Gajian, Lalu Apa?

Sudah tanggal 1, nih. Sudah pada gajian belum? Atau jangan-jangan malah sudah habis? Waduh, jangan dong. Belum juga berlalu minggu pertama, masa sudah kanker (kantong kering) lagi?

Kalau sudah gajian, apa yang biasanya dilakukan duluan? Spend (belanja)? Save (simpan)? Atau donate (sumbangkan)?

Gaji itu memang untuk dihabiskan. Tapi menghabiskannya harus dengan bijak agar tidak mengenal "tanggal tua" alias kehabisan di penghujung bulan. Caranya bagaimana? Susun prioritas pengeluarannya dulu.

Prioritas pertama adalah bayar hutang. Bayar hutang disini termasuk segala bentuk cicilan (dari cicilan panci sampai KPR) dan segala bentuk hutang (terutama kartu kredit). Ingat, khusus untuk kartu kredit jangan membayar hanya tagihan minimum. Bunganya bisa 48% setahun. Mencekik leher! Kalau tidak sanggup bayar full, mending jangan pernah berani gesek! Proporsi total hutang tidak boleh melebihi 30% dari total penghasilan.

Berikutnya adalah zakat, infaq dan shadaqoh. Zakat itu wajib karena di setiap rezeki yang kita terima, ada hak orang lain. Sedangkan infaq dan shadaqoh, tidak pernah didahului oleh bala (bencana). Maka perbanyaklah infaq dan shadaqoh bila ingin selamat dunia akhirat.

Karena kita sering lupa diri kalau sudah belanja, maka sebaiknya menabung dan investasi dipotong di awal bulan secara rutin setiap bulan. Caranya bisa melalui arisan, mencicil emas atau reksadana. Bisa menabung/investasi 10% dari penghasilan itu sudah bagus. Walau kecil, tapi bila dilakukan rutin setiap bulan akan besar juga hasilnya.

Prioritas berikutnya adalah asuransi untuk proteksi. Kalau merasa belum mampu mengumpulkan dana darurat, asuransi sangat dibutuhkan untuk perlindungan. Asuransi yang penting dimiliki adalah jiwa (untuk si tulang punggung keluarga), kesehatan (untuk seluruh anggota keluarga) dan umum (rumah dan kendaraan). Syukur-syukur kalau sudah ditanggung kantor, jadi dana untuk pos ini bisa dialihkan untuk hal lain.

Prioritas ke 5 adalah membayar kewajiban, seperti tagihan telepon, listrik, gaji ART, uang sekolah anak, iuran kebersihan, dan sebagainya.

Setelah 5 prioritas tersebut di atas, maka sisanya boleh dihabiskan! Habiskan untuk untuk keperluan selama sebulan, untuk JJS di mal atau apapun sesuka anda. Asyik, kan?

Kalau tidak ada sisanya bagaimana? Berarti, 5 pos pengeluaran pertama ada yang terlalu besar porsinya. Coba cek total hutang anda, lebih dari 30% tidak? Atau cek kebutuhan proteksi anda, mana yang sudah ditanggung kantor? Cek juga tagihan bulanan, adakah yang bisa dihemat? Ada banyak cara loh, mengurangi tagihan listrik dan telpon. Mengganti peralatan listrik dengan yang hemat energi, salah satunya.

Hidup hemat tidak harus berarti berhenti bersenang-senang. Hanya saja melakukannya sesuai budget dan kurangi frekuensinya. Mau liburan, tetap bisa cari tiket dan akomodasi murah tapi tidak murahan kan? Hobi nonton? Sekali sebulan boleh lah ke bioskop, tapi jangan tiap ada film baru langsung lari ke bioskop. Kan bisa nonton VCD di rumah.

Jadi sekarang, kalau sudah gajian, sudah tahu dong, harus ngapain? Jangan kena kanker lagi, ya? :p



Powered by Telkomsel BlackBerry®

Wanita Serba Bisa

Siapa bilang wanita makhluk lemah? Sembilan bulan mengandung dan melahirkan berkali-kali pun dilakoni. Mengurus rumah tangga, bekerja di luar rumah, berbisnis, menjadi pendamping suami... wiiih banyak banget tugasnya. Multi tasking-lah pokoknya.

