang dagangan mereka macam-macam, mulai dari makanan, baju sampai peralatan dapur dan souvenir juga ada. Bila berminat membeli, jangan ragu untuk menawar. Kalau harga dinilai terlalu mahal, sabar saja. Nanti di pasar daratnya juga banyak penjual serupa.
 
Tiba kembali di pasar daratnya, kami menyempatkan berbelanja makanan dan souvenir. Kualitas barangnya bagus, sementara harganya murah. Tapi sekali lagi, harus pintar menawar. Di pojok pasar ada toko oleh-oleh yang memberikan harga pas, cocok bagi mereka yang tidak bisa menawar seperti kami.
 
Sticky rice  with mango
Cemilan khas Thailand yang wajib di coba salah satunya adalah sticky rice with mango/durian alias ketan yang dikukus dan dimakan bersama mangga/durian. Perpaduan manisnya mangga/durian dengan gurihnya ketan terasa unik dilidah. Seporsi hanya dihargai 30b untuk yang mangga dan 50b untuk yang durian. Kami tidak makan siang disitu, karena hampir semua menjual makanan tidak halal. Untuk mengenyangkan perut sementara, akhirnya kami membeli lagi 3 porsi mangga potong seharga total 50b. Lumayan lah, daripada kelaparan :D
 
Naik minivan kembali menuju Bangkok dan sempat berhenti di SPBU untuk ke toilet, kami diturunkan di dekat Khaosan Road, atau sekitar 15 menit jalan kaki ke hotel tempat menginap. Dengan berjalan kaki, kami menuju Trok Surao. Tapi ternyata si ibu India hari itu memasak menu yang pedas seperti fish curry. Tidak mungkin 3pzh bisa memakannya. Untuk makan di gerai makanan cepat saji seperti KFC atau Burger King, tidak menjadi pilihan kami karena tidak bersertifikasi halal.
 
Setelah bertanya-tanya ke penduduk sekitar, seorang ibu berjilbab (mukanya seperti orang Indonesia, tetapi katanya beliau asli Thailand) menunjukkan arah ke sebuah tempat makanan halal bernama Aisah/Aesaah. Dari jalan di samping Tan Hua Seng department store, Aisah berada di sisi kanan jalan. Sempat kelewatan, tapi akhirnya ketemu. Tempatnya nyempil diantara toko-toko, sebelum minimarket 7/11.

Aisah semacam foodcourt sederhana, dimana ada beberapa penjual makanan yang semuanya halal. Beberapa menu yang tersedia adalah noodle soup, nasi briyani, ayam gulai, dan martabak goreng. Memesan 4 porsi nasi biryani dengan ayam (zi nambah!), 1 noodle soup dan 1 nasi briyani dengan daging total 255b atau tidak sampai 80rb rupiah.
 
Sorenya setelah mandi dan shalat di hotel, kami pergi ke tengah kota. Naik taxi dari jalan Chakropong ke Siam Center ongkosnya 65b dengan argo. Dari sana berjalan kaki ke Madame Tussauds Wax Museum di Siam Discovery melalui sky bridge.
 
Madame Tussauds Bangkok
Madame Tussauds adalah musium lilin yang menampilkan patung-patung tokoh internasional dan lokal dari artis, olahragawan sampai negarawan. Dari lantai bawah Siam Discovery sudah ada counter-nya. Ada patung Jackie Chan, Naomi Campbell, Britney Spears, Barack Obama dan lain-lain. Untuk patung-patung di luar musium, pengunjung bebas berfoto tanpa harus bayar tiket. Counter tiket berada di lantai 6, tiketnya seharga 800b/orang. Harga tiket termasuk buku petunjuk (berisi keterangan patung-patung disitu) dan print out foto dengan beberapa tokoh tertentu.
 
Di Madame Tussauds sini juga dapat bermain bola digital dengan David Beckham, tennis digital dengan Serena Williams atau tinju digital dengan Muhammad Ali. Musium lilin ini memiliki koleksi patung-patung yang tidak seluruhnya sama di tiap cabangnya dan di tiap negara ada tokoh lokal yang dijadikan model patungnya.
Sky bridge 
Dari Siam Discovery, lalu kami berburu oleh-oleh di MBK mal yang letaknya saling bersebrangan. Mal-mal besar itu (Siam Discovery, MBK, Siam Paragon dan Siam Center) berada tepat di 4 sisi perempatan dan saling dihubungkan oleh sky bridge. MBK semacam mal mangga dua di Jakarta, hanya lebih bersih dan teratur. Kalau pintar menawar bisa dapat harga murah, terutama bila membeli dalam jumlah banyak.
 
Kalau lapar, di lantai 6 MBK ada food center yang menggunakan sistem pembayaran dengan kupon yang dibeli di counter khusus, seperti di food court Mal Taman Anggrek, Jakarta. Untuk harga, tidak jauh beda dengan gerai makanan di tujuan wisata lainnya.

