Indahnya Pantai Di Belitong

Terpesona melihat indahnya pemandangan negeri Laskar Pelangi di film, family trip kali ini tujuannya Pulau Belitong. Kebetulan kenal Sete yang memiliki biro perjalanan Jejak Langkah sehingga bisa diatur perjalanan ke sana.

Penerbangan dengan Sriwijaya Air tidak memakan waktu lama dan cukup mulus, kecuali saat mendarat yang sedikit mendebarkan. Belakangan dapat info, hal ini disebabkan oleh pendeknya landas pacu bandara. Setelah klaim bagasi, kami sudah di jemput oleh tour guide dari Jejak Langkah di bandara.

Dari bandara meluncur ke Mie Atep untuk mencicipi mi khas belitung. Warung sederhana berdaya tampung kurang dari 50 orang itu ramai dikunjungi wisatawan. Sepertinya Mie Atep masuk dalam daftar wajib dikunjungi bila ke Belitong.

Atep itu bukan nama menunya, loh. Atep itu nama pemilik warung makannya. Menunya sendiri namanya adalah Mi Belitung. Sepiring mie terdiri dari mie kuning, udang, kentang, tahu, timun, tauge dan emping. Rasa kuahnya manis gurih. Bagi yang suka pedas bisa menambahkan sambal yang tersedia di atas meja.

Minuman jeruk kunci-nya juga asam segar. Dihidangkan masih lengkap dengan bijinya, bisa dipilih dingin atau hangat, tergantung selera. Makan disini sudah termasuk dalam paket, jadi tidak usah bayar lagi.

Karena belum bisa check in ke hotel, kami langsung menuju ke SD Laskar Pelangi, yaitu replika SD Muhammadiyah yang menjadi tempat syuting film Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata.

Berada di atas bukit berpasir putih, bangunan SD Laskar Pelangi terlihat ringkih dengan atap dan dinding yang berlubang. Duduk di bangku sekolah yang reyot, saya mencoba membayangkan Ikal dan teman-temannya sedang menimba ilmu dibimbing Bu Muslimah. Betapa susahnya mendapatkan pendidikan yang layak bagi anak-anak non karyawan PT Timah masa itu.

Tidak jauh dari situ, ada Musium Kata-nya Andrea Hirata. Dengan tiket hanya Rp2.000/orang pengunjung bisa melihat-lihat di isi dalamnya. Ada dokumentasi Andrea untuk karya masterpiece-nya, Laskar Pelangi.

Di bagian belakang musium pengunjung dapat menikmati Kupi Kuli yang masih dibuat dengan alat-alat tradisional. Disebut Kupi Kuli karena dulu para kuli (buruh) pekerja tambang sering berkumpul sambil minum kopi di kedai-kedai kopi. Kopi digiling dan diseduh dengan peralatan sederhana dan disajikan di gelas belimbing atau cangkir kaleng. Berada di dapur sederhana ini serasa kembali ke masa lalu.

Dari Musium Kata, kami menuju pantai. Pantai pertama yang kami kunjungi hari itu adalah Tanjung Tinggi. Pasirnya putih dan batu-batunya seperti ada tangan yang menyusun dengan sengaja, penataannya artistik. Airnya berwarna biru hijauan. Pantai ini juga menjadi salah satu lokasi syuting film Andrea Hirata yang terkenal itu. Disini 3pzh puas bermain pasir berjam-jam sebelum akhirnya mandi dan makan malam di RM Rindu Pantai, masih di lokasi yang sama.

Di rumah makan ini ikan-ikannya masih segar. Terbukti dari rasa daging ikannya yang manis walau hanya dibakar dengan bumbu minimalis. Menu khas belitong, Sup Gangan Ketarap, yaitu sup Kepala Ikan Ketarap yang dimasak dengan kuah kuning berempah (tanpa santan), merupakan menu favorit pengunjung. Selain itu juga ada kepiting, udang dan cumi yang bisa kita pilih sendiri, dimasak sesuai selera (goreng tepung, rebus, goreng atau bakar). Untuk harganya, tidak jauh berbeda dengan di Jakarta. Untuk Ikan kuwe bakar, udang goreng tepung, tumis kangkung, kepiting saos tiram, nasi dan 5 teh manis hangat total kerusakan Rp.210.000 saja.

Selesai makan, kami akhirnya check in di hotel Grand Pondok Impian 2. Walau hanya bintang 2, tapi hotel ini memiliki kamar hotel dan cottage. Seperti biasa, 3pzh selalu tidur sekamar dengan ayah bundanya saat liburan, jadi sekalian saja pesan kamar cottage yang luas. Overall hotelnya lumayan. Terbukti dengan 3pzh yang bisa tidur nyenyak dan tidak ragu untuk menggunakan kamar mandinya :D

Pagi-pagi setelah sarapan di hotel, kami menuju Tanjung Kelayang. Sempat turun hujan deras jam 7an. Air seperti tumpah dari langit yang hitam kelam. Jemputan baru datang jam 9.30an karena hujan yang belum berhenti juga. Mampir sebentar di tempat yang menjual jajanan pasar, untuk camilan di jalan.

