Surat Untuk Anak-Anakku

Untuk Zi, Zu dan Za anak-anakku sayang,



Maaf ya nak, kalau Bunda masih kurang sabar,
Kurang berkaca pada kekurangan diri,
Selalu menuntut banyak pada kalian

Maaf ya nak, kalau Bunda masih kurang ilmu,
Bukan wanita karir yang berpangkat dan berprestasi,
Tapi berharap kalian selalu pintar dan juara

Bunda tidak dapat menghapus masa lalu
Tidak dapat menyembuhkan luka diri yang selalu menghantui
Tapi akan selalu berusaha agar kalian tidak mengalami

Tidak mengapa ijazah Bunda sia-sia,
Tidak mengapa capek ini kurasa,
Tidak mengapa,
Asal kalian punya masa kecil yang bahagia

Terima kasih ya sayang,
Sudah mengajarkan Bunda
Akan arti sabar, maaf dan ikhlas

Semoga, Bunda pantas mendapatkan cinta kalian





Powered by Telkomsel BlackBerry®

Cemburu

Kata orang, cemburu itu bumbunya cinta. Kalau tidak pernah merasa cemburu, artinya tidak benar-benar cinta. Tapi kalau cemburu buta, apakah masih bisa disebut cinta?

Ada teman yang sudah bertahun-tahun menikah, tapi masih saja suka ribut sama pasangannya karena cemburu. Sehari, telpon saja melebihi minum obat yang sehari 3x. Sebentar-sebentar di cek. Kemana? Sama siapa? Lagi apa? Hadeeeeh.

Kalau sudah menikah tidak ada rasa saling percaya, apa tidak repot ya? Suami dinas ke luar kota, istri curiga. Istri keluar rumah, suami curiga. Mana bisa tenang hidup begitu? Yang ada darah tinggi dan kolesterol deh, lama-lama bisa sakit jantung. Mau?

Seharusnya, saat suami meninggalkan istri dan anak-anak di rumah untuk pergi mencari nafkah, hatinya tenang karena percaya sang istri akan menjaga kehormatan dan anak-anaknya dengan baik. Sebaliknya, sang istri juga percaya suaminya sedang menjemput rezeki bagi dia dan anak-anaknya. Keduanya lalu saling mendoakan, semoga Allah selalu menjaga keluarga mereka. Adem kan kalau begini?

Kecurigaan berlebihan, apalagi ditambah dengan pihak ketiga yang memperkeruh suasana, justru akan memperburuk keadaan. Rasa percaya yang memang sangat tipis pun akhirnya bisa hilang sama sekali. Kalau sudah begitu, siapa yang menjadi korban? Biasanya anak-anak :(

Apa yang dapat menghentikan kita dari perbuatan tidak baik? Selain takut dilihat Allah, juga rasa takut merusak masa depan anak-anak kita. Mereka yang tidak minta dilahirkan, janganlah dikecewakan dengan perlakuan tidak bertanggung jawab dari kita, orangtuanya.

Coba deh kasih kepercayaan kepada pasangan. Jangan curigaan terus. Atau bila pasangan anda yang tipe cemburuan, coba hilangkan kecurigaannya dengan menjadi lebih terbuka dan jujur dalam segala hal. Biasanya, komunikasi yang lancar dapat menghilangkan segala prasangka.



Powered by Telkomsel BlackBerry®

Gajian, Lalu Apa?

Sudah tanggal 1, nih. Sudah pada gajian belum? Atau jangan-jangan malah sudah habis? Waduh, jangan dong. Belum juga berlalu minggu pertama, masa sudah kanker (kantong kering) lagi?

Kalau sudah gajian, apa yang biasanya dilakukan duluan? Spend (belanja)? Save (simpan)? Atau donate (sumbangkan)?

Gaji itu memang untuk dihabiskan. Tapi menghabiskannya harus dengan bijak agar tidak mengenal "tanggal tua" alias kehabisan di penghujung bulan. Caranya bagaimana? Susun prioritas pengeluarannya dulu.

Prioritas pertama adalah bayar hutang. Bayar hutang disini termasuk segala bentuk cicilan (dari cicilan panci sampai KPR) dan segala bentuk hutang (terutama kartu kredit). Ingat, khusus untuk kartu kredit jangan membayar hanya tagihan minimum. Bunganya bisa 48% setahun. Mencekik leher! Kalau tidak sanggup bayar full, mending jangan pernah berani gesek! Proporsi total hutang tidak boleh melebihi 30% dari total penghasilan.

Berikutnya adalah zakat, infaq dan shadaqoh. Zakat itu wajib karena di setiap rezeki yang kita terima, ada hak orang lain. Sedangkan infaq dan shadaqoh, tidak pernah didahului oleh bala (bencana). Maka perbanyaklah infaq dan shadaqoh bila ingin selamat dunia akhirat.

Karena kita sering lupa diri kalau sudah belanja, maka sebaiknya menabung dan investasi dipotong di awal bulan secara rutin setiap bulan. Caranya bisa melalui arisan, mencicil emas atau reksadana. Bisa menabung/investasi 10% dari penghasilan itu sudah bagus. Walau kecil, tapi bila dilakukan rutin setiap bulan akan besar juga hasilnya.

Prioritas berikutnya adalah asuransi untuk proteksi. Kalau merasa belum mampu mengumpulkan dana darurat, asuransi sangat dibutuhkan untuk perlindungan. Asuransi yang penting dimiliki adalah jiwa (untuk si tulang punggung keluarga), kesehatan (untuk seluruh anggota keluarga) dan umum (rumah dan kendaraan). Syukur-syukur kalau sudah ditanggung kantor, jadi dana untuk pos ini bisa dialihkan untuk hal lain.

Prioritas ke 5 adalah membayar kewajiban, seperti tagihan telepon, listrik, gaji ART, uang sekolah anak, iuran kebersihan, dan sebagainya.

Setelah 5 prioritas tersebut di atas, maka sisanya boleh dihabiskan! Habiskan untuk untuk keperluan selama sebulan, untuk JJS di mal atau apapun sesuka anda. Asyik, kan?

Kalau tidak ada sisanya bagaimana? Berarti, 5 pos pengeluaran pertama ada yang terlalu besar porsinya. Coba cek total hutang anda, lebih dari 30% tidak? Atau cek kebutuhan proteksi anda, mana yang sudah ditanggung kantor? Cek juga tagihan bulanan, adakah yang bisa dihemat? Ada banyak cara loh, mengurangi tagihan listrik dan telpon. Mengganti peralatan listrik dengan yang hemat energi, salah satunya.

Hidup hemat tidak harus berarti berhenti bersenang-senang. Hanya saja melakukannya sesuai budget dan kurangi frekuensinya. Mau liburan, tetap bisa cari tiket dan akomodasi murah tapi tidak murahan kan? Hobi nonton? Sekali sebulan boleh lah ke bioskop, tapi jangan tiap ada film baru langsung lari ke bioskop. Kan bisa nonton VCD di rumah.

Jadi sekarang, kalau sudah gajian, sudah tahu dong, harus ngapain? Jangan kena kanker lagi, ya? :p



Powered by Telkomsel BlackBerry®

Wanita Serba Bisa

Siapa bilang wanita makhluk lemah? Sembilan bulan mengandung dan melahirkan berkali-kali pun dilakoni. Mengurus rumah tangga, bekerja di luar rumah, berbisnis, menjadi pendamping suami... wiiih banyak banget tugasnya. Multi tasking-lah pokoknya.

Tentu ada saat-saat dimana wanita tetap butuh dukungan dari lingkungan sekitarnya. Mulai dari pasangan, keluarga, sampai teman dapat menjadi penyemangat di kala beban terasa sudah terlalu berat.

