Saat Terakhir Bersamamu

Dingin, katanya.
Kunaikkan selimutnya sampai ke dagu.
Aku capek, mau pulang, katanya lagi.
Sabar ma, sedang diobati.

Haus, keluhnya.
Kusuapi sedikit air.
Mau duduk, pintanya lagi.
Belum bisa, Ma. Sabar, ya.

Kutatap wajahnya yang sangat tirus.
Kulitnya menghitam karena obat kemo.
Rambut putihnya semakin banyak yang rontok
Bibirnya putih, kering.
Kulit lengannya pun kasar bersisik.

Bertahan, ma.
Bila mama masih kuat.
Tapi bila sudah lelah,
Kami kan mencoba ikhlas.
Kubisikkan ke telinganya.

Seperti sedang tertidur lelap.
Hanya helaan nafasnya yang semakin pelan.
Kucium keningnya sekali lagi.
Menyerah, bukan berarti kalah ma.
Ikhlaskan. Sudah demikian jalannya.

Dan mama pun pergi.

Selamat berpulang, Ma.
Tak ada lagi rasa sakit.
Tak ada lagi nestapa.
Semoga diterima di jannah-Nya.





RSGP, Sabtu 14 Februari 2015, 16:37
To the strongest woman I've ever known, thank you. I learnt a lot from you. I love you, Ma.