Tentu ada saat-saat dimana wanita tetap butuh dukungan dari lingkungan sekitarnya. Mulai dari pasangan, keluarga, sampai teman dapat menjadi penyemangat di kala beban terasa sudah terlalu berat.

Jangan salah artikan curhatan seorang wanita. Itu bukan keluhan. Curhatan untuk berbagi masalah, sedangkan keluhan justru memperbesar masalah. Terkadang yang dibutuhkan hanyalah kuping yang sabar dan bahu yang kuat untuk mendengarkan dan bersandar.

Ada sebuah puisi yang biasa saya baca untuk menjadi penyemangat di kala berada dititik terendah. Sebuah puisi karya Tia Sparkles Singh (2011) yang saya baca pertama kali di majalah Intisari.



You Are Amazing


As.you.are.
Stronger than you know.
More beautiful than you think.
Worthier than you believe.
More loved than you can ever imagine.
Passionate about making a difference.
Fiery when protecting those you love.
Learning. Growing. Not alone.
Warm. Giving. Generous.
Quirky. Sexy. Funny. Smart.
Flawed. Whole. Scared. Brave.
And so, so, so.much.more.

Be strong.
Be confident.
Be YOU.


Berbahagialah wanita. Makhluk paling komplit di muka bumi ini yang memiliki peran dan arti besar dalam kehidupan.


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Pulau Tidung

Sering mendengar tentang Pulau Tidung, tetapi belum pernah ke sana. Katanya, sama indahnya dengan Maldives alias Maladewa. Cuma lebih kotor, karena kurang terawat. Ditambah lagi dengan biayanya yang tidak menguras kantong, makin penasaran deh sama yang namanya Pulau Tidung, salah satu dari gugusan Kepulauan Seribu.

Berulang kali menyusun rencana ke sana, tetapi gagal karena kesibukan dan cuaca yang tidak pas. Sampai akhirnya hubby mengabarkan, kantornya akan mengadakan family gathering di Pulau Tidung. Yeaaayy! Tidung, we're comiiiingg!!

Sabtu subuh sudah gedubrakan mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa. Selain baju yang menyerap keringat, peralatan renang dan mainan untuk 3pzh main pasir tidak boleh ketinggalan. Jam 7 kurang kami sudah sampai di kantor hubby yang menjadi meeting point-nya.

Setelah semua berkumpul, kami pun langsung menuju Marina untuk naik kapal. Jam 8.15 semua barang dan penumpang sudah naik ke kapal yang berkapasitas 30 penumpang itu. Untuk sampai ke Pulau Tidung, bisa melalui Marina atau Muara Angke. Di Marina bila menggunakan kapal besar (jet foil). Sedangkan di Muara Angke bila menggunakan kapal nelayan.

Sepanjang perjalanan, ombaknya tidak terlalu besar. Jangan lupa untuk mengisi perut minimal sejam sebelum naik ke kapal bila tidak ingin mabuk laut. Hanya butuh 45 menit untuk sampai ke Pulau Tidung dari Marina. Jam 9.30 tiba di dermaga, kami langsung berjalan kaki menuju homestay/penginapan sementara barang-barang diangkut pakai becak mesin.

Ternyata yang namanya homestay itu adalah rumah dengan 2 kamar, 1 ruang tamu yang dijadikan ruang tidur utama, 2 kamar mandi, tempat mencuci, dan dapur. Ruang tidur utama ber AC dan ada TV, sementara 2 kamar lainnya hanya memakai kipas angin. Overall, cukup nyaman dan bersih.

Untuk makan siang, makan malam dan sarapan pagi keesokan harinya sudah termasuk dalam paket. Makanan diantarkan ke homestay dengan gerobak dorong dan disajikan di atas meja makan yang diletakkan di teras penginapan. Menu makan siang prasmanan hari itu adalah nasi, sayur asem, ayam bakar, tahu goreng, ikan asin jambal, sambal, kerupuk dan semangka untuk pencuci mulutnya. Yummyyyy!

Selesai makan dan shalat, jam 12.45 kami kembali naik ke kapal menuju tempat snorkeling. Semua penumpang diwajibkan memakai pelampung yang sudah disediakan. Untuk anak-anak sebaiknya membawa pelampung sendiri dari rumah karena yang tersedia hanya ukuran untuk dewasa. Kalau tidak punya pelampung, bawa saja ban renang.