Jangan salah artikan curhatan seorang wanita. Itu bukan keluhan. Curhatan untuk berbagi masalah, sedangkan keluhan justru memperbesar masalah. Terkadang yang dibutuhkan hanyalah kuping yang sabar dan bahu yang kuat untuk mendengarkan dan bersandar.

Ada sebuah puisi yang biasa saya baca untuk menjadi penyemangat di kala berada dititik terendah. Sebuah puisi karya Tia Sparkles Singh (2011) yang saya baca pertama kali di majalah Intisari.



You Are Amazing


As.you.are.
Stronger than you know.
More beautiful than you think.
Worthier than you believe.
More loved than you can ever imagine.
Passionate about making a difference.
Fiery when protecting those you love.
Learning. Growing. Not alone.
Warm. Giving. Generous.
Quirky. Sexy. Funny. Smart.
Flawed. Whole. Scared. Brave.
And so, so, so.much.more.

Be strong.
Be confident.
Be YOU.


Berbahagialah wanita. Makhluk paling komplit di muka bumi ini yang memiliki peran dan arti besar dalam kehidupan.


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Pulau Tidung

Sering mendengar tentang Pulau Tidung, tetapi belum pernah ke sana. Katanya, sama indahnya dengan Maldives alias Maladewa. Cuma lebih kotor, karena kurang terawat. Ditambah lagi dengan biayanya yang tidak menguras kantong, makin penasaran deh sama yang namanya Pulau Tidung, salah satu dari gugusan Kepulauan Seribu.

Berulang kali menyusun rencana ke sana, tetapi gagal karena kesibukan dan cuaca yang tidak pas. Sampai akhirnya hubby mengabarkan, kantornya akan mengadakan family gathering di Pulau Tidung. Yeaaayy! Tidung, we're comiiiingg!!

Sabtu subuh sudah gedubrakan mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa. Selain baju yang menyerap keringat, peralatan renang dan mainan untuk 3pzh main pasir tidak boleh ketinggalan. Jam 7 kurang kami sudah sampai di kantor hubby yang menjadi meeting point-nya.

Setelah semua berkumpul, kami pun langsung menuju Marina untuk naik kapal. Jam 8.15 semua barang dan penumpang sudah naik ke kapal yang berkapasitas 30 penumpang itu. Untuk sampai ke Pulau Tidung, bisa melalui Marina atau Muara Angke. Di Marina bila menggunakan kapal besar (jet foil). Sedangkan di Muara Angke bila menggunakan kapal nelayan.

Sepanjang perjalanan, ombaknya tidak terlalu besar. Jangan lupa untuk mengisi perut minimal sejam sebelum naik ke kapal bila tidak ingin mabuk laut. Hanya butuh 45 menit untuk sampai ke Pulau Tidung dari Marina. Jam 9.30 tiba di dermaga, kami langsung berjalan kaki menuju homestay/penginapan sementara barang-barang diangkut pakai becak mesin.

Ternyata yang namanya homestay itu adalah rumah dengan 2 kamar, 1 ruang tamu yang dijadikan ruang tidur utama, 2 kamar mandi, tempat mencuci, dan dapur. Ruang tidur utama ber AC dan ada TV, sementara 2 kamar lainnya hanya memakai kipas angin. Overall, cukup nyaman dan bersih.

Untuk makan siang, makan malam dan sarapan pagi keesokan harinya sudah termasuk dalam paket. Makanan diantarkan ke homestay dengan gerobak dorong dan disajikan di atas meja makan yang diletakkan di teras penginapan. Menu makan siang prasmanan hari itu adalah nasi, sayur asem, ayam bakar, tahu goreng, ikan asin jambal, sambal, kerupuk dan semangka untuk pencuci mulutnya. Yummyyyy!

Selesai makan dan shalat, jam 12.45 kami kembali naik ke kapal menuju tempat snorkeling. Semua penumpang diwajibkan memakai pelampung yang sudah disediakan. Untuk anak-anak sebaiknya membawa pelampung sendiri dari rumah karena yang tersedia hanya ukuran untuk dewasa. Kalau tidak punya pelampung, bawa saja ban renang.

Sekitar jam 13.10 kapal memasuki perairan dangkal dekat sebuah pulau kecil. Dengan membawa roti tawar, kita bisa snorkeling di sini sambil memberi makan ikan-ikan. Anak-anak senang sekali berenang di antara ikan kecil warna-warni. Ini pengalaman pertama mereka. Susah sekali mengajak mereka naik kembali ke kapal, padahal tangannya sudah berkerut kedinginan.

Tiba-tiba ada sekelompok lumba-lumba berenang dalam jarak kurang dari 10 meter dari kapal kami. Semua langsung heboh. Bahkan guide kami yang sudah sering bolak balik ke Tidung bilang, baru kali ini dia melihat ada lumba-lumba berenang di sini. Saking kagetnya, tidak satu pun dari penumpang kapal yang ingat untuk mendokumentasikan kawanan lumba-lumba itu x_x

Selesai snorkeling, kapal diarahkan ke Pulau Tidung kecil. Di sini ada banyak permainan/olahraga air (water sport) seperti banana boat, jetski dan lain-lain. Yang tidak suka permainan itu bisa menunggu di gazebo pinggir pantai sambil ngemil bakso, rujak atau makanan lain yang dijual sekitar situ sambil menemani anak-anak main pasir.

Pemandangan dari Jembatan Cinta bagus sekali. Gradasi warna air laut dari biru tua, tosca sampai biru muda terlihat cantik. Tapi bila datang saat weekend atau liburan panjang, harus pintar-pintar mencari sudut pengambilan gambar karena banyaknya orang yang lalu lalang. Info dari guide kami, hari itu ada sekitar 2.000 orang dari Jakarta yang datang ke situ. Kebayang kan ramainya?

Sebenarnya dari Pulau Tidung besar (tempat kami menginap) ke Pulau Tidung kecil bisa ditempuh dengan naik sepeda. Tapi karena tadi kami sekalian mau snorkeling, jadi harus naik kapal.

Kembali ke penginapan, semua langsung mandi, membersihkan pasir yang menempel di rambut dan badan. Sambil menunggu waktunya makan malam, bisa menikmati sunset di depan kamar. Karena keburu lapar, kami sempat makan bakso di warung Kang Asep, si pemilik penginapan.

Sehabis shalat Isya, makanan sudah dihidangkan di atas tikar yang digelar di halaman berpasir depan penginapan. Ikan-ikan fresh di bakar langsung disitu, seperti ikan barracuda, baronang, kuwe sampai ayam-ayaman. Menu lain tak kalah menggiurkan. Ada cumi goreng tepung, tumis kangkung, tempe goreng, sate cumi bakar, es blewah, serta kerupuk dan sambal kecap sebagai pelengkap makan malam kami. Entah lapar atau memang enak, semua makan dengan lahap, termasuk 3pzh.

Pagi harinya, bila ingin melihat sunrise (matahari terbit), bisa naik sepeda ke Pulau Tidung kecil. Sepeda bisa pinjam dari pemilik penginapan, gratis (sudah termasuk paket). Bila masih ingin snorkeling bisa di perairan dangkal dekat situ. Jalan kaki saja, tidak perlu naik kapal saking dekatnya. Cuma sekitar 50 meter dari tempat kami lesehan tadi malam. Zi pun kembali snorkeling ditemani kawan-kawan ayahnya, sementara kami lebih memilih istirahat di kamar sambil packing.

Sarapan berupa nasi uduk, ayam goreng, kerupuk dan teh manis hangat sudah disediakan sejak jam 7 pagi di teras penginapan. Pagi itu acaranya bebas, bisa dipakai untuk berkeliling pulau atau beristirahat di kamar hingga tiba waktunya pulang.

