CITA - CITA

Semua orang tentunya punya, atau pernah punya cita-cita. Mungkin cita-cita masa kecil, atau cita-cita saat remaja. Apapun itu, pertanyaannya adalah: sudahkah anda wujudkan?
Percaya atau tidak, banyak dari kita yang mengubur cita-citanya, dengan berbagai alasan, dan sekarang sedang menjalani profesi yang sama sekali berbeda. Ada seorang pengacara yang dulunya bercita-cita jadi artis. Ada seorang dokter yang sebanarnya ingin menjadi penyanyi. Dan ada seorang ibu rumah tangga yang ingin menjadi pramugari.
Mereka yang tidak dapat mewujudkan cita-cita mereka tersebut, banyak yang berusaha mewujudkannya melalui anak-anaknya. Yang tidak kesampaian jadi artis, sekarang mendorong anak-anaknya untuk berani tampil di panggung. Sedangkan yang tidak kesampaian menjadi pilot, membelikan mainan pesawat sampai kostum pilot untuk anaknya.
Semua itu mereka lakukan sebagai pelampiasan. Karena diri sendiri tidak dapat mewujudkan cita-citanya, maka anaklah yang kemudian diharapkan untuk mewujudkannya. Padahal, sebenarnya bisa saja mereka tetap mewujudkan cita-cita itu, tanpa melepaskan profesi mereka saat ini.
Anda tahu Tompi? Dia adalah penyanyi yang juga dokter. Tanpa harus berhenti sebagai dokter, Tompi berhasil menjadi penyanyi terkenal. Begitu juga Ruhut Sitompul yang pengacara papan atas sekaligus pemain sinetron. Mereka berdua adalah segelintir orang yang dapat menjalani dua profesi yang sangat berbeda pada waktu yang bersamaan.
Jadi sebenarnya, tidak ada yang tidak mungkin. Kecuali cita-cita anda mensyaratkan batasan umur dan kondisi fisik tertentu yang tidak anda miliki. Di luar itu, yang dibutuhkan adalah pembagian waktu yang baik, komitmen yang kuat dalam mewujudkan impian anda dan tentunya, dukungan orang-orang terdekat anda (misalnya pasangan atau orangtua anda).
Beda loh, kepuasan hidup yang akan anda rasakan bila akhirnya berhasil mewujudkan cita-cita anda. Jadi, tunggu apa lagi? Ayo wujudkan cita-cita anda!

Kenapa Tidak Unitlink?





Mau curhat sedikit, nih. Laptop lagi rusak. Belum ada kesempatan untuk membawanya ke tempat service. Terpaksa kali ini posting via blackberry. Jadi, maaf ya pembaca, kalau postingan kali ini dibacanya kurang enak, karena saya bingung ngeditnya (maklum gaptek *_O ).


Karena laptop yang rusak jugalah maka saya jadi rajin buka twitter. Fb untuk sementara dicuekin dulu, karena terlalu menyakitkan melihat newsfeed tentang farmville (lebay.com). Di twitter inilah saya menjadi pengikut beberapa financial planner (FP), karena finance/keuangan merupakan salah satu bidang, selain psikologi, yang saya minati. Setelah menjadi pengikut/follower mereka, kesimpulan saya adalah mereka TIDAK MEREKOMENDASIKAN untuk membeli unitlink atau asuransi. Kenapa?


Salah satu alat yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan finansial adalah investasi. Dalam berinvestasi, pastinya kita menginginkan produk investasi yang dapat memberikan return/hasil pengembalian yang tinggi. Di sinilah letak kelemahan produk unitlink. Produk ini bisa dibilang tidak sesuai dengan prinsip ekonomi, yaitu dengan biaya serendah mungkin menghasilkan keuntungan setinggi mungkin.


Unitlink yang merupakan perpaduan antara beberapa produk asuransi dan investasi (dalam hal ini, reksadana) yang memang pada akhirnya memberikan hasil yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan membeli asuransi dan reksadana secara terpisah. Hal ini dapat disebabkan karena bisa saja tidak semua asuransi yang terdapat di dalam unitlink itu kita perlukan. Misalnya, seorang yang belum menikah, belum perlu memiliki asuransi jiwa bila dia bukan tulang punggung keluarganya. Seseorang yang sudah menikah pun seharusnya hanya sang suami yang wajib memiliki asuransi jiwa. Jadi buat apa membayar lebih untuk produk yang tidak kita perlukan?


Untuk itulah FP lebih menyarankan agar si Pencari Nafkah membeli asuransi jiwa murni untuk perlindungan dan kemudian berinvestasi di reksadana saham sebagai tabungannya. Cara ini diyakini akan memberikan hasil yang jauh lebih tinggi nantinya, bila dibandingkan membeli unitlink.