Dinamakan Kelayang karena banyak burung kelayang (walet) disini. Di Tanjung Kelayang ini pantainya juga berpasir putih nan halus. Airnya berwarna hijau tosca. Indah sekali. Setelah hujan reda, kami naik kapal nelayan kecil bermesin untuk memulai Island Hopping dengan tujuan pertama Pulau Lengkuas.

Di Pulau Lengkuas, turun dari perahu langsung nyebur untuk snorkeling kemudian dilanjutkan bermain pasir sambil mencari kulit kerang. Anak-anak menemukan banyak bintang laut kecil yang terdampar ke pantai, tapi kemudian mereka lepaskan lagi ke laut.

Setelah lelah bermain, makan siang pun dihidangkan di pantai dengan menggunakan terpal sebagai alas duduk. Perut lapar, udara laut dan badan yang lelah membuat rasa makan siang kali itu sangat nikmat. Menunya ikan kuwe bakar, tumis kangkung, cumi goreng tepung sate udang goreng, sambal kecap dan sambal terasi. Semuanya juga sudah termasuk harga paket.

Selesai makan, kami naik ke Mercusuar yang memiliki 305 anak tangga dengan membayar tiket masuk Rp.5.000/orang. Mengambil foto di atas sana hasilnya bagus sekali. Bisa terlihat gugusan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Dibangun pada tahun 1882, Mercusuar ini menjadi salah satu tempat wisata yang wajib dikunjungi bila anda ke Belitong.

Masih naik perahu, pulau berikutnya yang disinggahi saat islands hopping ini adalah Pulau Pasir. Sesuai namanya, pulau ini hanya berupa gundukan pasir di tengah laut yang menjadi tempat persinggahan bintang laut. Bila kemari, jangan lupa berfoto dengan bintang laut sebesar piring!

Karena ombak yang semakin tinggi, terpaksa Pulau Babi kami lewati saja. Terlalu berbahaya, kata pemandu wisata kami. Kembali ke Tanjung Kelayang, kami disuguhi teh manis panas dan pempek sambil menunggu hujan reda.

Setelah tak hujan lagi, kami pun pulang ke hotel. Sampai di hotel sudah jam 17, kami langsung mandi, shalat lalu tidur. Terlalu capek untuk sekedar makan malam. Tepaaarr.

Keesokan harinya, setelah terlebih dulu sarapan di hotel, kami menuju ke tempat penangkaran hewan Tarsius di Batu Mentas. Tarsius adalah primata bertubuh kecil dan bermata besar (lebih besar daripada otaknya sendiri) yang merupakan makhluk nokturnal (melakukan aktivitas pada malam hari dan tidur pada siang hari). Menghabiskan hidupnya di atas pohon, Tarsius tidak dapat berjalan di atas tanah.

Di Batu Mentas, 3pzh penasaran mencari-cari Tarsius yang ngumpet di pohon-pohon. Setelah akhirnya ketemu, mereka senang sekali mengamatinya. Walau muka Tarsius sangat imut dan terlihat jinak, sebaiknya jangan terlalu dekat saat mengamatinya. Bila merasa terganggu, Tarsius tak segan untuk mencakar.

Bila anda ingin merasakan menginap di tengah hutan ini, ada penginapan di rumah pohon atau eco lodge. Walau rumah pohon, tapi kamarnya ber-AC dan ada kamar mandinya loh. Serasa di hotel. Bedanya di sini tidak disediakan TV atau radio. Kata pemandunya, agar tamu yang menginap dapat merasakan sensasi tinggal di hutan lengkap dengan suara-suara binatangnya, tapi tetap bisa merasa nyaman saat ingin beristirahat.

Dari Batu Mentas, kami mengunjungi Musium Geologi Belitong dan kebun binatang mini yang terdapat di dalamnya. Enaknya ikut biro perjalanan Jejak Langkah, kami bisa mengatur sendiri agenda perjalanannya. Mau kemana saja, disesuaikan dengan keinginan peserta perjalanan. Seperti kami yang tidak suka shopping dan membawa anak-anak yang hobi ke pantai dan musium, maka menghindari pertokoan dan memperbanyak agenda ke tempat-tempat yang menarik minat 3pzh.

Musium Geologi Belitung tidak terlalu menarik isinya, menurut saya. Kurang banyak yang dipamerkan dan penataannya tidak menarik. Sementara Kebun binatang mininya, benar-benar mini. Tidak banyak hewan di dalamnya. Sungguh disayangkan.

Dari musium kami melanjutkan perjalanan ke pantai wisata Tanjung Pendam. Pantai yang terletak ditengah kota Tanjung Pandan ini semacam ancol-nya Belitong. Ada taman rekreasi, tempat penjualan souvenir dan makanan. Kali ini 3pzh tidak bermain pasir karena sedang hujan. Kami pun hanya berputar-putar dengan mobil tanpa berniat turun.

