Antibiotik Siapa Takut?


oleh Dr. Purnamawati SpAK MMPed



Mungkin begitulah kira2 pikiran kebanyakan pasien Indonesia ketika diberi resep oleh dokternya ketika berobat...karena sudah seringnya diberi AB, kita langsung aja meminumnya tanpa mempertanyakan dahulu apakah benar kita perlu AB? Lalu kapan sih kita perlu dan kapan tidak? Summary ini membahas
dengan singkat apa itu AB dan beberapa topik yang berhubungan.


Apa itu AB?

AB ditemukan oleh Alexander Flemming pada tahun 1929 dan digunakan untuk membunuh bakteri secara langsung atau melemahkan bakteri sehingga kemudian dapat dibunuh dengan sistem kekebalan tubuh kita. AB ada yang merupakan 
1.produk alami, 
2. semi sintetik, berasal dari alam dibuat dengan beberap perubahan agar lebih kuat, mengurangi efek samping atau untuk memperluas jenis bakteri yang dapat dibunuh, 
3. full sintetik.

Jenis AB

1. Narrow spectrum, berguna untuk membunuh jenis2 bakteri secara spesifik. Mungkin kalau di militer bisa disamakan dengan sniper, menembak 1 target dengan tepat. AB yang tergolong narrow spectrum adalah ampicillin dan amoxycilin (augmentin, surpas, bactrim, septrim).

2. Broad spectrum, membunuh semua jenis bakteri didalam tubuh, atau bisa disamakan dengan bom nuklir. Dianjurkan untuk menghindari mengkonsumsi AB jenis ini, karena more toxic dan juga membunuh jenis bakteri lainnya yang sangat berguna untuk tubuh kita. AB yang termasuk kategori ini adalah cephalosporin (cefspan, cefat, keflex, velosef, duricef, etc.).

Bakteri

Bakteri berdasarkan sifat fisiknya dapat dibagi menjadi dua, yaitu gram positif (+) dan gram negatif (-). Infeksi dibagian atas difragma (dada) umumnya disebabkan oleh bakteri gram (+) sedangkan infeksi dibagian bawah difragma disebabkan oleh bakteri gram (-). Biasanya, infeksi yang disebabkan oleh gram (+) lebih mudah dilawan. Didalam tubuh kita banyak sekali terdapat bakteri, bahkan salah satu kandungan ASI adalah bakteri.

Jadi, sebenarnya, kebanyakan bakteri tidaklah "jahat". Manfaat bakteri diusus kita adalah:

1. bakteri mengubah apa yang kita makan menjadi nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh.
2. memproduksi vitamin B & K.
3. memperbaiki sel dinding usus yang tua dan sudah rusak.
4. merangsang gerak usus sehingga kita tidak mudah muntah (konstipasi).
5. menghambat berkembang biaknya bakteri jahat dan secara tidak langsung mencegah tubuh kita agar tidak terinfeksi bakteri jahat.

Sekarang kita tahu manfaatnya, jadi jangan lagi minum AB tanpa alasan yang jelas, karena hal ini akan membunuh bakteri yang baik tersebut.

Virus


Walaupun sesama mikro-organisme, virus ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan dengan bakteri. Mereka berkembang biak dengan mengunakan sel tubuh kita, jadi virus akan mati bila berada diluar tubuh. Catatan penting: virus tidak dapat dibunuh oleh obat dan AB sama sekali tidak bekerja terhadap virus. Virus hanya bisa dibasmi oleh sistem imun atau daya tahan tubuh kita, salah satunya adalah dengan demam. Demam merupakan bagian dari sistem daya tahan tubuh yang bermanfaat untuk membasmi virus, karena virus tidak tahan dengan suhu tubuh yang tinggi. Jadi apabila anak/anda mengalami demam, sebaiknya tidak diobati apabila suhu tubuhnya tidak terlalu tinggi. Untuk petunjuk lebih lanjut, buka e-mail terdahulu yg membahas demam.

When AB doesn't work?

