Menjelajah Kota Penang



Mendengar kata Penang, yang teringat pertama kali adalah kota tujuan kedua bagi orang Indonesia berobat di luar negri, setelah Singapore. Seperti juga daerah bagian Malaysia lainnya, disini pertemuan 3 etnis: Melayu, Cina dan India, dapat dilihat dari keragaman kuliner dan arsitektur kotanya.

Pulau kecil yang terletak di sisi barat semenanjung Malaysia ini memberikan banyak kejutan sejak kedatangan di airport-nya. Walau kecil, tapi airport Penang rapih dan bersih. Taksinya banyak juga yang memakai merk mobil mewah seperti Mercedes Benz. Tapi sayangnya tidak semua pengemudinya bersedia mengangkut 5 penumpang sekaligus untuk taksi yang tipe sedan :(

Bagi kami berlima (walau yang 3 masih anak-anak), harus lebih sabar mengantri sampai ada pengemudi taksi yang bersedia mengangkut kami semua. Kalau yang tipe minibus seperti Innova gitu sih, pasti mau ngangkut penumpang lebih dari 4. Tapi taksinya kebanyakan tipe sedan waktu kami disana. Untuk taksi, beli tiketnya di stand White Taxi, yang letaknya sebelah kanan bangunan airport. Bayar disitu, tanpa argo dan tawar menawar. Jadi lebih aman bagi pendatang, tidak perlu takut tertipu.

Penginapan di Penang beraneka ragam. Dari yang kelas melati sampai berbintang, lengkap tersedia. Tapi karena kami mencari yang di tengah kota (sekitar Komtar), dipilih lah Tune Hotels. Lokasinya sekitar 15 menitan jalan kaki dari Komtar. Dibawah gedungnya ada Seven Eleven, jadi tidak usah takut kalau kelaparan tengah malam, ada banyak dijual camilan disitu dan bukanya 24 jam. Kenapa harus dekat Komtar? Karena lusanya kami harus naik bis pagi-pagi dari stasiun Komtar untuk ke Kuala Lumpur.

Kami belum pernah menginap di Tune Hotels sama sekali. Bayangan kami kamar hotelnya jelek seperti hotel-hotel kecil lainnya. Ternyata, walau kecil, kamarnya nyaman dan sesuai kebutuhan. Tanpa TV dan kulkas, desain kamarnya modern minimalist dengan tempat tidur ukuran queen dan kamar mandi berfasilitas shower dan kloset duduk. Kasurnya empuk dan seprainya pun putih bersih. Diluar ekspektasi lah pokoknya.

Kalau menginap 2 malam disini, disarankan mengambil paket full service utk malam pertama dan paket yang 12 jam untuk malam berikutnya. Kombinasi paket seperti itu sesuai kebutuhan untuk 2 malam. Tidak berlebihan. Tidak pakai AC pun tidak apa-apa. Ditengah kamar, diatas tempat tidur ada kipas angin besar. Kalau ingin berhemat dan tidak ada alergi debu, kamar tanpa AC sudah memadai untuk diinapi.

Tidak jauh dari hotel ada supermarket Giant, mal, dan food court. Di jalan Nagore dekat hotel juga banyak restoran, termasuk Cafe Si Tigun, yang sering direkomendasikan di milis JS. Tapi karena gagal menemukan tanda halal, terpaksa kami lewatkan.

Untuk makanan, di dekat hotel ada restoran Old Town White Coffee (OTWC) yang memajang tanda halal besar-besar di dinding luarnya. Tempatnya nyaman, ada yang outdoor juga indoor, dan di depannya ada air mancur yang keluar dari lantai. Lumayan untuk hiburan anak-anak selama menunggu pesanan disajikan.

Harga paket makanan di OTWC juga tidak mahal. Untuk paket seharga RM 10-16an sudah termasuk makanan utama (nasi ayam atau macam-macam mie malaysia), minuman (lemon tea, kopi atau teh manis)dan makanan penutup (es krim, cendol atau es kacang). Ada juga paket keluarga.

Untuk menjelajah kota Penang, disarankan memilih transportasi umum seperti bis, karena ongkos taksi cukup mahal. Naik bis, jauh-dekat hanya RM2 (za belum bayar). Sebaiknya membayar dengan uang pas bila naik bis, karena supir tidak menyediakan uang kembalian.

Stasiun bis di dekat Komtar, seperti juga stasiun bis pada umumnya, tidak terlalu bersih. Tapi dibandingkan dengan terminal Blok M atau Senen, stasiun ini lebih teratur dan canggih. Dari layar di dinding bisa dipantau apakah bis yang ingin dinaiki sudah jalan dari pemberhentian sebelumnya, sehingga bisa diketahui berapa menit lagi akan tiba di stasiun itu. Keren kan?

