Wisata Anak YSI Bintaro

Sabtu pagi ini saya membawa anak-anak ke acara Wisata Anak yang diselenggarakan oleh Sayap Ibu Bintaro. Acara ini dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internatisional dan 9 tahun Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten.

Disini, anak-anak dari berbagai organisasi sosial diajak untuk menunjukkan kebolehannya. Ada yang menyanyi dan juga ada yang menari. Bangga sekali melihat pertunjukkan mereka, serasa saya adalah ibu mereka sendiri. Airmata pun mengalir sambil tangan terus bertepuk tangan menyaksikannya.

Bahkan ada yang membawakan tarian Saman dengan sangat kompak. Walau mata mereka tidak bisa melihat, tapi mereka dapat membawakan tarian itu dengan sangat bagus. Subhanallah. Kata zu, 'Hebat ya bun, kakak aja gak bisa. Mereka gak bisa ngeliat, tapi bisa nari bagus gitu.'

Sementara itu, Bayu, balita penderita hydrochepalus yang rasa keingintahuannya sangat tinggi, dengan kocaknya berulang kali 'mengganggu' para pemain band. Sepertinya dia penasaran dengan gitar dan keyboard yang sedang dimainkan. Dia bahkan menabuh drum sambil menyanyikan lagu Cicak Di Dinding dan mendapat tepuk tangan dari penonton.

Melihat anak-anak penyandang disabilitas ini, bagaimana mungkin kita tidak bersyukur? Hayooo ngaku, siapa yang di rumah masih suka ngomel kalau anaknya numpahin makanan? Siapa yang suka merasa kecewa kalau anak nilainya di sekolah tidak sesuai harapan? Atau, siapa yang masih suka mengeluh untuk hal-hal kecil?

Salut deh sama pengasuh di Yayasan Sayap Ibu Bintaro yang pastinya harus punya banyak stok sabar. Anak-anak di sana umumnya memiliki keterbatasan yang menghalangi mereka untuk bisa mandiri. Para pengasuh itulah yang setiap hari mengurus kebutuhan mereka.

Mau ikut membantu anak-anak di Sayap Ibu Bintaro? Anda bisa berdonasi melalui rekening a.n Yayasan Sayap Ibu:

BCA 603 0306 072
BNI 031 662 6087
BRI 0393 01 000018 303
BTN 00519 0130 000 0080
Permata 0701-621255

Atau bisa juga mengunjungi adik-adik di sana untuk bermain di alamat:

Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten
Jl. Raya Graha Bintaro, No. 33B,
Kel. Pondok Kacang Barat, Kec. Pondok Aren Tangerang Selatan
Banten

A Y A H

Masa kecil saya, sepi dari sosok Ayah. Orangtua bercerai saat saya berumur 5 tahun. Walau kemudian ibu menikah lagi, tetap saja saya kehilangan figur Ayah. Dasar cengeng, sering saya menangis diam-diam bila melihat seorang ayah menggandeng putrinya. Apalagi saat pulang sekolah dimana banyak teman yang dijemput ayahnya. Sakitnya tuh disini :p

Melihat 3pzh sekarang, terkadang saya merasa iri. Mereka punya apa yang saya tidak punya. Ayah. Dari bangun tidur sampai menjelang tidur, yang ditanyakan ayah teruuuss.

Bangun tidur, "Yah, nanti anterin aku ke sekolah yaa." Siangnya, "Bun, Ayah pulang malam gak?" Lewat maghrib belum pulang, "Bun, telponin Ayah dong. Kok belum pulang? Mau tidur, "Ayah capek gak? Bacain cerita dong, Yaaah."

Belum lagi kalau Ayahnya harus dinas dan tidak pulang beberapa hari. Waduh, kalah cerewet saya. Dari sebelum pergi, ditanyain pergi kemana, sama siapa, dan berapa lama. Saat pergi, sebentar-sebentar pinjam bb saya untuk bbm ayahnya, menanyakan kabarnya, menanyakan kapan pulang dan semacamnya.

Anak-anak memang dekat sekali dengan ayah mereka. Sejak hamil zi sampai sekarang, hubby selalu menjadi 'suami siaga', breastfeeding father dan hands-on dad. He's always there for our children.

Setiap menjelang persalinan saya, hubby selalu mengusahakan tidak ada jadwal dinas yang mengharuskannya ke luar Jakarta. Saat saya melahirkan, hubby selalu cuti seminggu untuk mendampingi saya dan menjaga anak-anak. Saat masih masa menyusui, hubby selalu ikut bangun tengah malam walau keesokan harinya harus bekerja. Mengganti diaper anak, menyuapi makanan atau membuat susu bukan hal asing baginya.

Sekarang saat anak-anak sudah besar, bila ada ulangan atau tugas sekolah, hubby sebisa mungkin mendampingi mereka. Dari jadi brainstorming partner zi, sampai mengajarkan matematika pada zu dan za.

Hubby memang ayah yang sangat peduli pada anak-anaknya. Salah satu bentuk perhatiannya adalah kotak kue yang dibawanya setiap habis meeting. Kotak kue yang seharusnya menjadi konsumsi saat rapat itu selalu dibawanya pulang. "Kok gak dimakan kuenya? Kamu kan gak makan malam," tanya saya. "Anak-anak pasti suka kue-kue ini, jadi aku bawa pulang aja" katanya. So sweet.

Terima kasih ya hon, selalu ada untuk anak-anak. Memberikan kenangan indah dimasa kecil mereka. Sesuatu yang hanya bisa aku mimpikan, kini bisa mereka dapatkan. You're a good father, hon.