M A A F

Lebaran, biasanya identik dengan saling bermaafan. Ada yang merasa cukup dengan berjabat tangan, ada yang ditambah dengan berpelukan, dan tidak sedikit yang melakukannya sambil sungkeman. Apapun cara yang dipilih, sebenarnya yang terpenting adalah makna dari 'bermaafan' itu sendiri.
Apakah memaafkan sama artinya dengan melupakan? Apakah meminta maaf juga berarti kita telah menyadari kesalahan dan berusaha untuk tidak mengulanginya? Bagaimana caranya agar kita dapat ikhlas meminta dan memberi maaf?
Dalam meminta maaf, saya tidak merasa harus berbuat salah dulu. Terkadang permintaan maaf saya ucapkan untuk mengalah (biasanya kepada orang yang lebih tua dari saya) atau menyindir (biasanya ini ditujukan kepada mereka salah tapi tidak merasa bersalah). Tapi bila saya benar-benar merasa bersalah, saya akan meminta maaf tanpa perlu merasa turun gengsi. Contohnya kepada anak-anak, saya membiasakan mereka untuk meminta maaf bila melakukan kesalahan. Saya yakin, kebiasaan ini baru akan berhasil diterapkan bila saya dan ayahnya memberi contoh. Jadi biasanya, bila hari itu saya marah ke mereka, malamnya saya akan minta maaf sambil menjelaskan alasan kemarahan saya. Saya dan hubby bukan penganut paham: orangtua tidak pernah salah. Kami yakin, orangtua juga bisa saja berbuat salah. Seperti juga rocker, orangtua kan juga manusia (',)
Dalam hal memberi maaf, memang tidak selalu mudah. Biasanya, untuk bisa ikhlas memaafkan, saya berusaha mencari tahu alasan mengapa orang tersebut melakukan kesalahan. Saya belajar dari pengalaman seorang teman yang memiliki ayah yang sangat 'keras' sifatnya. Pada akhirnya teman saya itu dapat memaafkan semua cacian dan pukulan yang diterimanya selama ini setelah bisa memaklumi bahwa ternyata ayahnya bersifat seperti itu karena pengalaman hidupnya yang 'pahit'.
Saya bukan malaikat. Bahkan saya adalah seorang yang sangat emosional. Tetapi bila seseorang datang kepada saya untuk meminta maaf karena telah menyadari kesalahannya, tidak mungkin saya menolaknya. Walaupun kesalahan itu adalah karena telah membohongi saya, yang merupakan kesalahan tidak termaafkan bagi saya. Tentu saja, dalam hal ini, saya tidak akan mudah percaya lagi pada orang tersebut. Forgive, but not forget. Itu prinsip saya.
Orang bilang, untuk bisa menjalani masa depan kita harus melupakan dan memaafkan masa lalu yang menyakitkan. Saya kurang setuju dengan pendapat seperti itu. Masa lalu adalah yang 'membentuk' kita menjadi pribadi kita sekarang. Tidak mungkin dilupakan. Dengan tidak melupakannya, akan mengingatkan kita untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa datang. Memaafkan masa lalu yang menyakitkan, saya setuju. Dengan mampu memaafkan, insya Allah hati kita bisa lebih tenang, karena tidak lagi dipenuhi oleh rasa marah, kecewa dan benci.
Jadi, apakah anda sudah siap untuk meminta maaf dan memberi maaf dengan ikhlas lebaran ini? Semoga.
Bagi yang merayakan, saya mengucapkan Selamat Hari Raya Iedul Fitri. Mohon dimaafkan segala sikap dan kata yang tidak berkenan selama ini. Semoga kita semua kembali fitri dan bisa terus menjaga kefitrian hati kita.