Muslim counter at MBK
Mengistirahatkan kaki sejenak setelah lelah berburu souvenir, kami nyemil sticky rice with durian seharga 50b. Kemudian dilanjutkan dengan makan malam, masih di area yang sama. Di sini ada food counter khusus muslim yang menyediakan nasi biryani, kari ayam, ayam goreng dan yen ta fu (semacam mi bakso campur yang di singapore disebut yong tau foo). Harganya juga tidak semahal harga makanan di mal Jakarta. Total makan malam kami hanya 200b untuk 5 porsi macam-macam makanan dari counter tersebut.
 
Kembali ke hotel, taxi kembali menjadi pilihan karena hari sudah malam. Rencananya kami hanya akan beristirahat dan packing malam itu. Besok sore sudah harus kembali ke Jakarta. Tapi karena tengah malam mendadak kelaparan, terpaksa kami ke depan hotel mencari makanan. Untung ada penjual Pad Thai (semacam mi goreng).
Pad Thai
Setelah yakin penjualnya tidak menjual daging, akhirnya kami memesan seporsi Pad Thai pakai telur seharga 40b. Mi nya bisa pilih sendiri, mau mi kuning, kwetiau atau bihun. Isinya bisa telur atau seafood. Untuk rasa, bila suka pedas kita masukkan sendiri bumbu dan bubuk cabe yang tersedia di gerobaknya, saat Pad Thai-nya sedang dimasak penjualnya. Porsinya besar dan rasanya lumayan enak (poin 65 dari 100). Cukuplah untuk obat kelaparan malam itu.

Besok hari terakhir di Bangkok. Ada beberapa kuil terkenal yang ingin kami kunjungi. Kuil tempat patung Buddha raksasa tidur (Gigantic Buddha) dan kuil tempat patung Buddha emas merupakan tujuan terakhir kami sebelum kembali ke Jakarta. Ikuti terus kisahnya, ya ;)






Addresses:

1. Siam Paragon Mall
Opening Hours: 10:00 - 22:00 
Location: At Siam BTS Station 
BTS: Siam 

2. Siam Discovery
Opening Hours: 10:00 – 20:00 (Mon-Thu), 10:00 – 21:00 (Fri-Sun and public holidays) 
Location: 1420/1 Praditmanutham Road 
Tel: +66 (0)2 101 5999 

3. MBK 
Opening Hours: 10:00 - 22:00 
Location: Pathumwan Intersection, diagonally opposite Siam Discovery Centre 
BTS: National Stadium 
Tel: +66 (0)2 620 9000 

4. Aisah / Aeisah Rosdee / Areesaa Lote Dee
Dekat Wat Bowonniwet
Khao Mok Gai Khao - near Khao San Road





















Bangkok Trip (2)

Tuktuk

Hari kedua di Bangkok, rencananya mau ke Marble Temple dan Grand Palace sekalian mencoba naik tuktuk.

Tidak dapat sarapan di hotel sementara tempat jualan makanan halal baru mulai buka jam 10 pagi, memaksa kami harus puas mengisi perut dengan biskuit pagi itu. Sempat jalan kaki mencari-cari tempat makanan halal akhirnya menyerah dan naik tuktuk langsung menuju Marble Temple.

Marble Temple
Wat Benchamabopitr atau sering disebut juga sebagai "kuil marmer" atau marble temple di buku petunjuk wisata. Bangunan dinding luarnya terbuat dari marmer sehingga terkesan mewah dan megah. Tiket masuknya seharga 20b/orang dewasa, sedangkan anak-anak gratis.

Duduk-duduk di bangku yang tersedia di tamannya, kami ditawari seorang wanita untuk membeli roti tawar. Karena bentuknya kurang menarik dan merasa membawa cukup bekal makanan, kami menolak membeli. Belakangan baru kami tahu kalau roti-roti itu ternyata dijual untuk tamu kuil yang ingin memberi makan burung-burung merpati yang banyak terdapat di taman tersebut x_x

Dari Marble Temple, kami lalu naik tuktuk lagi ke Golden Mount dengan ongkos 50b. Sebelum naik, si supir tuktuk minta tolong agar kami mau diantarkan ke toko yang menjual sutra. Katanya, dia akan dikasih gratis 1 liter bensin kalau membawa turis ke sana. Karena kasihan, kami iya kan saja, apalagi tidak diharuskan membeli apapun.

Tapi setelah keluar dari toko sutra tersebut, si supir tuktuk kembali meminta kami agar bersedia mendatangi 1 toko sutra lagi. Kami menolak. Hari sudah semakin siang, takutnya kami tidak sempat kemana-mana. Akhirnya kami diantarkan juga ke Golden Mount, seperti kesepakatan semula.

Golden Mount
Kuil yang dikenal dengan nama Gunung Emas (the Golden Mount) atau Phu Khao Thong ini adalah sebuah kuil yang dibangun di atas bukit dengan pemandangan Rattnakosin Island di bawahnya. Masuk ke halamannya tidak bayar, entah kalau masuk ke dalam kuilnya. Matahari yang bersinar terik menyurutkan semangat kami menapaki tanjakan menuju kuil Golden Mount. Jadi setelah selesai foto-foto, kami pun melanjutkan perjalanan dengan tuktuk yang tadi. Rencananya langsung menuju Grand Palace.

