Wanita Bisa Investasi




Wanita sekarang konsumtif sekali ya? Sekali belanja baju bisa ratusan ribu. Ya buat diri sendiri, ya buat anak juga. Tidak hanya di mal atau ITC, tapi juga di onlineshop.

Herannya, mereka yang konsumtif ini banyak yang tidak bekerja alias ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan. Uang bulanan pun dijatah oleh suami. Tapi kok bisa-bisanya belanja seperti uangnya tidak bernomor seri gitu?

Hasil pengamatan ke beberapa orang yang ada di sekitar saya, justru sistem "dijatahin" itu yang jadi penyebab utamanya. Loh kok bisa? Kan sudah dibatasi suami?! Eiits, jangan protes dulu. Coba deh tanya ke teman atau diri sendiri, kalau namanya "jatah" itu artinya boleh dihabiskan tidak? Nah, karena hanya "dijatah" bukan diminta mengelola keuangan keluarga, maka para IRT (Ibu Rumah Tangga) itu cenderung selalu menghabiskan jatahnya.

Seandainya saja mereka dikasih kesempatan untuk mengelola penghasilan suami, mungkin akhirnya justru akan belajar untuk lebih bijak membelanjakannya. Mengalokasikan penghasilan suami untuk semua kebutuhan rumah tangga yang ada itu susah-susah gampang.

Biasanya, pelunasan tagihan rutin jadi prioritas utama dan kemudian diikuti oleh kebutuhan konsumsi. Sedangkan menabung atau investasi tidak menjadi prioritas. Hanya bila ada sisanya. Kalau tidak ada sisa? Ya habis begitu saja gaji sebulan :(

Pernah tidak anda memikirkan, berapa pengeluaran sebulan untuk ke mal? Kalau dalam sebulan 2 kali ke mal, bisa habis minimal Rp.200.000/kunjungan, berarti sebulan habis Rp.400.000. Betul? Itu baru sebulan 2 kali. Bagaimana dengan yang tiap akhir pekan ke mal? Tinggal dikalikan 4 deh. Banyak yaaaa?

Padahal, bila kunjungan ke mal dikurangi menjadi 1 kali saja sebulan, dan uang yang Rp.200.000 tadi di investasikan ke reksadana saham (setiap bulan) yang memberikan hasil rata-rata 25% per tahun, maka 18 tahun kemudian jumlahnya menjadi 800juta lebih!

Sementara bila dibelanjakan, uang 200ribu tadi jadi apa? Makanan? 18 tahun kemudian sudah tidak berbekas. Baju? 18 tahun kemudian sudah usang. Benar tidak?

Tapi saya gak ngerti reksadana, banyak yang beralasan seperti itu. Ok, masih banyak cara lain untuk investasi. Salah satunya dengan emas. Investasi emas itu tidak perlu pakai mikir panjang. Beli saat ada uang, simpan, dan jual/gadai saat butuh uang. Tidak perlu melototin grafik setiap saat. Gampang sekali. Gak pakai ribet!

Penghasilan saya pas-pasan. Gak cukup untuk beli emas. Kan bisa menyicil melalui program nabung emas? Atau bisa juga melalui arisan emas. Daripada arisan uang, yang akhirnya habis tidak jelas untuk apa. Kalau dapat arisan emas, dijamin deh pasti merasa sayang untuk menjual Logam Mulia (LM)-nya. Menjual LM tidak semudah menggesek kartu debit atau mengambil ke ATM. Jadi godaannya lebih sedikit.

Tidak sulit untuk menyisihkan penghasilan demi berinvestasi. Anda pasti bisa! Yang penting, jauhkan sifat konsumtif. Bukan berarti harus hidup pelit. Hanya habiskan seperlunya, simpan sebanyak-banyaknya :D *mintadikeplak*

Seriously. Cara mudahnya, tentukan tujuan investasinya dulu. Jadikan itu sebagai motivasi. Misalnya tujuan investasi anda untuk uang sekolah anak. Pasti mau kan, melihat anak bisa sekolah di tempat yang terbaik sesuai dengan bakat dan minatnya? Atau saat pensiun nanti, tentunya anda ingin tetap bisa menikmati hidup dan mandiri, tidak merepotkan anak-anak kan?

Nah, sekarang, anda tinggal pilih: mau sekarang foya-foya nanti tua merana? Atau sekarang berinvestasi nanti tua bisa mandiri? >:)















No comments: