Kala Badai Menghadang

Di sebuah majalah ditulis, 8 dari 10 orang Indonesia mengalami depresi (Intisari, Desember 2009). Depresi menyebabkan seseorang mengalami gangguan suasana hati (mood), perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak berenergi dan sedih yang berkepanjangan.
Dulu, saya sering merasa seperti itu. Putus asa, moody, dan sedih yang berkepanjangan. Bagaimana cara saya melalui tahapan itu, akan saya share di sini dengan Anda.
Kalau kita menghadapi suatu masalah yang lumayan berat, menangis itu menurut saya sangat human. Tidak ada yang salah dengan hal itu. Asal tidak berkepanjangan. Jadi setelah rasa panik, menangis, marah dan putus asa di "keluarkan" dari dalam dada, saatnya untuk berpikir dengan lebih jernih.
Bagaimana keluar dari masalah tersebut? Pertama, lihat masalah tersebut dari beberapa sudut pandang. Misalkan, anda sedang bermasalah dengan seseorang. Coba bayangkan, bila menjadi orang itu, apa yang anda pikirkan tentang masalah itu? Cobalah memahaminya.
Contoh kasus. Waktu itu saya pernah menjual mobil kepada seseorang yang membelinya dengan cara leasing. Karena leasing, otomatis dia berurusan dengan perusahaan leasing. Pada prosesnya, saat diwawancara perusahaan tersebut, dia merasa dipersulit. Untuk itu, orang tersebut meminta suaminya, yang katanya seorang pejabat di sebuah instansi, untuk turun tangan.
Sewaktu suaminya datang ke rumah saya sambil berkeluh kesah tentang prosedur yang menurutnya berbelit-belit, saya mencoba menengahi. Saya katakan, coba kalau bapak menjadi pihak leasing tersebut, apakah bapak tidak akan melakukan hal yang sama? Mereka kan tidak mungkin memberikan pinjaman begitu saja tanpa melalui pemeriksaan yang teliti? Bapak itu diam sejenak, berpikir. Betul juga, katanya setelah beberapa saat. Tentu perusahaan itu sudah memikirkan segala kemungkinan terburuk dan berusaha mengantisipasinya agar tidak merugi di kemudian hari. Singkat cerita, proses jual beli pun kemudian berjalan lancar dan si bapak itu tidak merasa dipersulit lagi.
Dari contoh kasus ini kita bisa melihat, bahwa sesuatu yang menurut kita adalah masalah, sebenarnya kalau dipandang dari sudut yang berbeda, belum tentu sebuah masalah. Walau pun tidak selalu begitu yang terjadi, tetapi masih ada kemungkinan kalau kita bisa saja salah menilai.
Kedua, saat menghadapi suatu masalah, cari motivasi terkuat yang dapat mengeluarkan anda dari masalah tersebut. Seorang teman pernah bercerita pada saya, hidup dengan ayah yang abusif membuatnya nyaris putus asa. Kalau mengikuti perasaan, mungkin dia tidak mampu menyelesaikan pendidikannya dan berhasil keluar dari rumah neraka (istilah yang dipakainya untuk menyebut rumah orangtuanya) itu tanpa jadi pasien di rumah sakit jiwa.
Lalu apa yang membuat kamu bisa bertahan dan berhasil tetap waras? tanya saya. Ternyata, dia mempunyai motivasi untuk membuktikan bahwa pendapat ayahnya salah. Katanya, setiap kali ayahnya memarahinya, beliau selalu menyumpahi teman saya itu tidak akan berhasil dalam hidupnya. Orang lain mungkin akan berputus asa memiliki orangtua seperti itu. Tapi tidak dengan dia. Alih-alih terpuruk dalam keputusasaan, dia justru menggunakan sumpah serapah itu untuk keluar dari masalahnya.
Ketiga, tentu saja berdoa. Jangan pernah lupa, Tuhan memberikan masalah pada manusia, beserta dengan jalan keluarnya. Di setiap kesulitan, pasti ada kemudahan. Dia tidak pernah meninggalkan kita. Justru kita lah yang menjauhi-Nya. Kalau doa anda tidak segera terjawab, bukan berarti Dia tidak mendengarnya. Tetapi karena mungkin memang belum saatnya.
Langkah keempat adalah pasrah. Pasrahkan semuanya kepada yang Yang Maha Kuasa. Kalau menurut anda usaha yang dilakukan sudah maksimal dan doa sudah dipanjatkan, maka yang bisa lakukan hanyalah mengikhlaskan semuanya kepada Tuhan. Apapun yang terjadi kemudian, itu adalah rencana-Nya. Terimalah dengan lapang dada. Karena yang menurut kita baik, belum tentu baik menurut Tuhan.
Jadi, kalau sedang mendapat musibah atau masalah, jangan buru-buru pergi mal lalu loncat dari lantai tertinggi, ya? Cobalah untuk berusaha, berdoa dan bersabar. Semua itu indah, pada waktunya :)