Chao Praya
Sebelum menjalankan tuktuknya, si supir kembali menawari kami paket keluarga naik kapal dari pelabuhan yang melewati Wat Arun dan berakhir di dekat Grand Palace. Semula tiket yang ditawarkan 2000b, tapi kami terus menolak sampai akhirnya harga turun menjadi 1000b. Sebenarnya sih, paket wisatanya tidak menarik. Tapi mengingat ini akan menjadi pengalaman baru bagi 3pzh, akhirnya kami setuju. Terbukti, 3pzh senang sekali naik kapal dan tidak henti-hentinya bertanya sepanjang perjalanan.

Tuktuk mengantar sampai ke pelabuhan. Kapal itu berkapasitas 10 orang dewasa (tapi hanya kami berlima penumpangnya). Kami menyusuri Sungai Chao Praya selama sekitar sejam lebih, hingga tiba di pelabuhan dekat Grand Palace. Di pelabuhan ini kami diminta membayar 20b lagi yang katanya pajak pelabuhan. Whatever. Daripada ribut, sutralah dibayar saja. Berjalan melintasi jalanan di dalam pasar, kami sempatkan membeli buah potong di tukang rujak. Rasa mangganya manis, sudah dikupas dan dipotong-potong lengkap dengan bijinya, sebuah seharga 20b Sementara 3 biji durian (mungkin yang di Indonesia kita sebut durian Bangkok) dihargai 70b.

Wat Phra Kaeo
Ternyata Grand Palace terletak tepat di seberang pasar tadi. Kompleks Istana terkenal di Bangkok ini dibangun pada 1782 dan di dalamnya termasuk Wat Phra Kaeo (Temple of the Emerald Buddha). Seperti kuil-kuil lainnya di Bangkok, turis diwajibkan memakai pakaian yang sopan dan tidak terlalu terbuka bila ingin memasuki wilayah Grand Palace. Dekat pintu masuk ada tempat yang meminjamkan sarung sebagai ganti celana/rok pendek dan kemeja untuk mengganti tank top, yang banyak dikenakan turis asing di udara sepanas saat itu.

Disini turis juga bisa berfoto dengan memakai baju tradisional Thailand sebagai kenang-kenangan, bila mau. Kostumnya disewakan dan fotografernya disediakan dengan sedikit imbalan, tentunya. Mungkin karena sudah lapar dan kelelahan, anak-anak menolak masuk ke dalam. Jadi kami hanya foto-foto di halamannya saja. Saat sedang duduk beristirahat itulah kami didatangi sekelompok turis dari Korea. Dengan bahasa Inggris terpatah-patah mereka meminta kesediaan kami untuk foto bareng dengan mereka. Mereka bilang, "You all are happy family." Mungkin karena kaos warna merah seragam yang kami pakai, jadi terlihat kompak dan unik :D

Dari Grand Palace kami ke Cakraphong Road naik taxi dan berhenti di depan Tang Hua Seng department store. Rencananya kami ingin mencari makanan halal dekat mesjid di belakang hotel. Menyusuri gang kecil Trok Surao yang berada di seberang department store tadi, kami akhirnya menemukan sebuah rumah yang menjual makanan halal. Pemiliknya seorang ibu yang sepertinya berdarah India. Kami memesan 2 nasi biryani ayam dan 1 nasi tumis. Seluruhnya seharga 130b dengan porsi yang sangat generous, untuk makan siang. Selesai makan siang, kami berjalan kaki pulang ke hotel untuk beristirahat.

Makanan Halal Bangkok
Malamnya kami kembali ke gang Trok Surao untuk mencari makan malam. Pas dimulut gang ada penjual makanan halal. Yang jualan ibu-ibu berjilbab, orang asli Thailand. Beliau, menjual makanan khas Thailand seperti tom yam dan lain-lain. Meja dan kursi tadinya disusun di sisi Cakraphong Road, tapi berhubung gerimis kemudian dipindahkan ke dalam gang.

Setelah mempelajari menu yang ditempel di dinding, kami memesan 2 chicken noodle soup, 1 duck noodle soup, 1 hainan chicken rice dan 1 roasted duck rice. Duck noodle soup-nya enak, daging bebeknya yang lembut diiris tipis disajikan dengan mie seperti angel hair dan kuah yang gurih. Sementara menu lain yang kami pesan juga tidak kalah juaranya. Harga total 180b atau sekitar 50rban saja untuk 5 porsi makanan tadi. Murah dan enak! Penutup malam yang sempurna.

Besok perjalanan dilanjutkan ke pasar terapung dan Madame Tussauds wax museum. Ikuti kisahnya di Bangkok Trip (3) yaaa ;)







Alamat-alamat:


1.The Marble Temple (Wat Benchamabopitr)

69 Nakornpathom Rd 
Dusit, Bangkok 10300, Thailand
66 2 282 7413


2. The Golden Mount (Wat Saket)

Boripihat & Bamrung MuangRds, Bangkok 10200


3. The Grand Palace

Na Phra Lan Rd, 
Maharaj Pier next to Wat Phra Kaeo Temple Complex 
City Center, Bangkok