Naik bis disini tertib, tidak ada dorong-dorongan. Penumpang harus mengantri di jalur bis yang sesuai dengan nomor bis yang dituju (jalur/lorong 2 untuk bis ke Penang Hill/Bukit Bendera, dengan nomor bis 204). Kemudian masuk dari pintu depan bis (pintu belakang hanya untuk keluar), membeli tiket dari supirnya, lalu mencari tempat duduk bila ada (kalau tidak ada maka harus siap-siap berdiri).

Bis no 204 ini juga melewati Kek Lok Sie, kuil yang dibangun di atas bukit dan terdapat patung dewa Kwan Yin yang sangat besar. Tapi karena sudah siang dan tujuan kami adalah stopan terakhir, yaitu Bukit Bendera atau Penang Hill, jadi kami tidak mampir ke kuil tersebut.

Di Bukit Bendera, bisa naik cable car ke atas bukit, untuk melihat kota Penang dari ketinggian sambil menikmati udara sejuk. Selain itu juga tersedia restoran dan toko souvenir. Tiket untuk 2 dewasa dan 3 orang anak RM75. Antrian untuk membeli tiket maupun masuk ke kereta, cukup panjang saat liburan seperti ini. Di kereta, carilah gerbong paling depan agar anak-anak bisa melihat jalur yang dilalui dari kaca depannya. Seru dan menegangkan, terutama saat turun.

Selesai dari Bukit Bendera, perjalanan dilanjutkan ke Jetty dengan naik bis yang sama, nomor 204. Dari stasiun Jetty, berjalan kaki melewati Little India dan rumah makan Kapitan (spesialis makanan India seperti Nasi Briyani, Roti naan, dll.), ada sebuah mesjid bersejarah, namanya Masjid kapitan Kling (Kapitan Kling Mosque).

Persis di sisi kanan depan masjid, ada penjual nasi kandar terkenal, yaitu Nasi Kandar Beratur yang sudah berjualan sejak 1943. Walau hanya berupa warung tenda sederhana, warung yang buka sampai jam 10 malam ini, diantri pembelinya. Selesai shalat, bisa makan siang disini sambil berteduh dari terik matahari.

Dari masjid, kami berjalan kaki sekitar 1 km menuju Fort Cornwallis. Benteng bersejarah yang mengambil nama seorang Governor-General di Bengal pada akhir tahun 1700an, Charles Cornwallis, lokasinya dekat Esplanade dan disebelah Victoria Memorial Clock. Dindingnya setinggi sekitar 10 kaki dan di dalamnya masih dapat dilihat peninggalan lebih dari seratus tahun lalu berupa sebuah chapel, penjara dan ruang penyimpanan senjata.

Di sepanjang pantai dekat benteng ini banyak dijual rujak dan makanan minuman ringan lainnya. Walau judulnya pantai, tapi kita tidak bisa main pasir atau berenang di laut. Tapi untuk anak-anak tersedia 2 taman bermain.

Naik free shuttle dari seberang Fort Cornwallis dan turun di Jalan Penang, maksud hati ingin makan malam di Sup Lembu Hameed yang terkenal. Apa daya, hari itu restoran masih tutup karena lebaran. Akhirnya kami makan di rumah makan Jaya yang buka 24 jam. Lokasinya masih di Jalan Penang. Berbagai menu dari nasi kandar, roti canai sampai martabak tersedia disini. Tapi juaranya adalah mee goreng.

Sebenarnya di seberang Sup Lembu Hameed juga ada Red Garden Cafe (semacam food court) yang banyak direkomendasikan di internet. Tapi karena melihat tempatnya, lagi-lagi, sangat meragukan kehalalannya, kami lewati saja. Di Penang penduduk etnis cina-nya lebih dominan, bagi turis muslim sebaiknya lebih berhati-hati memilih tempat makan. Walau menunya tidak menggunakan daging babi, tapi etnis ini suka sekali memasak dengan lard (lemak/minyak babi).

Char Kwey Teow (di Indonesia biasa disebut kwetiau), kuliner Penang yang wajib dicoba pun, sangat sulit mencari yang benar-benar halal. Pemakaian lard dalam pengolahannya yang membuat aromanya otentik. Sehingga tanpa lard, bisa dipastikan rasa dan aromanya berbeda dengan yang "asli". Itu kata mereka yang sudah mencoba versi halal dan non-halal.

Daripada ragu dengan kehalalan char kwey teow yang ada, coba saja kuliner Penang lainnya seperti Prawn Noodles, Laksa Asam atau Nasi Kandar. Yang penting, pastikan penjualnya bersertifikasi halal atau hanya menggunakan bahan-bahan yang halal.

Restoran Nasi Kandar yang wajib dikunjungi diantaranya adalah Nasi Kandar Line Clear dan Nasi Kandar Yasmeen. Letak restorannya bersebelahan. Bila dari jembatan penyebrangan dekat Komtar, berjalan kaki menuju Jalan Penang, maka posisinya ada disisi kanan jalan. Di seberang kantor polisi.

