[Caper] Ho Chi Minh City (1)

Keterangan foto:


01. Ben Than Market
02. Tran Nguyen Han statue
03. Bich Duyen Hotel room
04. Reunification Palace
05. Guillotine @ War Remnant Museum
06. Tiger cage (kerangkeng tawanan perang)
07. Iced milk coffee @ Trung Nguyen Cafe
08. Pho Bo (mie sapi khas Vietnam)
09. Lorong menuju Cu Chi Tunnel
10. Cu Chi Tunnel
11. Zi dan AK 47
12. City Hall
13. Notre Dame
14. Central Post Office
15. Taman Umum di HCMC







Powered by Telkomsel BlackBerry®

[Sharing] Za Tanpa Botol Susu

Sufor atau susu formula, dari dulu saya pilih untuk 3pzh karena 1 alasan: lebih murah. Tapi itu dulu. Niat untuk mengganti sufor dengan susu segar sudah ada sejak konsultasi dengan dr Waldi waktu Za sakit GE (Gastro Enteritis) sebelum liburan dulu itu. Setelah rajin browsing dan ikutan milis sehat, saya pun jadi lebih yakin untuk memilih susu segar (pasteurisasi atau uht) dan meninggalkan sufor selamanya.

Di sini saya tidak akan membahas soal perbedaan atau plus-minusnya sufor dibandingkan susu segar. Untuk yang itu, nanti dibawah saya kasih link saja ya? ;) Saya kali ini mau share pengalaman saat melepaskan Za dari botol susu dan sufor.

Seperti juga abang dan kakaknya yang lepas dari botol susu di usia 2-2,5th, Za mulai saya biasakan tidak minum susu dari botol sejak usia 2th 8bl (3 bulan lebih lama dari kakaknya, atau 8 bulan lebih lama dari abangnya). Kebetulan, bersamaan waktunya dengan keinginan saya mengalihkan 3pzh dari sufor ke susu segar. Ternyata, caranya tidak sesulit yang saya bayangkan.

Sejak usia 2th Za sudah sering diajak berdiskusi tentang sekolah. Saya ceritakan, nanti umur 3th Za sudah bisa sekolah, seperti abang dan kakak. Di sekolah Za pasti senang, punya banyak teman, bisa tambah pintar dan jadi bisa membaca. Begitu umur 2,5th, diskusinya mulai "lebih berat". Saya katakan, kalau sudah sekolah, tidak boleh pakai diaper dan minum susunya juga sudah tidak boleh lagi di botol. Kan sudah besar, sedangkan diaper dan botol susu hanya untuk adik bayi yang belum boleh sekolah.

Dimulai dengan saya mengajak Za untuk memasukkan botol-botol susunya ke tas plastik dan membuangnya ke tempat sampah. Sampai disitu, tidak ada perlawanan. Sepertinya Za ok-ok saja dengan semua yang saya sampaikan. Baru pada malam harinya, saat mau tidur, Za mulai merengek minta susu dan akhirnya menangis. Lengkingan suaranya yang hampir mirip Mariah Carey itu benar-benar bikin hati saya seperti dicubit-cubit rasanya. Ibu mana sih yang tega melihat anaknya menangis seperti itu, apalagi kalau yang dimintanya itu bukan sesuatu yang "salah"? Saya tawarkan air putih, ditolak. Cukup lama menangis, akhirnya Za tertidur juga, dengan pipi yang masih basah :'(

Paginya, Za kembali merengek dan menangis minta botol susunya, bahkan dengan mata masih tertutup! Tapi karena sudah pengalaman dengan Zi dan Zu, saya kuatkan hati untuk tidak akan menuruti keinginannya. Biasanya, rengekan ini paling lama hanya 7 hari. Benar saja, di hari ke 4 sudah tidak ada lagi rengekan, baik di pagi maupun malam hari. Yeay! Berhasil! Berhasil! #doramodeon

Sekarang, 3pzh sudah minum susu pasteurisasi 2 liter untuk 2 hari. Kalau sedang dalam perjalanan, saya belikan susu uht kemasan kecil (125ml) yang ada rasanya supaya tidak bosan. Tapi tetap 2x sehari saja. Karena dari yang saya baca, untuk anak usia diatas 1 th, konsumsi susu maksimal adalah 500ml sehari. Lebih dari itu, tidak bermanfaat bahkan bisa mengurangi konsumsi makanan padatnya.

Dalam 2 minggu mengkonsumsi susu segar, 3pzh menunjukkan perubahan. Perubahan terbesar tentu ada pada Za. Tadinya saat masih minum sufor, Za kurang suka makan. Maunya minum susu dan ngemil saja. Mau makan, kalau sepiring dengan orang lain (biasanya sharing dengan kakaknya). Sekarang, jadwal makan Za 2x susu @200-250ml (pagi dan sore), sarapan (sehelai roti berselai atau oatmeal pakai madu), makan siang (nasi+lauk+sayur), sore makan lagi sedikit (separuh dari porsi siangnya). Diluar itu, Za sering ngemil buah atau biskuit. Senangnyaaa \(´▽`)/

Setelah ini, tantangan berikutnya adalah potty training alias lepas diaper. Huuuffftt!!! Wish me luck, ya? ;)

Links

http://modestzeal.blogspot.com/2010/12/fresh-milk-or-formula-milk.html

http://www.mummysreviews.com/2010/05/31/which-milk-is-better-part-1



Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sudah Ada Yang Mengatur

Banyak orang menunda menikah dengan berbagai alasan. Yang sudah menikah pun, banyak yang menunda punya anak. Alasannya belum siap mental atau belum siap secara ekonomi. Memangnya mau menunggu sampai kapan baru siap?