Menurut penelitian, ada 3 kondisi yang umumnya diterapi dengan AB, yaitu

1. Demam, 
2. Radang tenggorokan, 
3. Diare. 
Padahal, sebenarnya, penggunaan AB untuk kondisi diatas tidaklah tepat dan tidak berguna.



Dibawah ini petunjuk kapan AB tidak bekerja:

1. Colds & Flu
2. Batuk atau bronchitis
3. Radang tenggorokan
4. Infeksi telinga. Tidak semua infeksi telinga membutuhkan AB.
5. Sinusitis. Pada umumnya tidak membutuhkan AB.

Penggunaan AB tidak pada tempatnya dan berlebihan tidak akan menguntungkan, bahkan merugikan dan membahayakan.

When do we need AB?

Dibawah merupakan beberapa jenis infeksi bakteri yang umumnya terjadi dan membutuhkan terapi AB:

1. Infeksi saluran kemih
2. Sebagian infeksi telinga tengah atau biasa disebut otitis media
3. Sinusitis yang berat (berlangsung lebih dari minggu, sakit kepala,
pembengkakan di daerah wajah)
4. Radang tenggorokan karena infeksi kuman streptokokus (umumnya menyerang anak berusia 7 tahun atau lebih sedangkan pada anak usia 4 tahun hanya 15% yang mengalami r adang tenggorokan karena kuman ini)


How do I know this is bacterial infection?

Untuk mengetahui apakah ada infeksi bakteri biasanya dengan melakukan kultur yang membutuhkan beberapa hari untuk observasi. Contohnya apabila dicurigai adanya infeksi saluran kemih, lab. mengambil sample urin dan kemudian dikultur, setelah beberapa hari akan ketahuan bila ada infeksi bakteri berikut jenisnya.

Efek Negatif AB

Dibawah adalah efek samping yang dialami pemakai apabila mengkonsumsi AB;

1. Gangguan saluran cerna (diare, mual, muntah, mulas) merupakan efek
samping yang paling sering terjadi.

2. Reaksi alergi. Mulai dari yang ringan seperti ruam, gatal sampai dengan yang berat seperti pembengkakanbibir/kelopak mata, gangguan nafas, dll.
3. Demam (drug fever). AB yang dapat menimbulkan demam bactrim, septrim, sefalsporoin & eritromisin.
4. Gangguan darah. Beberapa AB dapat mengganggu sumsum tulang, salah satunya kloramfenikol.
5. Kelainan hati. AB yang paling sering menimbulkan efek ini adalah obat TB seperti INH, rifampisin dan PZA (pirazinamid).
6. Gangguan fungsi ginjal. Golongan AB yang bisa menimbulkan efek ini

adalah aminoglycoside (garamycine, gentamycin intravena), Imipenem/ Meropenem dan golongan Ciprofloxacin. Bagi penderita penyakit ginjal, harus hati2 mengkonsumsi AB.


Pemakaian AB tidak pada tempatnya dan berlebihan (irrational) juga dapat menimbulkan efek negatif yang lebih luas (long term), yaitu terhadap kita dan lingkungan sekitar, contohnya:

1. Irrational use ini juga dapat membunuh kuman yang baik dan berguna yang ada didalam tubuh kita. Sehingga tempat yang semula ditempati oleh bakteri baik ini akan diisi oleh bakteri jahat atau oleh jamur. Kondisi ini disebut juga sebagai "superinfection".


2. Pemberian AB yang berlebihan akan menyebabkan bakteri2 yang tidak terbunuh mengalami mutasi dan menjadi kuman yang resistance terhadap AB, biasa disebut SUPERBUGS. Jadi jenis bakteri yang awalnya dapat diobati dengan mudah dengan AB yang ringan, apabila ABnya digunakan dengan irrational, maka bakteri tersebut mutasi dan menjadi kebal, sehingga memerlukan jenis AB yang lebih kuat.