Ternyata 3 hari 2 malam tidak cukup untuk menjelajah Penang dan mencicipi kulinernya. Walau banyak berjalan kaki dan naik bis, 3pzh tidak terlihat mengeluh capek atau bosan. Mereka bahkan menikmati saat-saat mencicipi makanan yang baru kali ini dengar namanya. Ternyata liburan sambil wisata kuliner dapat mengajarkan anak-anak untuk berani mencoba sesuatu yang baru.























9 Hari 5 Kota



Liburan selama 9 hari menjelajahi 5 kota, bukan hal luar biasa. Tapi kalau itu dilakukan bersama 3 anak usia 4-12 tahun, banyak cerita seru di dalamnya :D

Anak-anak sudah mulai besar, liburan panjang kali ini harus beda dengan yang sebelumnya. Kami ingin mencoba liburan a la turis ransel (back packing tourist). Menjelajah dari satu kota ke kota lainnya, cukup dengan ransel di punggung. Tidak perlu repot geret-geret koper. Apalagi rencananya akan naik bis dan alat transportasi darat lainnya. Bawaan harus ringkas dan tidak terlalu berat.

Awalnya ragu, apa anak-anak nyaman di perjalanan nanti? Bagaimana dengan makanan mereka? Mereka bisa cukup istirahat gak? Gimana kalau sakit? Dengan mengucap bismillah, akhirnya kami tetap pergi. Kalau tidak pernah dicoba, kan tidak akan pernah tahu? ;)

Agar liburnya bisa agak lama, dipilih waktu libur lebaran. Hanya hubby yang perlu memperpanjang cuti karena kantor mulai masuk tanggal 12 Agustus, seminggu sebelum sekolah dimulai. Berangkat ke Penang di hari lebaran kedua (tanggal 9 Agustus 2013) dan pulang tanggal 17 Agustus 2013 dari Singapore.

Moda transportasinya dipilih pesawat, bis antar kota, kereta/MRT dan monorail. Taksi hanya alternatif, kalau keadaan tidak memungkinkan naik bis. Anak-anak suka sekali naik alat transportasi yang tidak biasa mereka gunakan, seperti MRT dan monorail. Apalagi kalau diperbolehkan memegang sendiri kartunya.

Pengalaman naik bis antar kota juga akan menjadi pengalaman baru bagi anak-anak. Sekalian mengajarkan mereka bagaimana bertoleransi dengan penumpang lain dalam perjalanan yang memakan waktu berjam-jam itu. Biasanya kan kalau di mobil sendiri mereka suka ribut dan jumpalitan. Di angkutan umum mereka harus belajar 'behave' :D

Sedangkan untuk akomodasi, seperti biasa, dipilih yang tidak terlalu mahal, ditengah kota, dan disekitarnya ada yang jual makanan halal. Akomodasi yang mahal, mubazir. Karena biasanya kami keluar hotel pagi setelah sarapan dan kembali malam, setelah makan malam. Cuma untuk numpang tidur dan mandi, untuk apa bayar mahal? Ditengah kota atau minimal dekat stasiun kereta, akan memudahkan bila ingin kemana-mana. Adanya penjual makanan halal dekat penginapan akan memudahkan bila tengah malam tiba-tiba kelaparan :))

Tas yang kami bawa terdiri dari 1 ransel besar untuk baju, 2 ransel kecil (untuk snacks dan pakaian ganti kalau keringatan) dan 2 tas selempang (untuk dompet, dokumen dan tisu). Masing-masing anak membawa botol air sendiri dan topi.

Baju di dalam ransel besar dibagi dalam 6 kantong plastik. Lima kantong baju masing-masing untuk 1 hari keperluan sekeluarga, dan 1 kantong khusus baju tidur dan peralatan shalat. Maksudnya, selain agar ringkas juga bila hujan baju tidak akan basah, walau bahan ransel lebih tipis dari koper.

Dari Jakarta - Penang dan Singapore - Jakarta naik AA. Sementara dari Penang-KL, KL-Malaka, Malaka-JB dan JB-Singapore naik bis. Di masing-masing kota tersebut, kami lebih banyak naik bis dan jalan kaki. Hanya 3-4 kali naik taksi. Sunscreen harus siap di tas agar terhindar dari sunburn.

Over all, walau melelahkan, pengalaman liburan kali ini lebih seru dan menyenangkan. Anak-anak puas sekali bermain dan mencoba hal baru. Liburan ini juga mengajarkan kami sekeluarga untuk lebih banyak bersabar, bertoleransi dan tepat waktu. Liburan berikutnya, kemana lagi yaaa?



P.S.:
Catatan perjalanan kami di tiap kota akan saya tulis di posting-an berikutnya. Ditunggu yaa ;)