Sekitar jam 10 semua berkumpul di dermaga untuk naik kapal menuju Pulau Pramuka. Rencananya kami akan makan siang di sana sebelum kembali ke Jakarta. Sekitar 40 menitan jarak tempuhnya dari Pulau Tidung.

Di Pulau Pramuka ada penangkaran ikan hiu, kuwe, bulu babi dan jenis ikan lainnya. Bulu babi ini sengaja dibiakkan untuk di ekspor ke Korea dan Jepang. Di sini juga ada toko souvenir bila kemarin belum sempat beli oleh-oleh. Jangan lupa membeli bandeng tanpa tulang yang menjadi oleh-oleh khasnya.

Makanan di Restoran Nusa ini enak-enak, terutama seafood-nya yang segar. Cumi asam manis, ikan kuwe bakar, udang goreng tepung, ikan baronang goreng, ayam bumbu barbecue dan puding dihidangkan secara prasmanan karena kami datang dalam grup besar.

Selesai makan dan shalat, jam 13-an kami meninggalkan Pulau Pramuka menuju Jakarta. Perjalanan pulang, ombaknya lebih besar daripada saat kedatangan. Kapal yang bergoyang-goyang membuat pusing dan mual bagi yang tidak tahan. Mungkin karena waktunya laut pasang, jadi ombaknya besar. Tapi seperti biasa, 3pzh tetap heboh bercanda sambil manjat-manjat dalam keadaan apapun. Sekitar jam 15-an, kami tiba dengan selamat di Marina, tempat di mana kendaraan diparkirkan sejak kemarin.

Liburan kali ini menyenangkan dan memberikan banyak pengalaman baru bagi 3pzh. Ternyata Indonesia memiliki banyak tempat indah yang tidak kalah dengan di luar negri. Dan bila ingin tempat-tempat itu tetap indah 5 bahkan 20 tahun mendatang, adalah kewajiban kita para wisatawannya untuk menjaga kebersihannya. Jangan buang sampah sembarangan!



Powered by Telkomsel BlackBerry®

Wanita Bisa Investasi




Wanita sekarang konsumtif sekali ya? Sekali belanja baju bisa ratusan ribu. Ya buat diri sendiri, ya buat anak juga. Tidak hanya di mal atau ITC, tapi juga di onlineshop.

Herannya, mereka yang konsumtif ini banyak yang tidak bekerja alias ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan. Uang bulanan pun dijatah oleh suami. Tapi kok bisa-bisanya belanja seperti uangnya tidak bernomor seri gitu?

Hasil pengamatan ke beberapa orang yang ada di sekitar saya, justru sistem "dijatahin" itu yang jadi penyebab utamanya. Loh kok bisa? Kan sudah dibatasi suami?! Eiits, jangan protes dulu. Coba deh tanya ke teman atau diri sendiri, kalau namanya "jatah" itu artinya boleh dihabiskan tidak? Nah, karena hanya "dijatah" bukan diminta mengelola keuangan keluarga, maka para IRT (Ibu Rumah Tangga) itu cenderung selalu menghabiskan jatahnya.

Seandainya saja mereka dikasih kesempatan untuk mengelola penghasilan suami, mungkin akhirnya justru akan belajar untuk lebih bijak membelanjakannya. Mengalokasikan penghasilan suami untuk semua kebutuhan rumah tangga yang ada itu susah-susah gampang.

Biasanya, pelunasan tagihan rutin jadi prioritas utama dan kemudian diikuti oleh kebutuhan konsumsi. Sedangkan menabung atau investasi tidak menjadi prioritas. Hanya bila ada sisanya. Kalau tidak ada sisa? Ya habis begitu saja gaji sebulan :(

Pernah tidak anda memikirkan, berapa pengeluaran sebulan untuk ke mal? Kalau dalam sebulan 2 kali ke mal, bisa habis minimal Rp.200.000/kunjungan, berarti sebulan habis Rp.400.000. Betul? Itu baru sebulan 2 kali. Bagaimana dengan yang tiap akhir pekan ke mal? Tinggal dikalikan 4 deh. Banyak yaaaa?

Padahal, bila kunjungan ke mal dikurangi menjadi 1 kali saja sebulan, dan uang yang Rp.200.000 tadi di investasikan ke reksadana saham (setiap bulan) yang memberikan hasil rata-rata 25% per tahun, maka 18 tahun kemudian jumlahnya menjadi 800juta lebih!

Sementara bila dibelanjakan, uang 200ribu tadi jadi apa? Makanan? 18 tahun kemudian sudah tidak berbekas. Baju? 18 tahun kemudian sudah usang. Benar tidak?

Tapi saya gak ngerti reksadana, banyak yang beralasan seperti itu. Ok, masih banyak cara lain untuk investasi. Salah satunya dengan emas. Investasi emas itu tidak perlu pakai mikir panjang. Beli saat ada uang, simpan, dan jual/gadai saat butuh uang. Tidak perlu melototin grafik setiap saat. Gampang sekali. Gak pakai ribet!

Penghasilan saya pas-pasan. Gak cukup untuk beli emas. Kan bisa menyicil melalui program nabung emas? Atau bisa juga melalui arisan emas. Daripada arisan uang, yang akhirnya habis tidak jelas untuk apa. Kalau dapat arisan emas, dijamin deh pasti merasa sayang untuk menjual Logam Mulia (LM)-nya. Menjual LM tidak semudah menggesek kartu debit atau mengambil ke ATM. Jadi godaannya lebih sedikit.

Tidak sulit untuk menyisihkan penghasilan demi berinvestasi. Anda pasti bisa! Yang penting, jauhkan sifat konsumtif. Bukan berarti harus hidup pelit. Hanya habiskan seperlunya, simpan sebanyak-banyaknya :D *mintadikeplak*

Seriously. Cara mudahnya, tentukan tujuan investasinya dulu. Jadikan itu sebagai motivasi. Misalnya tujuan investasi anda untuk uang sekolah anak. Pasti mau kan, melihat anak bisa sekolah di tempat yang terbaik sesuai dengan bakat dan minatnya? Atau saat pensiun nanti, tentunya anda ingin tetap bisa menikmati hidup dan mandiri, tidak merepotkan anak-anak kan?

Nah, sekarang, anda tinggal pilih: mau sekarang foya-foya nanti tua merana? Atau sekarang berinvestasi nanti tua bisa mandiri? >:)















Bangkok Trip (5)



Sebagai penutup, di bagian terakhir dari tulisan Bangkok Trip series, saya ingin berbagi beberapa tips selama liburan di Bangkok:

1. Bila tujuan anda ke Bangkok untuk berbelanja, menginaplah di daerah Pratunam. Sedangkan bila anda membawa keluarga atau tidak suka daerah yang ramai, Soi Rambuttri adalah pilihan yang tepat. Wisatawan kelas backpacker atau yang senang keramaian akan menyukai daerah Banglamphoo atau Khaosan Road.

2. Selalu memakai pakaian yang sopan/tertutup bila ingin berkunjung ke kuil atau istana. Celana/rok pendek, kaus tanpa lengan/tipis, sendal jepit adalah sebagian dari contoh pakaian yang dilarang dipakai bila mengunjungi tempat-tempat tersebut.

3. Pilih selalu taksi berargo warna pink. Berdasarkan pengalaman selama disana, hanya taksi pink yang supirnya jujur. Taksi yang lain kalau tidak minta uang ekstra dengan alasan macet, biasanya hanya mau charteran alias tidak pakai argo.