Bayangkan apabila bakteri ini menyebar ke lingkungan sekitar. Lama kelamaan, apabila pemakaian AB yang irrational ini terus berlanjut, maka suatu saat akan tercipta kondisi dimana tidak ada lagi jenis AB yang dapat membunuh bakteri yang terus menerus bermutasi ini. Hal ini akan membuat kita kembali ke zaman sebelum AB ditemukan, dimana infeksi yang diakibatkan oleh bakteri ini tidak dapat diobati sehingga angka kematian akan drastis melonjak naik.


Note: Semakin sering mengkonsumsi AB, semakin sering kita sakit. The less you consume AB, the less frequent you get sick.


Inappropriate AB Use


Berjuta2 resep ditulis yang mencantumkan AB untuk infeksi virus, padahal kita semua tahu AB tidak berguna untuk memerangi virus.


Ada 3 alasan mengapa apparopriate use of AB ini terjadi, yaitu:
1. Diagnostic uncertainty.

2. Time pressure.
3. Patient Demand."People don't want to miss work or they have a sick child who kept the family up all night and they're willing to try anyhing that might work". It's easier for the physician to give AB than to explain why it might be better not to use it.



Benar, seringkali kitapun sebagai pasien juga berperan didalam AB irrational use ini. Sudah terbentuk persepsi didalam pasien Indonesia, dimana kita beranggapan bahwa kalau pulang dari kunjungan dokter itu harus membawa resep. Malah akan aneh kalau kita tidak pulang dengan membawa resep. Hal ini justru mendorong dokter untuk meresepkan AB ketika tidak diperlukan. Sebaiknya sikap ini sedikit demi sedikit kita hilangkan.

How Can We Help?

1. Rubah sikap kita ketika berkunjung ke dokter dengan menanyakan; Apa penyebab penyakitnya? bukan apa obatnya.

2. Jangan sedikit2 minta dokter untuk meresepkan AB. Jangan mengkonsumsi AB untuk infeksi virus seperti flu/pilek, batuk atau radang tenggorokan. Kalau merasa tidak nyaman akibat infeksi tsb. tanya dokter bagaimana cara meringankan gejalanya, tetapi tidak dengan AB.

3. Tidak mempergunakan Desinfektan dirumah, cukup dengan air dan sabun.

Hanya diperlukan bila di rumah ada orang sakit dengan daya tahan tubuh
rendah (pasca transplantasi, anak penyakit kronis, pemakaian steroid jangka panjang, dll.).


Battle of the Bugs: Fighting AB Resistance

Masalah bakteri yang kebal terhadap AB (AB resistance) ini telah menjadi masalah global dan sudah sejak beberapa dekade terakhir dunia kedokteran mencanangkan perang terhadap AB resistance ini.



Ada petunjuk yang dapat dilakukan untuk perihal pemakaian AB yang

rasional, yaitu:


1. Kurangi pemakaian AB, jangan menggunakan AB untuk infeksi virus.

2. Gunakan AB hanya bila benar2 diperlukan dan mulailah dengan AB yang ringan atau narrow spectrum.
3. Untuk infeksi yang ringan (infeksi saluran nafas, telinga atau sinus) yang memang perlu AB, gunakan AB yang bekerja terhadap bakteri gram (+).
4. Untuk infeksi kuman yang berat (infeksi dibawah diafrgma, seperti infeksi ginjal/saluran kemih, apendisitis, tifus, prneumonia, meningitis bakteri) pilih AB yang juga membunuh kuman gram (+).
5. Hindari pemakaian lebih dari satu AB, kecuali TBC atau infeksi berat di rumah sakit.
6. Hindarkan pemakaian salep AB, kecuali untuk infeksi mata.


Rule fo Thumb

Bila anda memperoleh terapi AB, pertanyakanlah hal2 berikut:

1. Why do I need AB?
2. Apa yang dilakukan AB?
3. Apa efek sampingnya?
4. Apa yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya efek samping?
5. Apakah AB harus diminum pada waktu tertentu, misalnya sebelum atau sesudah makan?
6. Bagaimana bila AB ini dimakan bersamaan dengan obat yang lain?
7. Beritahu pula bila anda mempunyai alergi terhadap suatu obat atau makanan, dll.