Sekitar jam 13.10 kapal memasuki perairan dangkal dekat sebuah pulau kecil. Dengan membawa roti tawar, kita bisa snorkeling di sini sambil memberi makan ikan-ikan. Anak-anak senang sekali berenang di antara ikan kecil warna-warni. Ini pengalaman pertama mereka. Susah sekali mengajak mereka naik kembali ke kapal, padahal tangannya sudah berkerut kedinginan.

Tiba-tiba ada sekelompok lumba-lumba berenang dalam jarak kurang dari 10 meter dari kapal kami. Semua langsung heboh. Bahkan guide kami yang sudah sering bolak balik ke Tidung bilang, baru kali ini dia melihat ada lumba-lumba berenang di sini. Saking kagetnya, tidak satu pun dari penumpang kapal yang ingat untuk mendokumentasikan kawanan lumba-lumba itu x_x

Selesai snorkeling, kapal diarahkan ke Pulau Tidung kecil. Di sini ada banyak permainan/olahraga air (water sport) seperti banana boat, jetski dan lain-lain. Yang tidak suka permainan itu bisa menunggu di gazebo pinggir pantai sambil ngemil bakso, rujak atau makanan lain yang dijual sekitar situ sambil menemani anak-anak main pasir.

Pemandangan dari Jembatan Cinta bagus sekali. Gradasi warna air laut dari biru tua, tosca sampai biru muda terlihat cantik. Tapi bila datang saat weekend atau liburan panjang, harus pintar-pintar mencari sudut pengambilan gambar karena banyaknya orang yang lalu lalang. Info dari guide kami, hari itu ada sekitar 2.000 orang dari Jakarta yang datang ke situ. Kebayang kan ramainya?

Sebenarnya dari Pulau Tidung besar (tempat kami menginap) ke Pulau Tidung kecil bisa ditempuh dengan naik sepeda. Tapi karena tadi kami sekalian mau snorkeling, jadi harus naik kapal.

Kembali ke penginapan, semua langsung mandi, membersihkan pasir yang menempel di rambut dan badan. Sambil menunggu waktunya makan malam, bisa menikmati sunset di depan kamar. Karena keburu lapar, kami sempat makan bakso di warung Kang Asep, si pemilik penginapan.

Sehabis shalat Isya, makanan sudah dihidangkan di atas tikar yang digelar di halaman berpasir depan penginapan. Ikan-ikan fresh di bakar langsung disitu, seperti ikan barracuda, baronang, kuwe sampai ayam-ayaman. Menu lain tak kalah menggiurkan. Ada cumi goreng tepung, tumis kangkung, tempe goreng, sate cumi bakar, es blewah, serta kerupuk dan sambal kecap sebagai pelengkap makan malam kami. Entah lapar atau memang enak, semua makan dengan lahap, termasuk 3pzh.

Pagi harinya, bila ingin melihat sunrise (matahari terbit), bisa naik sepeda ke Pulau Tidung kecil. Sepeda bisa pinjam dari pemilik penginapan, gratis (sudah termasuk paket). Bila masih ingin snorkeling bisa di perairan dangkal dekat situ. Jalan kaki saja, tidak perlu naik kapal saking dekatnya. Cuma sekitar 50 meter dari tempat kami lesehan tadi malam. Zi pun kembali snorkeling ditemani kawan-kawan ayahnya, sementara kami lebih memilih istirahat di kamar sambil packing.

Sarapan berupa nasi uduk, ayam goreng, kerupuk dan teh manis hangat sudah disediakan sejak jam 7 pagi di teras penginapan. Pagi itu acaranya bebas, bisa dipakai untuk berkeliling pulau atau beristirahat di kamar hingga tiba waktunya pulang.

Sekitar jam 10 semua berkumpul di dermaga untuk naik kapal menuju Pulau Pramuka. Rencananya kami akan makan siang di sana sebelum kembali ke Jakarta. Sekitar 40 menitan jarak tempuhnya dari Pulau Tidung.

Di Pulau Pramuka ada penangkaran ikan hiu, kuwe, bulu babi dan jenis ikan lainnya. Bulu babi ini sengaja dibiakkan untuk di ekspor ke Korea dan Jepang. Di sini juga ada toko souvenir bila kemarin belum sempat beli oleh-oleh. Jangan lupa membeli bandeng tanpa tulang yang menjadi oleh-oleh khasnya.