Menikah itu ibadah. Bahkan dengan menikah akan membuka pintu rezeki. Dan setiap anak sudah ada rezekinya masing-masing. Gak percaya? Sama kok, dulu saya juga tidak percaya. Tapi saya sudah beberapa kali membuktikannya ;)

Pembaca yang rajin mengikuti blog saya pasti tahu bagaimana kisah awal pernikahan saya dulu. Dari saya yang meninggalkan pekerjaan dengan jabatan dan gaji tinggi untuk jadi ibu rumah tangga, sampai kami yang memaksakan diri untuk keluar dari kenyamanan Pondok Mertua Indah demi belajar hidup mandiri. Ada satu cerita yang mungkin belum pernah saya ceritakan. Demi membeli susu anak kami, hubby pernah mengambil barang dagangan dari kakak ipar dan kemudian menjualnya di kantor. Sebenarnya dia tidak perlu sampai seperti itu kalau saja kami mau meminta pada orangtua. Tetapi kalau terus-menerus membebani orangtua, apakah kami dapat menjadi role model yang baik bagi anak-anak kami?

Menjelang Zi masuk TK, kami kebingungan karena belum punya uang untuk membayar uang pangkalnya. Di parkiran sebuah supermarket, kami membahas kembali bagaimana cara mendapatkan uang untuk biaya masuk sekolah Zi. Iseng, hubby membeli koran. Sambil ngobrol, kami buka satu per satu halamannya dan... disalah satu iklannya, ada pengumuman pemenang undian sebuah merk susu dan hubby memenangkan Rp.5juta! Subhanallah.

Kebingungan yang sama kembali terjadi saat Zi mau masuk SD. Kebetulan, uang pangkal dari sekolah yang dipilihnya lumayan mahal. Melihat semangat Zi, kami sempat berniat untuk menjual mobil untuk memenuhi keinginannya. Mungkin kalau tidak mengingat pesan kepala sekolah TK-nya untuk tidak menyia-nyiakan bakat dan kemampuan Zi di sekolah "biasa", kami tidak akan senekat itu. Walau uang belum di tangan, Zi tetap kami ikutkan tes masuk dan trial class. Saat orangtua murid lainnya sudah melunasi uang pangkal, kami masih menunggu jawaban dari Yayasan atas surat permohonan pencicilan uang pangkal :) Dari awal, Zi sudah dijelaskan, bahwa ayahbundanya belum punya uang untuk menyekolahkannya di sekolah itu. Tapi kami meminta Zi untuk tidak putus berusaha, berdoa, dan percaya bila memang sudah rezekinya sekolah disitu, pasti ada jalannya. Sekitar sebulan sebelum tahun ajaran dimulai, jawaban kami terima: uang pangkal dapat dicicil. Tidak lama setelah itu, hubby mendapat promosi di kantor sehingga penghasilan pun meningkat. Subhanallah.

Begitu juga saat Zu mau masuk TK. Kebetulan, uang yang sudah kami siapkan untuk biaya masuknya terpakai untuk membantu keluarga yang sedang sakit. Sempat terpikir oleh kami untuk memasukkannya langsung ke TK B tahun depan saja. Walaupun tetap kami daftarkan saat itu ke TK A dengan catatan: kalau sampai tahun ajaran dimulai belum bisa bayar, Zu tidak jadi sekolah. Tapi alhamdulillah, seminggu sebelum tahun ajaran dimulai, kantor hubby membagikan bonus tahunan. Subhanallah.

Keyakinan kami bahwa rezeki itu sudah ada yang mengatur, membuat kami tidak ngoyo menjalani hidup. Alhamdulillah, dengan berjalannya waktu, semua itu dapat kami lalui. Kalau mengingat jaman susah dulu, rasanya tidak percaya bisa sampai di posisi sekarang. Dari awal menikah di tahun 2000 dengan penghasilan kurang dari sejuta, hingga sekarang sudah ada 3pzh belum pernah, dan insha Allah jangan pernah, kami bertengkar karena uang.

Jadi tunggu apa lagi? Cari pasangan yang tepat, lalu menikahlah dengan bismillah. Bila sudah menikah, carilah sakinah bersama pasangan anda dan lahirkan mujahid-mujahid di bumi Allah ini. Jangan pernah takut untuk bermimpi. Kewajiban kita sebagai manusia hanya berusaha, berdoa dan percaya bahwa semua itu sudah yang mengatur :)


Powered by Telkomsel BlackBerry®