Final Message

Sebagai konsumen kesehatan yang bertanggung jawab, sebaiknya kita juga berperan aktif dengan cara menggali dan mempelajari pengetahuan dasar ilmu kesehatan. Dengan begitu kita akan menjadi konsumen kesehatan yang smart and critical. So, semoga tulisan ini dapat menambah pengetahuan dasar ilmu kesehatan para pembaca.


Tulisan ini dibuat bukan untuk menentang pemakaian AB. Sebaliknya kita harus mengetahui bagaimana pemakaian AB yang benar dan tepat karena justru AB yang irrational akan menyebabkan AB menjadi impotent atau kehilangan manfaatnya. Antibiotics save lives, therefore we also have to save Antibiotics.







Ibu-ibu Hebat

Hari ini tanggal 22 Desember, di Indonesia diperingati sebagai Hari Ibu. Kali ini saya mau cerita tentang 4 ibu hebat yang saya kenal.

Mbak @inagibol
Ibu satu putri ini, luar biasa kemurahan hatinya. Tanpa kenal lelah mengajak orang untuk berbagi dengan Komunitas Berbagi-nya. Mulai dari berbagi dondar aferesis untuk anak-anak penderita kanker sampai mengurusi keperluan anak-anak di Sayap Ibu Bintaro. Mulai dari berbagi nasi bungkus setiap Jumat sampai berbagi SPP untuk anak-anak tidak mampu. Ingin sekali bisa total seperti mbak Ina dalam berbagi. Doakan ya, suatu saat nanti saya dapat mengikuti jejaknya o:)

Teman-teman saya Juli dan Dian
Mereka berdua single parents, working moms dan memiliki 1 anak. Juli bahkan mengurus kedua orangtuanya yang sudah sepuh dan pekerjaan rumah tangga diantara waktunya menjaga toko komputernya di bilangan kota. Diusianya yang masih muda dengan tanggung jawab sebesar itu, Juli membuat saya malu kalau mengeluh capek mengurus rumah. Semoga Juli selalu diberi kekuatan dan kesehatan agar bisa mendampingi Andre, putra semata wayangnya, mencapai cita-citanya.

Dian, seperti juga Juli, adalah single parent diusianya yang masih sangat muda. Disela-sela kesibukannya sebagai dokter gigi, selalu menyempatkan diri membuatkan bento-bento lucu untuk bekal sekolah Cheryl, buah hatinya. Suka minder deh, kalau melihat Dian memasang PP foto bento buatannya x_x

Last but not least, my Mom.
Ibu adalah orang yang saya kagumi. Bagi saya, ibu itu super woman. Ketegarannya menghadapi ujian hidup -- bangkit setelah perceraian dan menjadi single parent dengan 3 anak diusia 32 tahun -- membuat saya tidak berhenti mengaguminya.

Ibu bekerja tapi selalu menyempatkan diri menyiapkan mulai dari sarapan sampai makan malam untuk anak-anaknya, walau kami punya 2-3 ART di rumah. Untuk itu ibu rela harus menyetir mobil sendiri bolak-balik dari rumah ke kantor dan kantor ke rumah dua kali sehari. Ibu juga selalu menolak bila mendapat tugas ke luar kota/negeri walau sebagai konsekuensi karirnya tidak bisa cemerlang. Alasannya, anak-anak tidak ada yang jaga :')

Hanya 4 ibu hebat yang disebutkan disini, tapi saya yakin di luar sana masih banyak ibu hebat lainnya. Ibu yang berusaha melakukan yang terbaik demi anak-anak diantara segala keterbatasan yang dimilikinya. Menjadi ibu memang bukan pekerjaan mudah, tetapi suatu anugrah terbesar.

Selamat hari ibu untuk semua ibu hebat pahlawan keluarga. Semoga kita berhasil menjaga amanah ini.