Reksadana saham dipilih karena merupakan reksadana yang memberikan return paling tinggi dari reksadan jenis lainnya, seperti pendapatan tetap dan campuran. Tetapi, yang harus diingat, reksadana saham baru dipilih sebagai bentuk tabungan bila tujuannya adalah untuk digunakan >/= 10 tahun yang akan datang. Misalnya untuk biaya kuliah anak yang sekarang masih kecil-kecil.


Tujuan investasi dapat dibagi berdasarkan waktu perkiraan dana tersebut akan digunakan. Biasanya terdiri dari: <> 10 tahun (disarankan reksadana saham).


Kenapa reksadana? Karena dengan reksadana kita dapat berinvestasi dengan nominal yang lebih kecil dibandingkan dengam berinvestasi langsung (membuka usaha atau membeli saham langsung) dan dana kita dikelola oleh manajer investasi yang dapat kita pilih sesuai dengan kualitas yang kita inginkan.


Dalam memilih reksadana, anda juga perlu mencari tahu dulu, anda termasuk dalam kategori apa. Kalau anda tipe investor yang berani mengambil resiko(agresif), reksadana saham adalah jenis investasi yang tepat buat anda. Kalau anda tipe yang tidak berani mengambil resiko, alias selalu cari aman (pasif), maka investasi yang cocok adalah reksadana pendapatan tetap. Sedangkan bila anda termasuk kategori di tengah-tengah dari kedua kategori di atas, reksadana campuran adalah jawabannya.


Kalau alasannya dengan membeli asuransi unitlink/ asuransi pendidikan kan bisa lebih disiplin menyisihkan dananya setiap bulan atau tahunnya... Tidak masalah. Sekarang sudah ada reksadana yang bisa dibeli dengan setoran bulanan mulai dari Rp.100.000,- saja. Memanfaatkan fasilitas auto debet di bank anda, reksadana bisa dibeli rutin setiap bulan tanpa perlu repot.


Kalau ada yang menanyakan, apa investasi yang tidak tergerus inflasi, maka jawabnya adalah emas. Investasi emas sebaiknya beli dimana? Logam Mulia (LM). Kenapa bukan emas perhiasan? Karena kalau emas perhiasan, kita akan dirugikan pada biaya pembuatannya yang tidak dihitung saat menjualnya kembali. Selain itu, emas LM bersertifikat sehingga lebih terjamin.


Tapi ingat, apapun investasi pilihan anda, semua pasti ada resikonya. Bahkan emas sekalipun ada resiko hilang kan? Resiko bisa diminimalisasi dengan berbagai cara. Don't put all of your eggs in one basket. Jangan menginvestasikan semua uang anda pada satu produk,atau satu manajer investasi saja. Diversifikasi, itu kuncinya.


Ok, selamat memilih investasi yang paling tepat buat anda. Sebelumnya, jangan lupa untuk menetapkan tujuan investasinya dulu, kapan akan digunakan dan tipe investor seperti apa anda.



Selamat Jalan, Ayah

Jumat pagi itu (9 April 2010), suara hp mengagetkan saya yang baru saja mulai memejamkan mata. Semalaman memang saya tidak bisa tidur karena menunggu kabar dari rumah sakit mengenai kondisi Ayah yang sedang kritis. Ternyata kakak ipar menelpon untuk mengabarkan bahwa Ayah sudah tiada. Menangis kami berdua ditelpon, tanpa bisa berkata-kata. Saat saya mencoba menghubungi hubby yang sedang di rumah sakit untuk mengonfirmasi, saya pun hanya dapat mendengar isak tangisnya.
Innalillahi wa innailaihi rojiuun. Telah berpulang Ayah mertua diusianya yang ke 72 tahun, karena sakit yang dideritanya setahun belakangan ini.
Kalau boleh egois, saya ingin Ayah tetap ada di antara kami. In any condition. Tapi kalau melihat penderitaannya, sungguh saya ikhlas melepasnya. Sekarang Ayah sudah tidak kesakitan lagi. Senyum yang mengembang di bibirnya saat saya mencium keningnya yang terakhir kali, meyakinkan saya bahwa Ayah pergi dengan tenang.
Di mata saya sebagai menantunya yang baru mengenalnya selama sekitar 10 tahun, Ayah is the best man I've ever met. Suami yang setia, Ayah yang bertanggungjawab, mertua yang pengertian dan kakek yang selalu memanjakan cucu-cucunya. Dan sifatnya yang selalu adil kepada semua anak menantu dan cucu-cucunya itulah yang memikat hati saya. How ironic, saya merasa memiliki Ayah justru dengan orang yang tidak ada hubungan darah dengan saya.
Semoga Ayah dimaafkan dosa-dosanya oleh Allah SWT dan diterima di tempat yang terbaik di sisi-Nya. Selamat jalan, Ayah. Doa kami selalu menyertaimu.