Makanan di Restoran Nusa ini enak-enak, terutama seafood-nya yang segar. Cumi asam manis, ikan kuwe bakar, udang goreng tepung, ikan baronang goreng, ayam bumbu barbecue dan puding dihidangkan secara prasmanan karena kami datang dalam grup besar.

Selesai makan dan shalat, jam 13-an kami meninggalkan Pulau Pramuka menuju Jakarta. Perjalanan pulang, ombaknya lebih besar daripada saat kedatangan. Kapal yang bergoyang-goyang membuat pusing dan mual bagi yang tidak tahan. Mungkin karena waktunya laut pasang, jadi ombaknya besar. Tapi seperti biasa, 3pzh tetap heboh bercanda sambil manjat-manjat dalam keadaan apapun. Sekitar jam 15-an, kami tiba dengan selamat di Marina, tempat di mana kendaraan diparkirkan sejak kemarin.

Liburan kali ini menyenangkan dan memberikan banyak pengalaman baru bagi 3pzh. Ternyata Indonesia memiliki banyak tempat indah yang tidak kalah dengan di luar negri. Dan bila ingin tempat-tempat itu tetap indah 5 bahkan 20 tahun mendatang, adalah kewajiban kita para wisatawannya untuk menjaga kebersihannya. Jangan buang sampah sembarangan!



Powered by Telkomsel BlackBerry®

Wanita Bisa Investasi




Wanita sekarang konsumtif sekali ya? Sekali belanja baju bisa ratusan ribu. Ya buat diri sendiri, ya buat anak juga. Tidak hanya di mal atau ITC, tapi juga di onlineshop.

Herannya, mereka yang konsumtif ini banyak yang tidak bekerja alias ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan. Uang bulanan pun dijatah oleh suami. Tapi kok bisa-bisanya belanja seperti uangnya tidak bernomor seri gitu?

Hasil pengamatan ke beberapa orang yang ada di sekitar saya, justru sistem "dijatahin" itu yang jadi penyebab utamanya. Loh kok bisa? Kan sudah dibatasi suami?! Eiits, jangan protes dulu. Coba deh tanya ke teman atau diri sendiri, kalau namanya "jatah" itu artinya boleh dihabiskan tidak? Nah, karena hanya "dijatah" bukan diminta mengelola keuangan keluarga, maka para IRT (Ibu Rumah Tangga) itu cenderung selalu menghabiskan jatahnya.

Seandainya saja mereka dikasih kesempatan untuk mengelola penghasilan suami, mungkin akhirnya justru akan belajar untuk lebih bijak membelanjakannya. Mengalokasikan penghasilan suami untuk semua kebutuhan rumah tangga yang ada itu susah-susah gampang.

Biasanya, pelunasan tagihan rutin jadi prioritas utama dan kemudian diikuti oleh kebutuhan konsumsi. Sedangkan menabung atau investasi tidak menjadi prioritas. Hanya bila ada sisanya. Kalau tidak ada sisa? Ya habis begitu saja gaji sebulan :(

Pernah tidak anda memikirkan, berapa pengeluaran sebulan untuk ke mal? Kalau dalam sebulan 2 kali ke mal, bisa habis minimal Rp.200.000/kunjungan, berarti sebulan habis Rp.400.000. Betul? Itu baru sebulan 2 kali. Bagaimana dengan yang tiap akhir pekan ke mal? Tinggal dikalikan 4 deh. Banyak yaaaa?

Padahal, bila kunjungan ke mal dikurangi menjadi 1 kali saja sebulan, dan uang yang Rp.200.000 tadi di investasikan ke reksadana saham (setiap bulan) yang memberikan hasil rata-rata 25% per tahun, maka 18 tahun kemudian jumlahnya menjadi 800juta lebih!

Sementara bila dibelanjakan, uang 200ribu tadi jadi apa? Makanan? 18 tahun kemudian sudah tidak berbekas. Baju? 18 tahun kemudian sudah usang. Benar tidak?