Powered by Telkomsel BlackBerry®

[Sharing] Belajar RUM


Sebelum mulai cerita, saya mau menjelaskan dulu apa yang dimaksud dengan RUM atau Rational Use of Medicine. RUM pengertiannya bukan anti obat loh ya. Tapi menggunakan obat pada situasi, kondisi dan dosis yang tepat. Jadi bukan dikala sakit, menolak obat lalu beralih ke pengobatan alternatif. Sama sekali bukan. Untuk lebih jelasnya bisa jalan-jalan ke web-nya milis sehat dkk.

Yuuuk kita mulai ngedongengnya ;)

Sewaktu kecil, kata ibu, kalau sakit saya jarang diberi obat. Demam tinggi, dibawa ke dokter naik becak, eeeh baru sampai depan pagar rumah dokternya, panas saya sudah turun :D Sementara abang saya yang beda umurnya 11 bulan 2 minggu, selalu kena batpil (batuk pilek) bergantian atau bersamaan dengan saya (mungkin virusnya ping-pong) biasanya baru sembuh setelah minum obat dari dokter.

Sebagai single parent, dan juga karena kurang pengetahuan, ibu selalu gampang panik kalau anaknya sakit. Apalagi abang saya selalu kejang demam. Ditengah malam bila abang kejang, ibu akan menggedor pintu tetangga sambil berteriak minta tolong (kalau yang ini, masih lekat diingatan saya kejadiannya). Jadi harap maklum kalau anaknya sakit, pasti ibu segera membawanya berobat ke dokter (kecuali saya, tentunya).

Karena tidak terbiasa minum obat, sampai sekarang pun saya paling malas minum obat dan ke dokter. Alhamdulillah, belum pernah sakit parah sampai harus dirawat di rumah sakit, kecuali saat melahirkan :D

Sampai anak ketiga lahir pun, saya belum tahu apa itu RUM. Tidak punya akses ke internet, kurang gaul karena masih sibuk dengan keluarga dan baby baru, diperparah dengan dikelilingi oleh orang-orang non RUM yang super panik kalau melihat Zi sakit. Pokoknya masih jaman jahiliyah banget lah waktu itu :(

Ketiga anak saya terlahir dengan jaundice yang angka bilirubin-nya cukup tinggi dan semakin tinggi di anak ketiga. Zi bili-nya sampai 12. Saat akan periksa darah, saya nangis bombay di ruang tunggu lab sambil melukin Zi. Waktu itu ada seorang ibu yang menanyakan kenapa saya nangis. Kepadanya saya ceritakan tentang Zi yang harus dirawat inap bila bili-nya dianggap terlalu tinggi.

Ibu itu bilang, dulu waktu anak pertamanya lahir, dia pun mengalami hal yang sama. Awalnya dia merasa senang anaknya anteng, tidur terus. Tapi setelah kontrol ke dokter dan dibilang jaundice, akhirnya bayinya dibangunkan "paksa" tiap satu jam agar menyusu. Setelah beberapa hari, alhamdulillah bili-nya normal. Intinya, harus sering disusui dan dijemur, nasehatnya lagi. Merasa lega ada alternatif untuk Zi tidak dirawat, saya langsung bertekad akan mencoba tips yang diberikan ibu tadi sepulangnya dari RS.

Setelah membujuk dokter agar merelakan Zi dirawat di rumah, sampai di rumah pun saya mulai jadi "raja tega". Tiap sejam, Zi yang lagi nyenyak tidur saya bangunin dengan cara dikelitikin kakinya, diusap pakai wash lap mukanya supaya segar bahkan yang terekstrim pipinya saya usapin es batu x_x