4. Kalau naik tuktuk, tolak bila supirnya mau mengantarkan ke toko-toko tertentu atau bilang ada diskon kalau naik perahu di Chao Praya yang hanya berlaku hari itu. Lebih baik beli paket tour dari hotel atau biro perjalanan yang banyak terdapat di sekitar hotel.

5. Beli peta yang ada bahasa Inggris dan Thailand-nya sekaligus agar orang lokal mengerti saat kita menanyakan tempat yang dituju. Tunjukkan saja petanya. Praktis, kan?

6. Burger King, KFC atau makanan fast food lain yang biasanya halal di Indonesia, di Thailand, tidak halal. Tapi tergantung apa definisi halal bagi anda. Apakah hanya sekedar "Bukan Babi" atau harus terbuat dari bahan yang halal dan dimasak dengan cara halal juga.

7. Makanan halal memang tidak mudah ditemukan, tetapi pasti ada karena banyak juga orang Thailand yang beragama Islam. Biasanya di restoran atau warung/gerobaknya ada gambar Kabah, tulisan Arab atau si penjual memakai jilbab yang menandakan makanan itu halal.

8. Copas tulisan Thai ฉันไม่กินหมู yang di baca Mai Ao Muu Khaa artinya saya tidak makan babi, print dan di laminating, supaya tidak mudah lecek karena akan sering ditunjukkan saat membeli makanan. Atau save di handphone dan tunjukkan kepada penjual makanan jika meragukan ke halalannya.

9. Membawa kamus percakapan sehari-hari bahasa Thailand akan sangat membantu selama di sana. Atau menghafal beberapa kata yang mungkin digunakan, seperti kata sapa, ucapan terima kasih, dan sebagainya.


10. Kalau anda menanyakan mushola, tanya saja: 
"Hong lamard, yoo ti nai, ka/kap?" 
(hong lamard = musholla/surau; yoo ti nai = di mana; kaa/krap = tak bermakna literal, hanya penyopan. Pakai "ka" kalau anda sebagai penanya adalah wanita, dan pakai "krap" kalau anda pria).


11. Udara dan cuaca Bangkok hampir sama dengan Jakarta. Kadang panas terik, tapi bisa juga hujan. Jadi selalu siapkan topi, payung/jas hujan dan botol air minum.


12. Selalu membawa camilan, terutama bila membawa anak-anak. Camilan ini juga sangat berguna untuk mengganjal perut sampai mendapatkan tempat yang menjual makanan halal.

Demikianlah cerita perjalanan kami selama di Bangkok beserta tips-nya. Semoga bermanfaat. Selamat liburan, jangan lupa oleh-olehnya ;)

















Bangkok Trip (4)



Hari terakhir di Bangkok. Pagi jam 9-an saya berjalan kaki ke Trok Surao untuk membeli sarapan take away di tempat ibu India yang kemarin, sementara 3pzh dan ayahnya berenang di hotel. Menu pagi ini nasi briyani dengan lauk daging kari dan ayam semur. Seporsi hanya 40b, sudah dapat banyak sekali sampai kekenyangan.

Jam 12 kami check out dari hotel dan menitipkan koper di concierge untuk diambil sebelum ke airport. Sekalian pesan taksi untuk ke bandara juga. Rencananya kami mau ke Wat Pho (Gigantic Reclining Buddha) dan Wat Trimit (The Golden Buddha) hari ini kemudian makan siang di China Town bila masih ada waktu.

Dari hotel meluncur ke Wat Pho naik taksi, ternyata kuilnya tutup (atau belum buka?). Kemudian perjalanan dilanjutkan ke kuil The Golden Buddha yaitu patung Buddha raksasa yang terbuat emas dengan berat sekitar 5,5 ton. HTM 40b untuk 1 orang dewasa, sedangkan anak-anak gratis.

The Golden  Buddha
Untuk melihat patung emas itu, pengunjung harus naik ke lantai 4 dari tangga di sisi kiri gedung. Sebelum masuk ke kuil, sepatu dititipkan di rak sepatu yang tersedia. Ada banyak peraturan yang harus dipatuhi oleh pengunjung di sini. Diantaranya; dilarang masuk bila tidak memakai baju yang sopan (pendek atau terbuka), makan/minuman di dalam kuil, membawa hewan peliharaan, menginjak garis pintu masuk, dan masih banyak lagi.

Dari sana kami kembali ke Wat Pho (Gigantic Reclining Buddha) karena masih penasaran. Naik taksi sekitar 65b. Alhamdulillah, kuilnya sudah dibuka. Ternyata Wat Pho itu letaknya dekat sekali dari Grand Palace yang kami datangi kemarin. Kalau saja kami tahu, kemarin bisa ke sini sekalian.

Membayar tiket masuk @ 100b untuk 3 orang (zu dan za belum bayar), kami menolak menggunakan jasa guide karena memang tujuannya ke sini hanya foto-foto. Sebelum masuk kuil, pengunjung harus memasukkan sepatu/sandalnya ke dalam tas yang disediakan dan membawanya ke dalam.

Reclining Buddha
Di dalam suasananya agak gelap, tapi masih bisalah untuk foto-foto. Patung Budha raksasa yang posisinya tiduran miring itu guedeeeee bangeeett. Merupakan patung Buddha terbesar di Thailand, panjangnya mencapai sekitar 150 kaki. Di telapak kakinya, ada simbol-simbol khusus yang memiliki arti ajaran Sang Buddha.

Tidak mudah mencari sudut yang pas karena ruang yang sempit dan banyaknya pengunjung lalu lalang di jalan yang lebarnya sekitar 1 m itu. Selesai foto-foto di dalam kuil, di pintu keluar kami kembali memakai sepatu dan mengembalikan tas yang tadi dipinjamkan. Di bagian belakang kuil ada tenda tempat penukaran tiket yang tadi dibeli dengan sebotol air mineral dingin. Bahkan kami diberikan 1 botol ekstra karena melihat ada anak kecil yang tidak memiliki karcis. Alhamdulillah, jadi obat bagi tenggorakan yang kering di udara panas Bangkok.

Kami tidak sempat ke China Town, karena jam 1630 harus sudah berangkat ke airport. Keluar kuil menuju ke taman dekat pintu masuk Grand Palace, akhirnya kami berhasil menawar tuktuk 50b untuk mengantarkan ke daerah Banglampho. Karena salah paham, akhirnya kami diturunkan di Central World Hotel yang kebetulan sekali, didalamnya ada restoran Sara Halal.

Walaupun harga per porsinya lebih dari 5 kali harga makanan di Aesaah maupun Trok Surao (maklum, namanya juga restoran hotel), tapi rasanya masih jauuuh lebih enak di kedua tempat tersebut. Nasi Biryani nya agak pera/keras dan ayamnya juga kurang empuk. Bedanya disini ada menu Pad Thai Seafood yang rasa lumayan enak seharga 240b/per porsi.

Masjid di Trok Surao
Selesai makan, kami berjalan setengah berlari ke Trok Surao untuk shalat di Masjid. Karena sudah check out dari hotel, kami tidak bisa lagi shalat di kamar. Selesai shalat, kemudian kami kembali ke hotel untuk mengambil tas yang tadi dititipkan di concierge dan menunggu taksi yang sudah dipesan tadi pagi.

Jalan menuju airport, sekitar jam bubaran kantor, cukup padat. Pastikan untuk menyisakan waktu minimal 2 jam sebelum counter check in dibuka, kalau anda tidak mau ketinggalan pesawat. Seperti juga Jakarta, Bangkok terkenal dengan traffic jam-nya.