Tapi saya gak ngerti reksadana, banyak yang beralasan seperti itu. Ok, masih banyak cara lain untuk investasi. Salah satunya dengan emas. Investasi emas itu tidak perlu pakai mikir panjang. Beli saat ada uang, simpan, dan jual/gadai saat butuh uang. Tidak perlu melototin grafik setiap saat. Gampang sekali. Gak pakai ribet!

Penghasilan saya pas-pasan. Gak cukup untuk beli emas. Kan bisa menyicil melalui program nabung emas? Atau bisa juga melalui arisan emas. Daripada arisan uang, yang akhirnya habis tidak jelas untuk apa. Kalau dapat arisan emas, dijamin deh pasti merasa sayang untuk menjual Logam Mulia (LM)-nya. Menjual LM tidak semudah menggesek kartu debit atau mengambil ke ATM. Jadi godaannya lebih sedikit.

Tidak sulit untuk menyisihkan penghasilan demi berinvestasi. Anda pasti bisa! Yang penting, jauhkan sifat konsumtif. Bukan berarti harus hidup pelit. Hanya habiskan seperlunya, simpan sebanyak-banyaknya :D *mintadikeplak*

Seriously. Cara mudahnya, tentukan tujuan investasinya dulu. Jadikan itu sebagai motivasi. Misalnya tujuan investasi anda untuk uang sekolah anak. Pasti mau kan, melihat anak bisa sekolah di tempat yang terbaik sesuai dengan bakat dan minatnya? Atau saat pensiun nanti, tentunya anda ingin tetap bisa menikmati hidup dan mandiri, tidak merepotkan anak-anak kan?

Nah, sekarang, anda tinggal pilih: mau sekarang foya-foya nanti tua merana? Atau sekarang berinvestasi nanti tua bisa mandiri? >:)















Bangkok Trip (5)



Sebagai penutup, di bagian terakhir dari tulisan Bangkok Trip series, saya ingin berbagi beberapa tips selama liburan di Bangkok:

1. Bila tujuan anda ke Bangkok untuk berbelanja, menginaplah di daerah Pratunam. Sedangkan bila anda membawa keluarga atau tidak suka daerah yang ramai, Soi Rambuttri adalah pilihan yang tepat. Wisatawan kelas backpacker atau yang senang keramaian akan menyukai daerah Banglamphoo atau Khaosan Road.

2. Selalu memakai pakaian yang sopan/tertutup bila ingin berkunjung ke kuil atau istana. Celana/rok pendek, kaus tanpa lengan/tipis, sendal jepit adalah sebagian dari contoh pakaian yang dilarang dipakai bila mengunjungi tempat-tempat tersebut.

3. Pilih selalu taksi berargo warna pink. Berdasarkan pengalaman selama disana, hanya taksi pink yang supirnya jujur. Taksi yang lain kalau tidak minta uang ekstra dengan alasan macet, biasanya hanya mau charteran alias tidak pakai argo.

4. Kalau naik tuktuk, tolak bila supirnya mau mengantarkan ke toko-toko tertentu atau bilang ada diskon kalau naik perahu di Chao Praya yang hanya berlaku hari itu. Lebih baik beli paket tour dari hotel atau biro perjalanan yang banyak terdapat di sekitar hotel.

5. Beli peta yang ada bahasa Inggris dan Thailand-nya sekaligus agar orang lokal mengerti saat kita menanyakan tempat yang dituju. Tunjukkan saja petanya. Praktis, kan?

6. Burger King, KFC atau makanan fast food lain yang biasanya halal di Indonesia, di Thailand, tidak halal. Tapi tergantung apa definisi halal bagi anda. Apakah hanya sekedar "Bukan Babi" atau harus terbuat dari bahan yang halal dan dimasak dengan cara halal juga.

7. Makanan halal memang tidak mudah ditemukan, tetapi pasti ada karena banyak juga orang Thailand yang beragama Islam. Biasanya di restoran atau warung/gerobaknya ada gambar Kabah, tulisan Arab atau si penjual memakai jilbab yang menandakan makanan itu halal.

8. Copas tulisan Thai ฉันไม่กินหมู yang di baca Mai Ao Muu Khaa artinya saya tidak makan babi, print dan di laminating, supaya tidak mudah lecek karena akan sering ditunjukkan saat membeli makanan. Atau save di handphone dan tunjukkan kepada penjual makanan jika meragukan ke halalannya.