Hasilnya? Saya kewalahan menyusui Zi. Sudah disusui sepanjang malam, PD kanan kiri sudah kosong, Zi nangis menjerit-jerit kelaparan. Dan dengan tololnya, saya pun menambahkan sufor karena takut ASI saya gak cukup :'( Waktu itu belum ngerti soal ASIP (ASI peras). Saya pikir, ASI yang diperas itu hanya untuk ibu yang bekerja. Setiap malam, Zi menyusu 10 botol ukuran 120ml plus ASI, barulah dia bisa tidur nyenyak sampai pagi. Walau ASI saya kemudian membanjir, tetapi setelah 10 bulan saya mulai melepaskan Zi dari ketergantungan ASI karena berencana ingin bekerja. Setelah Zi lepas ASI, saya malah urung bekerja karena Zi ngambek di sekolah setelah tahu saya kerja. Di tengah ruangan kelas Zi berbaring di lantai tidak mau melakukan apapun selama 45 menit sampai habis waktu pelajarannya :(

Itu baru cerita Zi. Cerita Zu lain lagi. Zu lahir dengan bili sampai 15. Tidak mau menyusu, kalau pun mau hanya sebentar. Hiks. ASI saya banyak sampai menetes-netes. Sama sekali tidak terpikir bahwa mungkin saja derasnya ASI saya lah yang tidak disukai Zu. Seharusnya saya peras dan suapin dengan sendok agar Zu tidak gampang tersedak. Lagi-lagi karena ketololan saya, akhirnya Zu pun menyerah pada sufor diusianya 4 bulan :'(

Sama seperti abang dan kakaknya, Za lahir jaundice, dengan bili sampai 17. Dokter tidak membolehkan Za di bawa pulang dari RS. Tapi saya keukeuh ingin membawa Za pulang bersama saya setelah perawatan persalinan selesai. Pemikiran saya saat itu sama sekali bukan karena sudah RUM. Tapi karena pertimbangan, kalau terburuk yang terjadi, saya ingin Za ada di pelukan saya bukannya terkapar sendirian di box-nya yang kecil di RS :'( Selain itu Zu masih 2 tahun. Tanpa pembantu, bila saya harus bolak-balik ke RS pasti jadwal makan-tidur dll-nya akan terganggu. Akhirnya Za berhasil dibawa pulang setelah hubby menandatangani surat pernyataan pulang paksa dari RS.

Za jaundice-nya bertahan sampai sebulan. Selama sebulan itu juga saya galaaauu setiap ada yang komen: "Kok bayinya kuning? Kok kecil banget ya? Gak apa-apa nih gak di rawat? Kuning itu bahaya loh, nanti nyesel!" Astaghfirullah... Rasanya hati ini teriris-iris setiap kali mendengar komen seperti itu :'( Saya takut sekali keputusan saya salah dan Za harus menanggung resikonya.

Untung saya tidak menuruti kata dokter yang bilang Za kuning karena ASI. Malah Za diresepkan vitamin padahal umurnya masih 1 bulan. Walau DSA-nya memaksa saya untuk menghentikan pemberian ASI dan beralih ke sufor, saya bertekad, kali ini saya harus berhasil memberikan ASI eksklusif minimal sampai 6 bulan. Alhamdulillah, 6 bulan terlewati dengan sukses walau saya harus tutup kuping setiap kali kontrol ke DSA.

Umur Za 1 tahunan, saya mulai menggunakan bb dengan semestinya, yaitu untuk mencari info bermanfaat daripada sekedar haha-hihi di bbg. Dimulai saat hubby di screening darahnya di RS Dharmais. Disana hubby menanyakan penyebab kanker anak pada suster yang mengambil darahnya. Kata suster itu, selain keturunan, gaya hidup dan polusi, pemberian obat-obatan over the counter alias obat yang dijual bebas akan membuat imunitas tubuh berkurang. Apalagi pemberian antibitiok yang tidak tepat.