Teman Yang Baik

Suatu hari seorang teman menulis status di fb, "serius ingin kurus". Saya yang sering ketemu dengan teman saya itu, hampir setiap hari malah, sama sekali tidak merasa dia perlu kurus. Saat saya tanya kenapa, jawabnya adalah karena dia baru ketemu dengan seorang teman lama yang mengatakan pipinya sekarang terlihat chubby alias tembem.
OMG! Yang pertama kali terlintas dalam kepala saya adalah, teman macam apa yang mengkritik fisik temannya, terutama setelah lama tidak bertemu? Saya juga pernah mendengar seseorang yang dengan nyinyir bertanya ke temannya, "Kok gemukan sekarang, lagi isi ya?" Padahal jelas-jelas temannya itu baru 6 bulan yang lalu melahirkan. Teganya, teganya, teganya....
Sebenarnya, teman yang baik itu seperti apa, sih? Berikut ini beberapa kriteria seorang teman yang baik, menurut saya :)
Dapat Diandalkan
Walaupun tidak bisa bertemu setiap hari, seharusnya seorang teman selalu dapat diandalkan. Sekarang kan sudah ada alat komunikasi canggih, mulai dari telpon, handphone, sampai Blackberry. Jadi seharusnya komunikasi kapan dan di mana pun bukan masalah lagi.
Namun demikian, tentu tetap ada aturannya. Selama tidak bersifat mendesak atau emergency, sebaiknya anda menghubungi teman anda di jam-jam yang normal. Jangan curhat soal pasangan di jam kerjanya, misalnya. Kecuali kalau anda ingin dia dipecat karena anda. Pilihlah waktu yang sesuai, yang nyaman bagi anda berdua. Kalau masih tidak sempat juga, kan masih ada e-mail. Dia dapat membaca dan membalasnya segera setelah dia ada waktu. Gampang, kan?
Tidak Menghakimi
Semua manusia, termasuk teman anda, pasti pernah berbuat salah. Menghakiminya hanya akan membuatnya menarik diri dari anda. Menjauhinya ataupun mengkritiknya tidak akan membuatnya menyadari kesalahannya.
Sebaliknya, bila anda mendengarkan keluh kesahnya dengan empati, dan berusaha menempatkan diri anda di posisinya, tentu dia akan merasa dimengerti. Bila dia merasa anda dapat mengerti dirinya, dia akan menaruh kepercayaan pada anda. Setelah itu, akan dengan mudah anda menasehatinya agar tidak melakukan kesalahan itu.
Tidak Posesif
Dulu waktu saya masih kecil, saya termasuk teman yang posesif. Bila teman dekat saya pergi dengan teman yang lainnya tanpa mengajak saya, maka saya pasti cemburu. Saya akan memusuhinya berhari-hari. Mungkin bagi anak kecil, hal demikian wajar saja. Di usia kanak-kanak, berbagi bukanlah hal yang mudah.
Tapi kalau sekarang anda posesif terhadap teman anda, bisa-bisa anda tidak memiliki teman. Bagaimana tidak, orang dewasa itu kan hidup di beberapa lingkungan. Lingkungan rumah, tempat kerja, komunitas, dan sebagainya. Berbeda dengan anak kecil yang mungkin hanya mengenal lingkungan rumah dan sekolah. Jadi bila ruang gerak si teman kita batasi, maka bukan tidak mungkin dia akan segera angkat kaki.
Menghormati Perbedaan
Dalam berteman, sebaiknya kita menghormati perbedaan yang ada. Perbedaan di sini bisa berupa perbedaan latar belakang, status, pendidikan sampai suku dan agama. Dengan menghormati perbedaan yang ada, maka kita juga akan belajar untuk tidak memaksakan kehendak atau pendapat kita.
Isi kepala 2 orang kembar identik saja bisa berbeda, apalagi isi kepala anda dan teman anda. Terlahir dengan perbedaan-perbedaan yang saya sebutkan di atas, tentunya akan membentuk pola pikir yang tidak mungkin 100% sama. Mengapa pelangi indah dilihat? Karena terdiri dari warna merah, kuning, dan hijau di langit yang biru (lho, itu lagu ya?). Bayangkan, bagaimana menjemukannya kalau di dunia ini hanya ada 1 warna? Nah, perbedaan di antara anda dan teman anda juga seperti warna-warni yang menghiasi dunia ini. Membuat hidup menjadi tidak membosankan.
Jujur
Kejujuran adalah faktor mutlak (menurut saya) dalam sebuah pertemanan. Pertemanan itu kan harus berlandaskan rasa saling percaya. Jadi bila anda suka berbohong, bagaimana anda bisa dipercaya?
Contohnya, Anda harus bisa jujur saat melihat teman anda memakai pakaian yang tidak pantas dipakai olehnya. Tanpa mengkritik seleranya, coba usulkan pakaian mana yang akan terlihat lebih bagus bila dipakainya.
Saat melihat cabai menyelip di giginya sehabis makan, beritahukan padanya dengan suara pelan. Katakan, yuk kita ke toilet. Tidak enak rasanya tidak kumur-kumur sehabis makan.
Anda bahkan harus berani jujur bila dia memiliki bau badan yang mengganggu. Belikan dia parfum atau deodoran dan katakan, wanginya enak loh... cobain, deh. Dijamin, dia tidak akan tersinggung dengan cara anda tersebut. Justru dia akan sangat malu bila orang lain yang memberitahunya.
Sepenggal puisi yang saya dapatkan dari sebuah milis,
A true friend
Scolds like a DAD...
Cares like a MOM...
Teases like a SISTER...
Irritates like a BROTHER...
And finally,
Loves you more than your LOVER
Memiliki teman yang dapat diandalkan, tidak menghakimi, tidak posesif, menghormati perbedaan dan jujur akan membuat hidup anda lebih bahagia. Masalah akan tetap datang silih berganti dalam hidup ini, tetapi selama anda memiliki teman seperti itu, anda akan merasa lebih ringan menjalaninya. Friends in need are friends indeed :)