9. Membawa kamus percakapan sehari-hari bahasa Thailand akan sangat membantu selama di sana. Atau menghafal beberapa kata yang mungkin digunakan, seperti kata sapa, ucapan terima kasih, dan sebagainya.


10. Kalau anda menanyakan mushola, tanya saja: 
"Hong lamard, yoo ti nai, ka/kap?" 
(hong lamard = musholla/surau; yoo ti nai = di mana; kaa/krap = tak bermakna literal, hanya penyopan. Pakai "ka" kalau anda sebagai penanya adalah wanita, dan pakai "krap" kalau anda pria).


11. Udara dan cuaca Bangkok hampir sama dengan Jakarta. Kadang panas terik, tapi bisa juga hujan. Jadi selalu siapkan topi, payung/jas hujan dan botol air minum.


12. Selalu membawa camilan, terutama bila membawa anak-anak. Camilan ini juga sangat berguna untuk mengganjal perut sampai mendapatkan tempat yang menjual makanan halal.

Demikianlah cerita perjalanan kami selama di Bangkok beserta tips-nya. Semoga bermanfaat. Selamat liburan, jangan lupa oleh-olehnya ;)

















Bangkok Trip (4)



Hari terakhir di Bangkok. Pagi jam 9-an saya berjalan kaki ke Trok Surao untuk membeli sarapan take away di tempat ibu India yang kemarin, sementara 3pzh dan ayahnya berenang di hotel. Menu pagi ini nasi briyani dengan lauk daging kari dan ayam semur. Seporsi hanya 40b, sudah dapat banyak sekali sampai kekenyangan.

Jam 12 kami check out dari hotel dan menitipkan koper di concierge untuk diambil sebelum ke airport. Sekalian pesan taksi untuk ke bandara juga. Rencananya kami mau ke Wat Pho (Gigantic Reclining Buddha) dan Wat Trimit (The Golden Buddha) hari ini kemudian makan siang di China Town bila masih ada waktu.

Dari hotel meluncur ke Wat Pho naik taksi, ternyata kuilnya tutup (atau belum buka?). Kemudian perjalanan dilanjutkan ke kuil The Golden Buddha yaitu patung Buddha raksasa yang terbuat emas dengan berat sekitar 5,5 ton. HTM 40b untuk 1 orang dewasa, sedangkan anak-anak gratis.

The Golden  Buddha
Untuk melihat patung emas itu, pengunjung harus naik ke lantai 4 dari tangga di sisi kiri gedung. Sebelum masuk ke kuil, sepatu dititipkan di rak sepatu yang tersedia. Ada banyak peraturan yang harus dipatuhi oleh pengunjung di sini. Diantaranya; dilarang masuk bila tidak memakai baju yang sopan (pendek atau terbuka), makan/minuman di dalam kuil, membawa hewan peliharaan, menginjak garis pintu masuk, dan masih banyak lagi.

Dari sana kami kembali ke Wat Pho (Gigantic Reclining Buddha) karena masih penasaran. Naik taksi sekitar 65b. Alhamdulillah, kuilnya sudah dibuka. Ternyata Wat Pho itu letaknya dekat sekali dari Grand Palace yang kami datangi kemarin. Kalau saja kami tahu, kemarin bisa ke sini sekalian.

Membayar tiket masuk @ 100b untuk 3 orang (zu dan za belum bayar), kami menolak menggunakan jasa guide karena memang tujuannya ke sini hanya foto-foto. Sebelum masuk kuil, pengunjung harus memasukkan sepatu/sandalnya ke dalam tas yang disediakan dan membawanya ke dalam.

Reclining Buddha
Di dalam suasananya agak gelap, tapi masih bisalah untuk foto-foto. Patung Budha raksasa yang posisinya tiduran miring itu guedeeeee bangeeett. Merupakan patung Buddha terbesar di Thailand, panjangnya mencapai sekitar 150 kaki. Di telapak kakinya, ada simbol-simbol khusus yang memiliki arti ajaran Sang Buddha.

Tidak mudah mencari sudut yang pas karena ruang yang sempit dan banyaknya pengunjung lalu lalang di jalan yang lebarnya sekitar 1 m itu. Selesai foto-foto di dalam kuil, di pintu keluar kami kembali memakai sepatu dan mengembalikan tas yang tadi dipinjamkan. Di bagian belakang kuil ada tenda tempat penukaran tiket yang tadi dibeli dengan sebotol air mineral dingin. Bahkan kami diberikan 1 botol ekstra karena melihat ada anak kecil yang tidak memiliki karcis. Alhamdulillah, jadi obat bagi tenggorakan yang kering di udara panas Bangkok.

Kami tidak sempat ke China Town, karena jam 1630 harus sudah berangkat ke airport. Keluar kuil menuju ke taman dekat pintu masuk Grand Palace, akhirnya kami berhasil menawar tuktuk 50b untuk mengantarkan ke daerah Banglampho. Karena salah paham, akhirnya kami diturunkan di Central World Hotel yang kebetulan sekali, didalamnya ada restoran Sara Halal.

Walaupun harga per porsinya lebih dari 5 kali harga makanan di Aesaah maupun Trok Surao (maklum, namanya juga restoran hotel), tapi rasanya masih jauuuh lebih enak di kedua tempat tersebut. Nasi Biryani nya agak pera/keras dan ayamnya juga kurang empuk. Bedanya disini ada menu Pad Thai Seafood yang rasa lumayan enak seharga 240b/per porsi.

Masjid di Trok Surao
Selesai makan, kami berjalan setengah berlari ke Trok Surao untuk shalat di Masjid. Karena sudah check out dari hotel, kami tidak bisa lagi shalat di kamar. Selesai shalat, kemudian kami kembali ke hotel untuk mengambil tas yang tadi dititipkan di concierge dan menunggu taksi yang sudah dipesan tadi pagi.

Jalan menuju airport, sekitar jam bubaran kantor, cukup padat. Pastikan untuk menyisakan waktu minimal 2 jam sebelum counter check in dibuka, kalau anda tidak mau ketinggalan pesawat. Seperti juga Jakarta, Bangkok terkenal dengan traffic jam-nya.

Papan petunjuk musholla bandara
Mencari-cari prayer room atau musholla ternyata agak sulit, karena petugas yang hanya bisa sedikit-sedikit berbahasa Inggris, tidak memahami pertanyaan kami. Tapi akhirnya menemukan musholla di lantai 3. Kalau dari ruang check in (lantai 4), dekat pintu masuk ada tangga ke bawah, turunlah ke lantai 3 dengan tangga jalan atau lift. Halal Food corner ada di lantai 1 dekat lift namanya Magic Food Point. Sedangkan Prayer room letaknya di sebelah toilet dekat tangga. Ada petunjuk arahnya, jadi tidak sulit menemukan apabila anda sudah berada di lantai 3.

Aneka makanan halal di MFP
Makanan di bandara seperti pada umumnya lebih mahal. Seporsi sticky rice with mango 135b. Untungnya di MFP hargai makanan relatif lebih murah daripada makanan di lantai-lantai atas. Untuk 4 porsi makanan sore itu, kami menghabiskan 170b. Svarnabhumi adalah bandara terbesar Thailand yang bersih dan modern, memberikan pelayanan selayaknya airport internasional. Tap water pun tersedia gratis seperti di Changi. Kekurangannya hanya satu, petugasnya tidak menguasai bahasa Inggris dengan baik.

Toilet bandara
Sudah terburu-buru makan dan menghabiskan sisa baht di duty free shop, eeeh Air Asianya delay hampir sejam :( Jadilah menunggu di bandara dalam keadaan kelaparan dan kedinginan. Untung tadi sudah sempat makan.

Sampai di Jakarta sudah jam 1 pagi lebih. Jam 3 lebih masih di Shell mengisi bahan bakar sebelum sampai rumah. Sempat kena macet sedikit di pintu keluar tol Pancoran. Heran, Jakarta jam berapa sih yang lancar jaya kalau hari kerja? -_-"




Addresses:


1. Temple of the Golden Buddha 
(Wat Traimit)
661 Chaoren Krung Rd, 
Bangkok, Thailand
Telp: 02 225 9775



2. Temple of the Reclining Buddha 
(Wat Pho)
2 Sanam Chai Road, 
Bangkok, Thailand



3. Sara Halal Restaurant
The New World City hotel 
Khao San area (near Khao San Road)
Bangkok, Thailand



4. Magic Food Point
Lantai 1 Svarnabhumi Airport