Pulang dari Dharmais itulah, saya mulai googling mencari tahu dampak antibiotik. Lalu saya ketemu artikel "no puyer". Membaca semua artikel itu, rasanya ingin menjedut-jedutkan kepala ke dinding. Selama ini kalau 3pzh sakit, saya bawa ke DSA yang menurut saya waktu itu paling tidak gampang ngasih obat. DSA ini selalu memberikan 2 resep. Resep pertama bila 3 hari tidak menunjukkan tanda-tanda membaik, lanjutkan dengan resep kedua (ada antibiotiknya). Dan semua resepnya itu selalu terdapat puyer! Ya Allah, what have I done to my children? Saya sudah meracuni anak-anak saya selama ini :'(

Sejak itu saya berusaha sebisa mungkin menghindari antibiotik dan puyer. Semua stok obat termasuk paracetamol saya buang dari kulkas dan lemari penyimpanan. Kalau ada yang terkena common colds, saya cuma bikinkan minuman hangat dan perbanyak konsumsi cairan. Berat loh berjuang untuk RUM itu. Apalagi kalau lingkungan tidak mendukung. Harus siap tutup kuping dan stok sabar yang banyak.

Akhirnya saya tahu tentang milis sehat dan langsung join setelah menemukannya secara tidak sengaja di twitter. Disini saya merasa menemukan teman, keluarga, supporting group yang belum pernah saya temui sebelumnya. Walau hanya sebagai anggota pasif, tapi semua info penting selalu saya save di memopad. Begitu juga email-email berisi sharing para smart parents yang bisa menjadi obat galau di kala bimbang. Terima kasih bunda Wati, para dokter dan smart parents yang mau terus berbagi ilmu dan pengalaman untuk mencerdaskan orangtua cupu seperti saya, melalui milis sehat.

Sejak kenal milis sehat itulah saya sering berbagi info kesehatan ke teman-teman yang membutuhkan. Tetapi memang dalam berbagi kita harus ikhlas dan sabar, terutama bila ditolak, bahkan dituduh yang tidak-tidak. Saya menyesal karena anak-anak hampir menjadi korban dari ketidaktahuan saya. Semoga pengalaman dan info yang saya bagikan dapat membuat teman-teman saya belajar tanpa harus mengalaminya lebih dulu.
Ini cerita RUM-ku, apa ceritamu? :)


Mau Curhat

Pengen curhaaaaattt!!! Sesak banget nih dada rasanya :'(

Untuk yang kenal saya, mungkin banyak yang menilai saya ini orangnya terlalu perhatian sama orang lain, bahkan gak jarang juga dituduh kepo alias wontunoooo ajah :D Bagi saya pribadi sih, dinilai apapun terserah saja. Tapi saya memang paling tidak bisa cuek saja bila melihat kesusahan orang lain, kenal ataupun tidak.

Maaf yaaa kalau ada yang sebel setelah saya baca statusnya di bb trus saya japri dan menanyakan, "are you ok?" Demi Allah, I did that because I care, not kepo. Boleh percaya, boleh nggak. Dan bila tidak di jawab pun, saya gak keberatan. Kan memberi itu harus ikhlas. Termasuk memberikan perhatian. Ditanggapi alhamdulillah, gak ditanggapin ya sutralaaaah.

Nah tadi tuh, ada temen yang cerita di bbg kalau anaknya sakit. Seperti biasa, saya pun membagikan "ilmu milis sehat" yang sudah tersimpan di memopad. Tanggapannya? Dia bilang gak usah ngelarang, biar dia ambil resiko ini demi anaknya.

Oh my God! Siapa yang ngelarang? Memangnya saya siapa ngelarang-larang? Saya hanya menanyakan kondisi klinis anaknya saat ini. Lalu menanyakan apa sudah mempertimbangkan antara manfaat dan efek samping dari tes yang akan dilakukan. Itupun tidak lupa menekankan, anak itu tanggung jawab orangtuanya, jadi keputusan ada di tangan ortunya.

Akhirnya, untuk mengakhiri perdebatan saya bbm ke teman saya itu. "Berbagi ilmu is a must, tapi gak boleh maksa. Di dengar ok, gak di dengar ya gak apa-apa."

Kalau orang berhenti berbagi ilmu karena ada orang yang menolaknya, apa yang akan terjadi? Mungkin kita semua sekarang tidak beragama. Bukankah agama itu disampaikan secara turun temurun, tetapi pada akhirnya orang berhak memutuskan agama mana yang dia anut?

