Ke Museum, Yuuuk!

Terbangun jam 3-an dini hari, saya langsung teringat janji pada hubby untuk browsing suatu kota yang akan ditujunya hari ini. Selain itu juga harus browsing jam masuk beberapa museum, yang akan kami kunjungi seharian nanti. Kali ini, liburan tanpa hubby karena dia sedang dinas selama dua minggu.
Sesuai janji dengan si abang, hari ini kami akan mengunjungi 2 museum dan planetarium. Abang yang sudah mulai libur, sangat antusias diajak ke tempat-tempat semacam ini. Pilihannya jatuh pada Museum Satria Mandala di jalan Gatot Soebroto, Museum Nasional di dekat Monas dan Planetarium di Taman Ismail Mardzuki.
Jam 7-an anak-anak sudah mandi dan sarapan. Sedikit malas-malasan awalnya, tapi setelah berulang-ulang diingatkan tentang petualangan hari ini, mereka mulai bersemangat juga akhirnya. Sekitar jam 9 kurang kami sudah meluncur menuju TKP pertama, yaitu Museum Satria Mandala.
Baru sampai di halamannya, abang dengan sigap mengeluarkan buku catatan dan pensil. Sebentar saja dia sudah terlihat serius mencatat data-data pada sebuah jenis senjata yang terdapat di situ. Sementara itu si kakak ribut minta di foto dan si adik anteng dalam gendongan bundanya sambil disuapin.
Waktu membeli tiket masuk, saya kaget sekali. Ternyata HTM untuk 1 dewasa dan 1 anak (kakak dan adik belum dihitung) hanya Rp.4.000,- saja. Bagaimana bisa mereka membiayai perawatan museum ya, dengan tiket semurah itu? saya membatin.
Masuk ke dalam, ternyata sudah ada rombongan suatu sekolah memenuhi ruangan. Sambil mendengarkan tour guide memberikan penjelasan, kami hanya bisa menunggu sampai rombongan tersebut bergerak masuk, karena tidak tersisa ruang untuk berjalan masuk ke dalam. Untungnya hanya 15 menitan menunggu, kami bisa segera masuk ke ruang berikutnya. Di dalam, si abang kembali terlihat serius mencatat keterangan-keterangan yang ada di tiap diorama.
Puas melihat-lihat koleksi persenjataan TNI, termasuk koleksi mobil dan pesawat tua di halaman belakang museum, kami melanjutkan perjalanan. Tujuan berikutnya adalah Museum Nasional atau yang lebih dikenal dengan nama Museum Gajah karena ada patung gajah di halaman depannya. Lokasinya dekat dengan Monas.
HTM kali ini bahkan lebih murah lagi. Untuk kami berempat, bahkan tidak sampai Rp.5.000,- Bukan main murahnya. Koleksi museum ini berupa arca, dan keramik. Mungkin karena kurangnya informasi pada koleksi-koleksi tersebut, si abang terlihat kurang menikmati kunjungannya ke museum kali ini. Sehingga kami tidak sampai sejam di sana, langsung melanjutkan perjalanan lagi.
Karena hampir waktunya makan siang, setelah menanyakan pendapat anak-anak, akhirnya diputuskan untuk mampir ke A&W Kwitang untuk membeli makanan, dibungkus. Dari situ kami ke TIM dan makan di pelataran parkirnya, di dalam mobil tentunya karena si adik tidur sejak meninggalkan Museum Nasional tadi. Selesai makan, kami pun ke mesjid di kampus IKJ untuk shalat dzuhur.
Dari mesjid, kami langsung menuju planetarium. Hari itu saya janji bertemu seorang teman dari Jogja yang ingin membawa keponakannya main ke planetarium. Rombongan mereka sudah tiba duluan di sana saat kami masih makan tadi. Agar tidak membuang waktu, saya pun minta tolong sekalian dibelikan karcis. Ternyata, sesampainya di planetarium, loket malah belum dibuka sementara antrian sudah mengular. Jadilah kami bergantian antri, karena rombongan teman saya itu belum makan dan shalat.
Tiketnya tidak mahal untuk pertunjukan sekitar 1 jam. Tidak sampai Rp10.000,-. Tapi antrian di loket dan antrian saat sebelum naik ke teater bintang itu loh... Gak nyangka, planetarium masih banyak peminatnya. Setelah memasuki ruangan teater, kami memilih tempat duduk sendiri karena tiketnya tanpa nomor tempat duduk. Dan jangan salah, layarnya tidak berada di depan, melainkan di atas kepala.
Selama satu jaman itu kita disuguhkan pemandangan planet-planet dan rasi-rasi bintang dengan dilatarbelakangi oleh penjelasan yang diberikan seorang narator. Naratornya cukup jelas menerangkan dengan diselingi humor sesekali. Si abang terlihat serius memperhatikan, padahal dia sudah pernah kesitu sebelumnya. Sedangkan si kakak lebih banyak mengobrol dengan keponakan teman saya. Sementara si adik, ternyata cukup betah berada diruangan gelap selama sejaman, bahkan ikut bertepuk tangan saat penonton yang lain bertepuk tangan.
Jalan-jalan hari itu ditutup dengan mampir ke AHA restaurant yang berada di hotel Formule 1, untuk membeli kue coklat. Saat saya tanyakan ke anak-anak apakah mereka senang hari itu, si abang menjawab, tidak. Sebelum sempat saya bertanya lebih lanjut, dia kembali menjawab,"nggak senang, bun.... Tapi senaaaaaangg sekali." Wah, langsung rasa letih dan kerepotan sepanjang hari ini hilang seketika :)
Ternyata, menyenangkan anak (kami) tidak perlu uang banyak. Seharian, uang yang saya keluarkan untuk kami berempat makan dan tiket masuk hanya sekitar seratus ribuan. Dan yang paling penting, ada unsur edukasinya. Liburan berikutnya, saya sudah menyusun rencana untuk mengunjungi beberapa museum lagi. Ke museum, yuuuk!