Hari Ibu

Pada Hari Ibu yang telah lewat beberapa hari lalu, apa yang sudah anda dilakukan untuk ibu anda? Memberinya bunga? Membuatkan puisi? Atau mengajaknya makan siang di tempat favoritnya?
Saya punya pengalaman buruk dengan hari istimewa bagi para ibu ini. Begini ceritanya. Waktu itu saya masih duduk di bangku SMA. Saya mengajak adik-adik saya untuk membuat sesuatu yang spesial buat mama kami di Hari Ibu. Setelah mencari-cari ide dari majalah, akhirnya kami sepakat untuk membuat kue. Bahan-bahannya kami beli secara patungan. Siang itu kami bertiga membuat dan menghias kue bersama-sama. Sebelum mama pulang dari kantor sore harinya, kue sudah siap di meja makan dan dilampiri secarik surat bertuliskan: Selamat Hari Ibu, Ma...
Dengan perasaan deg-degan bercampur bangga karena sudah berhasil membuat sesuatu buat mama, kami menunggu di kamar. Tetapi, sampai menjelang tidur malam harinya, tidak ada satu komentar pun yang keluar dari mulut mama. Akhirnya, saya memberanikan diri memberitahukan beliau bahwa ada kue untuknya dari kami, anak-anaknya, di meja makan. Mau tau jawaban beliau? “Apa artinya kue kalau kelakuan kalian tidak berubah?”
Menelan kecewa, saya dan adik perempuan saya menangis bersama di kamar. Sementara adik laki-laki saya mengomel panjang lebar menyesali uangnya yang sudah habis sia-sia. Pengalaman inilah yang membuat saya selalu berusaha melupakan Hari Ibu sejak saat itu.
Sampai saya mempunyai anak pun, Hari Ibu tetap berusaha saya lupakan. Saya tidak berharap diberikan apapun oleh anak-anak saya, karena merasa belum pantas menerimanya. Tetapi, kartu-kartu hari ibu yang diberikan putra sulung saya yang dibuatnya sendiri di sekolah membuat saya menangis terharu membacanya. Berikut isi kartu yang diberikannya tahun ini: Bunda, terima kasih sudah mengurusku, memasak buat aku.... Bunda, maafkan kalau abang tidak nurut dan nakal, membuat Bunda pusing..... Abang sayang Bunda.
Subhanallah! Terima kasih ya Allah, telah diberikan kepadaku nikmat yang demikian luar biasa melalui anak-anak yang Kau titipkan padaku ini. Itulah doa saya dalam hati setiap kali menerima kartu-kartunya. Setelah itu, saya akan memeluknya erat, mengucapkan terima kasih untuk kartunya yang sangat indah dan kemudian tidak lupa meminta maaf, kalau saya selama ini suka mencerewetinya. Sungguh, saya tidak ingin anak-anak saya merasakan kekecewaan yang pernah saya rasakan beberapa tahun lalu itu. Saya kini selalu mengharapkan datangnya Hari Ibu.
Untuk anak-anakku Zi, Zu dan Za….. Bunda sayang dan bangga sekali pada kalian!

The Most Inspiring Man of 2008

Tahun 2008 ini ditutup dengan peristiwa menggemparkan yang dilakukan oleh seorang wartawan Irak, Muntazer al Zaidi. Zaidi melemparkan sepatunya ke arah mantan presiden Amerika, George W. Bush, disaat pidato perpisahan Bush di Irak. Walaupun lemparan itu tidak mengenai sasaran, tetapi peristiwa ini secara tidak langsung menunjukkan ketidaksigapan paspampres (pasukan pengamanan presiden) Amerika yang tidak segera meringkus Zaidi setelah ia melakukan lemparan pertama, sehingga ia bisa melanjutkan aksinya dengan pelemparan yang kedua.

Saya memilih Zaidi sebagai orang yang paling menginspirasi sepanjang tahun 2008 (The Most Inspiring Man of 2008) ini, karena tindakan seperti ini belum pernah ada yang berani melakukannya. Terutama terhadap orang sekaliber Bush. Keputusan Bush untuk memulai perang dengan Irak dengan dalih memerangi senjata kimia, telah menelan banyak korban jiwa. Di negaranya sendiri, Bush banyak mendapat kecaman karena keputusannya ini. Bush, sebagai seorang penjahat perang, seharusnya memang menerima lebih dari hanya pelemparan sepatu.

Belum jelas apakah tindakan Zaidi ini karena ia benci Bush atau Amerika. Saya pribadi, tidak anti Amerika. Saya percaya, setiap hal punya 2 sisi. Baik dan buruk. Jangan menyamaratakan (over-generalised) segala sesuatunya. Jadi janganlah menilai negara A jahat, atau agama B yang paling benar, dst. Bush saya beri cap penjahat perang (war criminal), karena dia memulai perang yang berakhir sia-sia. Senjata kimia yang dicurigai Amerika disembunyikan oleh Irak, sebagai pemicu utama perang ini, tidak pernah ditemukan. Padahal sudah banyak korban jiwa dan kerugian material di derita oleh kedua belah pihak. Sebagai seorang (mantan) pemimpin negara sebesar Amerika, seharusnya Bush membantu terciptanya perdamaian, bukannya memulai peperangan.

Harapan saya, walaupun terlalu muluk rasanya, tindakan Zaidi ini akan menyadarkan Bush atas kesalahannya ini. Itulah sebabnya mengapa saya memilih Zaidi sebagai tokoh yang paling menginspirasi di tahun 2008. Semoga di tahun-tahun mendatang tidak akan ada Zaidi-Zaidi lain, karena semua pemimpin dunia telah sadar untuk selalu menciptakan perdamaian di muka bumi ini. Mari kita mulai menciptakan perdamaian, dimulai dari diri kita sendiri. Peace!