Maka saya putuskan untuk terus berbagi termasuk berbagi ilmu, diterima atau ditolak. Karena saya percaya, berbagi itu harus ikhlas. Tidak boleh mengharapkan apa pun.

Terima kasih sudah membaca curhatan saya ini. Maaf kalau saya curhat disini karena saya bukan tipe orang yang suka curhat di status bb. Mari melanjutkan hidup kita dan terus berbagi dengan ikhlas. Semoga kita semua selalu diberkahi-Nya.




Arisan

Gara-gara ada film Arisan 2, jadi pengen ngebahas tentang Arisan nih. Pada ikutan arisan gak? Ikut berapa arisan? Iuran per bulannya berapa?

Saya ikut 4 arisan. Tiga arisan uang, 1 arisan emas. Yang arisan uang sih iurannya tidak banyak, hanya seratus-tigaratus ribu. Sekedar untuk menjaga silaturahim, kalau ada arisan kan ada motivasi untuk datang dan ketemu sesama anggotanya. Sedangkan yang arisan emas, iurannya tergantung pada harga emas saat arisan akan dikocok.

Bagi pembaca idenyadini yang belum tahu apa itu arisan emas, saya coba jelaskan disini ya.

Pada arisan uang, peserta yang dapat duluan lebih untung daripada yang dapat belakangan. Kenapa? Karena yang terakhir dapat, nilainya sudah turun. Kok bisa? Karena harga barang dalam setahun bisa terjadi beberapa kali kenaikan, sehingga yang dapat arisan duluan, bisa membeli lebih banyak daripada yang dapat belakangan.

Contoh: 10 peserta arisan uang dengan iuran 100ribu/orang. Anggota yang dapat di bulan pertama sebesar 1juta dapat membeli 10 buah blouse saat itu juga dengan uang arisan yang didapatnya. Sedangkan anggota yang mendapat arisan di bulan kesepuluh mungkin hanya dapat membeli 7-8 buah blouse dengan merk dan kualitas yang sama, dengan uang 1juta tersebut.

Sedangkan pada arisan emas, semua peserta membayar dan mendapat sama banyak. Adil dan merata. Baik yang dapat duluan, maupun belakangan. Daya belinya pun sama, tidak berkurang, yaitu sebesar emas yang dijadikan obyek arisan, yang biasanya memakai ukuran 5 gram sampai 100 gram Logam Mulia (LM) Antam. Ada juga sih yang bikin arisan dinar. Tergantung kesepakatan awal para anggota arisan saja.

Misalnya: ada 10 orang yang ikut arisan emas. Harga emas pada arisan ke-1 untuk 10 gram adalah Rp.5.310.000 maka harga tersebut dibagi 10, sehingga iuran untuk arisan ke 1 adalah sebesar Rp.531.000/orang. Bila kemudian pada bulan berikutnya saat arisan ke-2 harga emas 10 gram turun menjadi Rp.5.280.000 maka iuran arisan ke 2 juga turun menjadi Rp. 528.000/orang. Sebaliknya bila harga emas naik, iurannya pun akan ikut naik.

Dulu sebelum menikah, saya bingung kenapa sih ibu-ibu suka sekali ikut arisan? Ternyata setelah menjalaninya, saya dapat merasakan manfaatnya. Intinya adalah menjaga silaturahim. Betul, bisa saja ketemuan tanpa arisan. Tapi bila tidak ada "kewajiban yang mengikat" sesama anggotanya, ketemuannya bisa tidak pasti. Kadang sebulan sekali, tapi juga tidak jarang berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun tidak pernah ketemu lagi. Menurut saya, arisan itu baik atau buruk, tergantung bagaimana kita menyikapinya: mau untuk sekedar bergosip atau menjaga silaturahim.

Kalau ingin tahu harga emas LM bersertifikat Antam terkini, bisa lihat di sini http://beliemasyuk.blogspot.com #promosi :D