Papan petunjuk musholla bandara
Mencari-cari prayer room atau musholla ternyata agak sulit, karena petugas yang hanya bisa sedikit-sedikit berbahasa Inggris, tidak memahami pertanyaan kami. Tapi akhirnya menemukan musholla di lantai 3. Kalau dari ruang check in (lantai 4), dekat pintu masuk ada tangga ke bawah, turunlah ke lantai 3 dengan tangga jalan atau lift. Halal Food corner ada di lantai 1 dekat lift namanya Magic Food Point. Sedangkan Prayer room letaknya di sebelah toilet dekat tangga. Ada petunjuk arahnya, jadi tidak sulit menemukan apabila anda sudah berada di lantai 3.

Aneka makanan halal di MFP
Makanan di bandara seperti pada umumnya lebih mahal. Seporsi sticky rice with mango 135b. Untungnya di MFP hargai makanan relatif lebih murah daripada makanan di lantai-lantai atas. Untuk 4 porsi makanan sore itu, kami menghabiskan 170b. Svarnabhumi adalah bandara terbesar Thailand yang bersih dan modern, memberikan pelayanan selayaknya airport internasional. Tap water pun tersedia gratis seperti di Changi. Kekurangannya hanya satu, petugasnya tidak menguasai bahasa Inggris dengan baik.

Toilet bandara
Sudah terburu-buru makan dan menghabiskan sisa baht di duty free shop, eeeh Air Asianya delay hampir sejam :( Jadilah menunggu di bandara dalam keadaan kelaparan dan kedinginan. Untung tadi sudah sempat makan.

Sampai di Jakarta sudah jam 1 pagi lebih. Jam 3 lebih masih di Shell mengisi bahan bakar sebelum sampai rumah. Sempat kena macet sedikit di pintu keluar tol Pancoran. Heran, Jakarta jam berapa sih yang lancar jaya kalau hari kerja? -_-"




Addresses:


1. Temple of the Golden Buddha 
(Wat Traimit)
661 Chaoren Krung Rd, 
Bangkok, Thailand
Telp: 02 225 9775



2. Temple of the Reclining Buddha 
(Wat Pho)
2 Sanam Chai Road, 
Bangkok, Thailand



3. Sara Halal Restaurant
The New World City hotel 
Khao San area (near Khao San Road)
Bangkok, Thailand



4. Magic Food Point
Lantai 1 Svarnabhumi Airport




























Bangkok Trip (3)



Tiga hari di Bangkok, banyak hal menarik kami temui disana. Salah satunya kecintaan rakyat Thailand kepada Raja-nya. Banyak foto super gede Raja dan keluarga kerajaan yang dipajang sepanjang jalan. Benar-benar super gede, hampir setinggi atap gedung 1 lantai. Dipajang di depan gedung perkantoran, sekolah, dan sudut-sudut kota.
 
Pagi ini aktifitas dimulai dengan sarapan biskuit (again) di depan hotel sambil menunggu bis travel menjemput. Tiga tiket untuk wisata ke pasar terapung (floating market) Damnoen Saduak sudah dibeli sebelumnya di travel agent kecil dekat hotel seharga @ 250b. Dengan minivan berkapasitas 12 orang dewasa, perjalanan ditempuh selama 1,5-2 jam ke arah luar kota Bangkok.
 
Pasar terapung ini sudah lama menjadi pusat atraksi wisata. Buka sebelum jam 8 pagi dan selesai saat tengah hari, Damnoen Saduak merupakan satu-satunya pasar terapung yang buka setiap hari di Thailand. Disini para wisatawan dinaikkan ke beberapa perahu mesin berukuran sedang. Sesekali perahu kami didekati oleh penjual yang naik perahu dayung. Barang dagangan mereka macam-macam, mulai dari makanan, baju sampai peralatan dapur dan souvenir juga ada. Bila berminat membeli, jangan ragu untuk menawar. Kalau harga dinilai terlalu mahal, sabar saja. Nanti di pasar daratnya juga banyak penjual serupa.
 
Tiba kembali di pasar daratnya, kami menyempatkan berbelanja makanan dan souvenir. Kualitas barangnya bagus, sementara harganya murah. Tapi sekali lagi, harus pintar menawar. Di pojok pasar ada toko oleh-oleh yang memberikan harga pas, cocok bagi mereka yang tidak bisa menawar seperti kami.
 
Sticky rice  with mango
Cemilan khas Thailand yang wajib di coba salah satunya adalah sticky rice with mango/durian alias ketan yang dikukus dan dimakan bersama mangga/durian. Perpaduan manisnya mangga/durian dengan gurihnya ketan terasa unik dilidah. Seporsi hanya dihargai 30b untuk yang mangga dan 50b untuk yang durian. Kami tidak makan siang disitu, karena hampir semua menjual makanan tidak halal. Untuk mengenyangkan perut sementara, akhirnya kami membeli lagi 3 porsi mangga potong seharga total 50b. Lumayan lah, daripada kelaparan :D
 
Naik minivan kembali menuju Bangkok dan sempat berhenti di SPBU untuk ke toilet, kami diturunkan di dekat Khaosan Road, atau sekitar 15 menit jalan kaki ke hotel tempat menginap. Dengan berjalan kaki, kami menuju Trok Surao. Tapi ternyata si ibu India hari itu memasak menu yang pedas seperti fish curry. Tidak mungkin 3pzh bisa memakannya. Untuk makan di gerai makanan cepat saji seperti KFC atau Burger King, tidak menjadi pilihan kami karena tidak bersertifikasi halal.
 
Setelah bertanya-tanya ke penduduk sekitar, seorang ibu berjilbab (mukanya seperti orang Indonesia, tetapi katanya beliau asli Thailand) menunjukkan arah ke sebuah tempat makanan halal bernama Aisah/Aesaah. Dari jalan di samping Tan Hua Seng department store, Aisah berada di sisi kanan jalan. Sempat kelewatan, tapi akhirnya ketemu. Tempatnya nyempil diantara toko-toko, sebelum minimarket 7/11.

Aisah semacam foodcourt sederhana, dimana ada beberapa penjual makanan yang semuanya halal. Beberapa menu yang tersedia adalah noodle soup, nasi briyani, ayam gulai, dan martabak goreng. Memesan 4 porsi nasi biryani dengan ayam (zi nambah!), 1 noodle soup dan 1 nasi briyani dengan daging total 255b atau tidak sampai 80rb rupiah.
 
Sorenya setelah mandi dan shalat di hotel, kami pergi ke tengah kota. Naik taxi dari jalan Chakropong ke Siam Center ongkosnya 65b dengan argo. Dari sana berjalan kaki ke Madame Tussauds Wax Museum di Siam Discovery melalui sky bridge.
 
Madame Tussauds Bangkok
Madame Tussauds adalah musium lilin yang menampilkan patung-patung tokoh internasional dan lokal dari artis, olahragawan sampai negarawan. Dari lantai bawah Siam Discovery sudah ada counter-nya. Ada patung Jackie Chan, Naomi Campbell, Britney Spears, Barack Obama dan lain-lain. Untuk patung-patung di luar musium, pengunjung bebas berfoto tanpa harus bayar tiket. Counter tiket berada di lantai 6, tiketnya seharga 800b/orang. Harga tiket termasuk buku petunjuk (berisi keterangan patung-patung disitu) dan print out foto dengan beberapa tokoh tertentu.
 
Di Madame Tussauds sini juga dapat bermain bola digital dengan David Beckham, tennis digital dengan Serena Williams atau tinju digital dengan Muhammad Ali. Musium lilin ini memiliki koleksi patung-patung yang tidak seluruhnya sama di tiap cabangnya dan di tiap negara ada tokoh lokal yang dijadikan model patungnya.
Sky bridge 
Dari Siam Discovery, lalu kami berburu oleh-oleh di MBK mal yang letaknya saling bersebrangan. Mal-mal besar itu (Siam Discovery, MBK, Siam Paragon dan Siam Center) berada tepat di 4 sisi perempatan dan saling dihubungkan oleh sky bridge. MBK semacam mal mangga dua di Jakarta, hanya lebih bersih dan teratur. Kalau pintar menawar bisa dapat harga murah, terutama bila membeli dalam jumlah banyak.
 