Sempat juga kami singgah ke Rumah Adat Belitong. Lokasinya terletak di sebelah rumah dinas Bupati Belitung. Rumah Panggung yang terbuat dari kayu dan berhalaman luas ini juga biasa dipakai bagi wisatawan yang ingin berfoto dengan pakaian adat Belitong. Dengan membayar sejumlah rupiah, anda dapat didandani memakai pakaian adat dan difoto di pelaminan khas Belitong. Rumah Adat Belitung buka setiap hari mulai pukul 08.00 - 12.00 WIB dan pukul 14.00 - 16.00 WIB. Khusus hari Minggu, hanya buka pukul 08.00 - 12.00 WIB.

Saat makan siang, kami berhenti di Rumah Makan Berage. Tempat ini sangat direkomendasikan bila anda ingin mencicipi kuliner otentik Belitong. Lokasinya berada di Jalan Raya Sijuk, Tanjungpandan.

Berkapasitas sekitar 60-80an orang, di ruang berukuran sedang ini ada 4 meja lesehan yang ditempatkan di semacam panggung (lantainya lebih tinggi) dan sisanya di lantai yang lebih rendah, meja dengan bangku panjang. Interior ruangannya modern, agak kurang nyambung dengan makanannya yang tradisional. Makanan yang disajikan dalam piring dan mangkuk putih a la cafe ini seperti layaknya masakan rumahan.

Selesai makan, kami langsung menuju airport. Waktunya kembali ke Jakarta dan membawa kenangan liburan seru di pantai-pantai Belitong nan indah. Belitong, we'll be back!


Alamat-alamat:

1. Mie Belitung "ATEP"
Jl. Sriwijaya 27,
Tanjung Pandan

2. Musium Kata
Jl. Laskar Pelangi No. 7 Desa Gantong,
Belitung Timur

3. RM Rindu Pantai
Pantai Tanjung Tinggi
Kecamatan Sijuk, Kabupaten Bangka
Kepulauan Bangka Belitung

4. Hotel Grand Pondok Impian 2
Jl. Patimura no. 8
Tanjung Pandan, Belitung

5. Rumah Adat Belitung
Jl. Jend. A. Yani,
Tanjungpandan, Belitung
 
6. Rumah Makan Berage
Jl. Raya Sijuk no. 31 Simpang Kerjan
Tanjungpandan

Mie Pedas Abang Adek

Sebagai penggemar berat mie dan rasa pedas, saya penasaran banget sama tempat makan yang satu ini. Tapi berhubung tempatnya jauh dari rumah, baru kali ini kesampaian nyicipinnya.
Bertempat di sebuah kedai yang berada di teras sebuah rumah di Jalan Mandala Utara Nomor 8, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, lokasinya mudah ditemukan. Apalagi tempatnya pas di tusuk sate sebuah pertigaan. Lebih mudah menemukannya bila masuk dari belokan sesudah Kantor Walikota Jakarta Barat yang ada pom bensin. Kalau nyasar, tinggal tanya saja pada penduduk sekitar. Warung yang buka sejak tahun 1995 ini sudah sangat terkenal di sekitar situ.
Sore itu pengunjungnya tidak terlalu rame. Masih ada 3-4 meja yang kosong. Setelah mempelajari daftar menu, kami pesan roti bakar, 2 es teh manis, 1 jeruk hangat, 1 mie rebus pedas dan 1 mie goreng pedas garuk.
Tingkat kepedasan ini tergantung dari jumlah cabai yang digunakan. Level pertama adalah Pedas yang memakai 20 cabai. Level berikutnya Pedas Biasa dengan 25 cabai. Level Garuk, memakai 75 cabai. Berikutnya Gila di level keempat menggunakan 100 cabai. Level tertinggi, Pedas Mampus dengan 150 cabai atau seperempat kilogram cabe.
Ada dua jenis mie yang bisa dipilih, yaitu mie Rebus atau mie Goreng. Cara pembuatannya, pertama-tama cabe diulek kasar. Sementara itu, mie di rebus lalu ditiriskan setelah matang. Kemudian mie diaduk-aduk bersama cabe dan bumbu mie instan di piring/mangkuk. Lalu ditambahkan kornet dan telur matasapi diatasnya.
Tidak perlu menunggu lama, pesanan pun datang. Penampakannya sama seperti di warung-warung mie instan lain, kecuali pada warna dan aroma cabe rawit merah yang digerus kasar itu. Suapan pertama, kedua, masih aman... Tapi setelah suapan ketiga, mulai butir-butir keringat di kepala bermunculan. Setelah menghabiskan seporsi mie, wajah pun sudah tidak karu-karuan. Penuh keringat, hidung meler, dan bibir merah kepedasan. Ini baru yang garuk, belum yang pedas mampus.
Penasaran, sebelum pulang saya pesan mie goreng double (2 bungkus untuk 1 porsi) pedas mampus tanpa telur dan kornet. Tidak kuat menahan nafsu mencium aroma cabe yang menggoda, mie-nya saya santap di mobil. Oh noooo, bad decision! Muleeeesss!!! Huahahaha kapoook! Gak lagi-lagi deh nyobain mie pedes mampus!
Bagi yang tidak suka mie instan, masih banyak pilihan menu lain. Ada nasi uduk, ayam bakar, siomay, juga roti dan pisang bakar.