Kalau lapar, di lantai 6 MBK ada food center yang menggunakan sistem pembayaran dengan kupon yang dibeli di counter khusus, seperti di food court Mal Taman Anggrek, Jakarta. Untuk harga, tidak jauh beda dengan gerai makanan di tujuan wisata lainnya.

Muslim counter at MBK
Mengistirahatkan kaki sejenak setelah lelah berburu souvenir, kami nyemil sticky rice with durian seharga 50b. Kemudian dilanjutkan dengan makan malam, masih di area yang sama. Di sini ada food counter khusus muslim yang menyediakan nasi biryani, kari ayam, ayam goreng dan yen ta fu (semacam mi bakso campur yang di singapore disebut yong tau foo). Harganya juga tidak semahal harga makanan di mal Jakarta. Total makan malam kami hanya 200b untuk 5 porsi macam-macam makanan dari counter tersebut.
 
Kembali ke hotel, taxi kembali menjadi pilihan karena hari sudah malam. Rencananya kami hanya akan beristirahat dan packing malam itu. Besok sore sudah harus kembali ke Jakarta. Tapi karena tengah malam mendadak kelaparan, terpaksa kami ke depan hotel mencari makanan. Untung ada penjual Pad Thai (semacam mi goreng).
Pad Thai
Setelah yakin penjualnya tidak menjual daging, akhirnya kami memesan seporsi Pad Thai pakai telur seharga 40b. Mi nya bisa pilih sendiri, mau mi kuning, kwetiau atau bihun. Isinya bisa telur atau seafood. Untuk rasa, bila suka pedas kita masukkan sendiri bumbu dan bubuk cabe yang tersedia di gerobaknya, saat Pad Thai-nya sedang dimasak penjualnya. Porsinya besar dan rasanya lumayan enak (poin 65 dari 100). Cukuplah untuk obat kelaparan malam itu.

Besok hari terakhir di Bangkok. Ada beberapa kuil terkenal yang ingin kami kunjungi. Kuil tempat patung Buddha raksasa tidur (Gigantic Buddha) dan kuil tempat patung Buddha emas merupakan tujuan terakhir kami sebelum kembali ke Jakarta. Ikuti terus kisahnya, ya ;)






Addresses:

1. Siam Paragon Mall
Opening Hours: 10:00 - 22:00 
Location: At Siam BTS Station 
BTS: Siam 

2. Siam Discovery
Opening Hours: 10:00 – 20:00 (Mon-Thu), 10:00 – 21:00 (Fri-Sun and public holidays) 
Location: 1420/1 Praditmanutham Road 
Tel: +66 (0)2 101 5999 

3. MBK 
Opening Hours: 10:00 - 22:00 
Location: Pathumwan Intersection, diagonally opposite Siam Discovery Centre 
BTS: National Stadium 
Tel: +66 (0)2 620 9000 

4. Aisah / Aeisah Rosdee / Areesaa Lote Dee
Dekat Wat Bowonniwet
Khao Mok Gai Khao - near Khao San Road





















Bangkok Trip (2)

Tuktuk

Hari kedua di Bangkok, rencananya mau ke Marble Temple dan Grand Palace sekalian mencoba naik tuktuk.

Tidak dapat sarapan di hotel sementara tempat jualan makanan halal baru mulai buka jam 10 pagi, memaksa kami harus puas mengisi perut dengan biskuit pagi itu. Sempat jalan kaki mencari-cari tempat makanan halal akhirnya menyerah dan naik tuktuk langsung menuju Marble Temple.

Marble Temple
Wat Benchamabopitr atau sering disebut juga sebagai "kuil marmer" atau marble temple di buku petunjuk wisata. Bangunan dinding luarnya terbuat dari marmer sehingga terkesan mewah dan megah. Tiket masuknya seharga 20b/orang dewasa, sedangkan anak-anak gratis.

Duduk-duduk di bangku yang tersedia di tamannya, kami ditawari seorang wanita untuk membeli roti tawar. Karena bentuknya kurang menarik dan merasa membawa cukup bekal makanan, kami menolak membeli. Belakangan baru kami tahu kalau roti-roti itu ternyata dijual untuk tamu kuil yang ingin memberi makan burung-burung merpati yang banyak terdapat di taman tersebut x_x

Dari Marble Temple, kami lalu naik tuktuk lagi ke Golden Mount dengan ongkos 50b. Sebelum naik, si supir tuktuk minta tolong agar kami mau diantarkan ke toko yang menjual sutra. Katanya, dia akan dikasih gratis 1 liter bensin kalau membawa turis ke sana. Karena kasihan, kami iya kan saja, apalagi tidak diharuskan membeli apapun.

Tapi setelah keluar dari toko sutra tersebut, si supir tuktuk kembali meminta kami agar bersedia mendatangi 1 toko sutra lagi. Kami menolak. Hari sudah semakin siang, takutnya kami tidak sempat kemana-mana. Akhirnya kami diantarkan juga ke Golden Mount, seperti kesepakatan semula.

Golden Mount
Kuil yang dikenal dengan nama Gunung Emas (the Golden Mount) atau Phu Khao Thong ini adalah sebuah kuil yang dibangun di atas bukit dengan pemandangan Rattnakosin Island di bawahnya. Masuk ke halamannya tidak bayar, entah kalau masuk ke dalam kuilnya. Matahari yang bersinar terik menyurutkan semangat kami menapaki tanjakan menuju kuil Golden Mount. Jadi setelah selesai foto-foto, kami pun melanjutkan perjalanan dengan tuktuk yang tadi. Rencananya langsung menuju Grand Palace.

Chao Praya
Sebelum menjalankan tuktuknya, si supir kembali menawari kami paket keluarga naik kapal dari pelabuhan yang melewati Wat Arun dan berakhir di dekat Grand Palace. Semula tiket yang ditawarkan 2000b, tapi kami terus menolak sampai akhirnya harga turun menjadi 1000b. Sebenarnya sih, paket wisatanya tidak menarik. Tapi mengingat ini akan menjadi pengalaman baru bagi 3pzh, akhirnya kami setuju. Terbukti, 3pzh senang sekali naik kapal dan tidak henti-hentinya bertanya sepanjang perjalanan.

Tuktuk mengantar sampai ke pelabuhan. Kapal itu berkapasitas 10 orang dewasa (tapi hanya kami berlima penumpangnya). Kami menyusuri Sungai Chao Praya selama sekitar sejam lebih, hingga tiba di pelabuhan dekat Grand Palace. Di pelabuhan ini kami diminta membayar 20b lagi yang katanya pajak pelabuhan. Whatever. Daripada ribut, sutralah dibayar saja. Berjalan melintasi jalanan di dalam pasar, kami sempatkan membeli buah potong di tukang rujak. Rasa mangganya manis, sudah dikupas dan dipotong-potong lengkap dengan bijinya, sebuah seharga 20b Sementara 3 biji durian (mungkin yang di Indonesia kita sebut durian Bangkok) dihargai 70b.

Wat Phra Kaeo
Ternyata Grand Palace terletak tepat di seberang pasar tadi. Kompleks Istana terkenal di Bangkok ini dibangun pada 1782 dan di dalamnya termasuk Wat Phra Kaeo (Temple of the Emerald Buddha). Seperti kuil-kuil lainnya di Bangkok, turis diwajibkan memakai pakaian yang sopan dan tidak terlalu terbuka bila ingin memasuki wilayah Grand Palace. Dekat pintu masuk ada tempat yang meminjamkan sarung sebagai ganti celana/rok pendek dan kemeja untuk mengganti tank top, yang banyak dikenakan turis asing di udara sepanas saat itu.

Disini turis juga bisa berfoto dengan memakai baju tradisional Thailand sebagai kenang-kenangan, bila mau. Kostumnya disewakan dan fotografernya disediakan dengan sedikit imbalan, tentunya. Mungkin karena sudah lapar dan kelelahan, anak-anak menolak masuk ke dalam. Jadi kami hanya foto-foto di halamannya saja. Saat sedang duduk beristirahat itulah kami didatangi sekelompok turis dari Korea. Dengan bahasa Inggris terpatah-patah mereka meminta kesediaan kami untuk foto bareng dengan mereka. Mereka bilang, "You all are happy family." Mungkin karena kaos warna merah seragam yang kami pakai, jadi terlihat kompak dan unik :D

Dari Grand Palace kami ke Cakraphong Road naik taxi dan berhenti di depan Tang Hua Seng department store. Rencananya kami ingin mencari makanan halal dekat mesjid di belakang hotel. Menyusuri gang kecil Trok Surao yang berada di seberang department store tadi, kami akhirnya menemukan sebuah rumah yang menjual makanan halal. Pemiliknya seorang ibu yang sepertinya berdarah India. Kami memesan 2 nasi biryani ayam dan 1 nasi tumis. Seluruhnya seharga 130b dengan porsi yang sangat generous, untuk makan siang. Selesai makan siang, kami berjalan kaki pulang ke hotel untuk beristirahat.

Makanan Halal Bangkok
Malamnya kami kembali ke gang Trok Surao untuk mencari makan malam. Pas dimulut gang ada penjual makanan halal. Yang jualan ibu-ibu berjilbab, orang asli Thailand. Beliau, menjual makanan khas Thailand seperti tom yam dan lain-lain. Meja dan kursi tadinya disusun di sisi Cakraphong Road, tapi berhubung gerimis kemudian dipindahkan ke dalam gang.

Setelah mempelajari menu yang ditempel di dinding, kami memesan 2 chicken noodle soup, 1 duck noodle soup, 1 hainan chicken rice dan 1 roasted duck rice. Duck noodle soup-nya enak, daging bebeknya yang lembut diiris tipis disajikan dengan mie seperti angel hair dan kuah yang gurih. Sementara menu lain yang kami pesan juga tidak kalah juaranya. Harga total 180b atau sekitar 50rban saja untuk 5 porsi makanan tadi. Murah dan enak! Penutup malam yang sempurna.

Besok perjalanan dilanjutkan ke pasar terapung dan Madame Tussauds wax museum. Ikuti kisahnya di Bangkok Trip (3) yaaa ;)







Alamat-alamat:


1.The Marble Temple (Wat Benchamabopitr)

69 Nakornpathom Rd 
Dusit, Bangkok 10300, Thailand
66 2 282 7413


2. The Golden Mount (Wat Saket)

Boripihat & Bamrung MuangRds, Bangkok 10200


3. The Grand Palace

Na Phra Lan Rd, 
Maharaj Pier next to Wat Phra Kaeo Temple Complex 
City Center, Bangkok





























Bangkok Trip (1)



Kota Bangkok, ibukota negara Thailand, merupakan salah satu tujuan favorit untuk wisata belanja.

Harga barang-barang di sana jauh lebih murah daripada di Jakarta, dengan mutu yang setara. Perpaduan kebudayaan yang eksotis, kuliner yang mendunia dan pembangunan yang pesat, juga membuat wisatawan manca negara tetap mengunjunginya walau negara ini pernah dilanda demo dan pemogokan besar-besaran. Bahkan bencana banjir yang melandanya baru-baru ini, tidak menyurutkan niat para wisatawan mendatangi negara yang juga dijuluki negara Gajah Putih.

Namun bagi Zi, Bangkok itu Kota Seribu Kuil. Kata Zi, karena ada banyak kuil di tiap beberapa meter. Entah itu di sekolah atau tempat bersejarah, pokoknya ada kuil dimana-mana. Seru sekali menjelajahi kotanya dan mendatangi beberapa kuil terkenal disitu. Kotanya relatif bersih dan aman, sehingga bila berjalan kaki cukup nyaman.

Seperti biasa, liburan kali ini kami juga naik AA. Mendarat sekitar jam 9 malam di Bangkok, atau hampir sejam lebih lama dari yang dijadwalkan. Pesawat harus terbang berputar-putar di atas Svarnabhumi airport akibat penuhnya jadwal penerbangan di bandara tersebut. Pertama-tama harus melewati imigrasi dulu. Rombongan dengan membawa anak-anak dipersilakan mengantri di barisan tersendiri. Setiap orang, termasuk anak-anak, diharapkan memegang passport-nya masing-masing. Lucu sekali melihat anak-anak umur 2 tahunan berdiri di depan loket imigrasi dan menatap kamera untuk dipotret sebagai syarat mendapatkan cap pada passport mereka.

Urusan imigrasi dan bagasi kelar, kami segera menuju hotel. Badan yang penat sudah kangen tempat tidur. Hotel yang kami pesan tidak menyediakan pick up service, jadi harus naik taksi yang bisa di pesan di taxi pool bandara. Ada petunjuk yang cukup jelas ke arah taxi pool yang berada di luar gedung. Turun ke lantai paling bawah dengan escalator, lalu keluar melewati pintu putar, dan belok kiri ke arah antrian calon penumpang taksi. Cukup berikan tulisan alamat tujuan anda kepada petugas, lalu si petugas akan memberikan semacam tiket ke supir taksinya dan kita dapat langsung naik. Alamat tujuan (hotel) harus dalam bahasa dan tulisan Thailand juga, karena tidak semua orang lokalnya dapat berbahasa Inggris. Nanti ongkos taksi dibayarkan setelah sampai di tujuan, sedangkan uang tol dibayarkan langsung saat di pintu tol.

Hotel kami, Rambuttri Village Inn, di dapat dari hasil browsing yang menyebutkan daerahnya cocok untuk mereka yang membawa anak-anak, karena jauh dari hingar bingar kehidupan malam kota Bangkok. Bagi mereka yang tujuannya wisata belanja, disarankan untuk mencari penginapan di daerah Pratunam yang ada pasar malamnya. Sedangkan bila anda suka keramaian khas turis seperti di Jalan Jaksa Jakarta, bisa menginap di sekitar Khaosan Road.

Dari bandara ke hotel ongkos taksinya sekitar 500b atau Rp150rb-an. Not bad lah ya, sama seperti kalau naik taksi dari Soeta ke Tebet :) Oya, berdasarkan referensi di internet, penumpang harus waspada dengan supir taksi di Thailand. Bila anda mulai merasa si supir memutar-mutar kendaraannya agar argo taksinya mahal, pura-pura saja bicara (dalam bahasa apa saja) dengan menyebut kata-kata "police". Terbukti, si supir yang sebelumnya bilang butuh waktu 1 jam untuk sampai di hotel, ternyata setengah jam saja sudah sampai :)

Hotel-hotel di Thailand, dengan rate sekitar 1100b per malam, biasanya sudah hotel yang bagus, dengan catatan memesan secara online. Rambuttri Village Inn merupakan hotel bintang 3 yang dikelilingi oleh restoran, bar, warnet, laundry, agen perjalanan dan mini market yang buka 24 jam.

Untuk deluxe triple room dengan AC dan kamar mandi di dalam, harga per malam USD 14.64 atau sekitar 150rb-an tidak termasuk sarapan. Dengan fasilitas Cable TV, Safe Deposit Box, Hot Water, kamarnya cukup nyaman kalau cuma untuk istirahat. Di rooftop-nya juga ada kolam renang yang lumayan untuk anak-anak bermain air setelah seharian lelah jalan-jalan.

Karena tidak mau repot membawa baju kotor pulang ke Indonesia, kami memanfaatkan jasa laundry kiloan selama di Bangkok. Terletak di lantai bawah dekat lobby, laundry disini memerlukan waktu 2 hari untuk baju kita terima kembali sudah dalam keadaan bersih terlipat (tidak disetrika). Lumayanlah untuk mengurangi tumpukan baju kotor sehabis liburan :D

Bagi wisatawan muslim, di belakang hotel ada Masjid Chakrapong dan perkampungan muslim. Mencari tempat yang menjual makanan halal di sekitar hotel, tidaklah sulit. Di lorong menuju masjid ini banyak penjual makanan halal sampai menjelang Maghrib. Makanan halal yang dijual di sana antara lain Martabak (daging, ayam, vegetarian), Khao Mok (nasi biryani dengan lauk ayam atau daging), dan Kari Pla (kari ikan yang nendang pedasnya dimakan dengan Roti canai). Harganya juga murah sekitar 30-50 Baht per porsi (10-15 ribuan).

Bagaimana pengalaman kami di hari kedua di Bangkok? Kuil apa saja yang dikunjungi? Kenapa harus waspada dengan tawaran supir tuktuk? Ikuti kisahnya di "Bangkok Trip (2)".






Rambuttri Village Inn
95 Soi Ram Buttri, 
Chakkra Phong Road, Nakorn 














PR Sekolah: Tugas Anak Atau Orangtua?

PR Zu
Entah karena kurikulum yang semakin berat atau memang guru dituntut untuk banyak melatih muridnya dengan soal-soal, sekarang PR (pekerjaan rumah) bukan main banyaknya. Satu pelajaran, satu PR. Kalau dalam 1 hari ada 3 pelajaran, berarti ada 3 PR. Kasihan anak-anak jadi kekurangan waktu bermain.

Untungnya, Zi bersekolah di tempat yang tidak membebani murid-muridnya dengan banyak PR. Biasanya PR diberikan sebelum libur. Bisa mengerjakan worksheets atau membuat materi presentasi atau mading. Tapi bagi Zu yang di sekolah negri, PR selalu ada setiap hari, minimal 1 pelajaran sehari. Sedangkan Za, walau dari les calistung-nya juga ada PR tetapi tidak wajib dikerjakan. Bila tidak dikerjakan di rumah, gurunya membolehkan Za mengerjakannya di tempat les.

PR Zi
Saat mengerjakan tugas dari sekolah, dari Za sampai Zi, kami sebagai orangtua hanya mendampingi, tidak membantu secara keseluruhan. Untuk Zi yang sudah kelas 6, bantuan yang diberikan hanya sebatas mengingatkan, brain storming untuk menggali ide dan mendampingi saat harus browsing internet. Zu yang baru kelas 1, masih dibantu saat browsing karena belum familiar dengan aplikasi komputer. Tetapi untuk menggunting, menempel dan menulis tetap menjadi tugas Zu. Sedangkan Za yang belum genap 4 tahun usianya, masih ditanya kapan mau bikin PR (waktu Za yang tentukan sendiri, tidak setiap hari) dan saat mengerjakannya dibantu saat mengeja, menghitung dan diawasi penulisannya.

Saya kaget waktu dengar ibu-ibu di sekolah dengan ringannya menceritakan bagaimana mereka mengerjakan PR anaknya, sementara si anak tidak melakukan apapun. Yup, benar. Ti-dak me-la-ku-kan a-pa-pun! Orangtuanya yang browsing, nyari bahan di koran/majalah, menggunting, menempel sampai menuliskannya. Parahnya lagi, orangtuanya merasa sangat bangga bila PR tersebut mendapat nilai tinggi!

Kalau tugas atau PR dikerjakan semua oleh orangtua, lalu anak dapat pembelajaran apa? Si anak akan belajar untuk mengandalkan bantuan orang lain dan tidak percaya pada kemampuan dirinya sendiri. Memangnya kenapa kalau nilainya jelek? Itu kan hasil buah pikirnya sendiri, bukan orang lain. Apakah nilai yang tinggi jauh lebih penting dari menumbuhkan rasa percaya diri anak?

Jadi, PR sekolah itu tugas anak atau orangtua? You -- parents, decide.









Semua Hanya Titipan




Semua yang kita miliki, hanya titipan Allah SWT. Jadi seharusnya, bila titipan itu diambil lagi oleh Pemiliknya, kita bisa mengikhlaskan. Itu teorinya. Prakteknya? Sayangnya, tidak semudah mengucapkan teorinya.

Contohnya anak. Dikandung 9 bulan, dilahirkan dengan mempertaruhkan nyawa, dibesarkan dengan segala upaya, bisakah kita para ibu mengikhlaskan begitu saja saat anak kita harus pergi untuk selamanya? Hampir mustahil. Pastilah ada yang berjiwa besar dan ilmu ikhlasnya sudah tinggi, bisa menerima cobaan dengan lapang dada. Tapi banyak juga yang tidak atau belum bisa seperti itu. Mungkin saya salah satunya :(

Sungguh tidak bisa membayangkan perasaan para orangtua yang anaknya menderita penyakit yang mematikan seperti kanker atau yang lainnya. Hati orangtua mana yang tidak sedih melihat anaknya menderita dan kehilangan masa kecilnya karena harus bolak balik masuk rumah sakit?

Ujian pun terasa semakin berat bila tiba saatnya melepaskan kepergian sang anak. Di satu sisi lega, si kecil terbebas dari penyakitnya. Di sisi lain, merasa kehilangan yang teramat sangat saat melihat tubuh kecilnya terkubur tanah, untuk selamanya. Pedihnya... :(

Bagi kita yang melihat, membaca, atau sekedar mengetahui berita sedih ini, setidaknya dapat mendoakan agar mereka yang sedang mendapatkan ujian berat dapat diberikan kekuatan untuk menjalani dan mengikhlaskannya. Sedangkan bagi mereka yang menjalaninya,semoga tetap tawakal dan bersabar. Semua yang kita miliki di dunia ini hanyalah titipan Allah SWT. Termasuk anak, suami, jabatan, dan harta. Kita datang ke dunia tanpa selembar benang pun, dan akan meninggalkannya dengan hanya selembar kain kafan. Tidak membawa apapun kecuali catatan amal dan ibadah semasa hidup.

اللَّھُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، ابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِیَتِي بِیَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ ھُوَ لَكَ، سَمَّیْتَ بِھِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَھُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَھُ أَحَداً مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِھِ فِي عِلْمِ الْغَیْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِیْعَ قَلْبِي، وَنُوْرَ صَدْرِي، وَجَلاَءَ حُزْنِي، وَذَھَابَ ھَمِّي

"Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak dari hamba-Mu, ubun-ubunku (nasib-ku) ada di tangan-Mu, telah lalu hukum-Mu atasku, adil ketetapan-Mu atasku, aku mohon kepada-Mu dengan perantara semua nama milik-Mu yang Engkau namakan sendiri, atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau Engkau ajarkan seseorang dari hamba-Mu, atau Engkau rahasiakan dalam ilmu ghaib disisi-Mu. Jadikanlah Al Qur'an sebagai penawar hatiku, cahaya dalam dadaku, penghapus dukaku dan pengusir keluh kesahku."


(HR. Ahmad : 1/392, dishahihkan oleh Al-Albani)