Rezeki: Dijemput Atau Dicari?




Beberapa tahun belakangan ini, profesi seorang motivator sepertinya sedang naik daun ya? Mereka yang senang berbicara di depan publik, bisa meyakinkan banyak orang, punya pengalaman hidup sukses mengalahkan kemiskinan, bisa jadi motivator terkenal. Sayangnya, banyak masyarakat yang menelan mentah-mentah "ilmu sukses" yang mereka dengar dari para motivator itu. Akhirnya, bukan sukses yang diraih, malah kegagalan demi kegagalan yang terus dialami.

Ada seorang teman yang cerita, tabungan hasil kerjanya selama bertahun-tahun habis tak berbekas karena dipakai untuk berbisnis. Dia termotivasi berbisnis setelah mengikuti sebuah seminar bisnis seorang motivator terkenal. Tanpa bekal ilmu yang cukup, langsung terjun ke bisnis dan hasilnya... GATOT! Alias gagal total!

Menurut saya, setiap manusia sudah ditetapkan rezekinya masing-masing sejak dari dalam kandungan. Tidak akan pernah terjadi rezeki kita diambil orang. Kalau hak kita, masih mungkin diambil orang. Jadi saya percaya, rezeki itu dijemput, bukan dicari.

Menghormati dan mencintai orangtua/mertua menurut saya bukan cara untuk mempercepat rezeki, tapi itu suatu kewajiban. Tanpa dijanjikan akan menjadi kaya pun, anak wajib melakukan itu semua. Begitu juga dengan zakat, infaq, dan shodaqoh. Zakat dikeluarkan karena ada hak orang lain disetiap harta dan penghasilan yang kita peroleh. Infaq dan shodaqoh adalah salah satu cara kita bersyukur. Mensyukuri yang kita miliki dengan berbagi rezeki dan kebahagiaan dengan orang lain.

Kalau itu semua dilakukan hanya karena ingin menjadi cepat kaya, kok rasanya seperti main matematika dengan yang menciptakan kita ya? Malu saya berhitung dengan Allah, karena Dia saja tidak pernah perhitungan memberikan nikmat-Nya. Saya dikasih udara untuk bernafas, indra yang lengkap, suami yang baik, anak-anak yang sehat, bahkan saat saya masih sering lalai melakukan kewajiban yang diperintahkan-Nya x_x

Kenapa banyak orang sekarang berlomba-lomba ingin cepat kaya? Percaya bahwa menjadi pengusaha adalah cara terbaik untuk menjadi kaya, lalu ramai-ramai resign dari kantor untuk mulai berbisnis, tanpa persiapan. Itu sih konyol, menurut saya.

Kalau anda kepala keluarga, pasti dong punya kewajiban menafkahi anak istri, bahkan mungkin masih menjadi tumpuan orangtua dan saudara. Kebayang gak sih, kalau anda mendadak resign tanpa persiapan? Bisa mantab tuh! Makan tabungan! Hasilnya, seluruh tabungan ludes tidak berbekas. Lalu bagaimana nasib orang-orang yang menjadi tanggungan anda?

Betul, harus berani take action, jangan kebanyakan mikir kalau mau mulai bisnis. Tapi persiapan tetap harus ada kan, sebelum anda "bakar kapal"? Tidak semua orang harus menjadi pengusaha loh, untuk bisa menjemput rezeki yang sudah ditetapkan Allah baginya. Kalau semua mau jadi pengusaha, lalu nanti siapa yang jadi dokter, petani, guru, dosen atau tukang sampah?

Memangnya orang tidak boleh memperbaiki nasib? Tentu boleh! Tapi tetap harus ada persiapan kan? Kalau anda karyawan, mulailah usaha anda di waktu senggang. Jalani keduanya bersamaan. Bila dalam 3-5 tahun usaha yang dijalani menampakkan kemajuan yang signifikan, mulailah lakukan persiapan untuk memulai proses "bakar kapal" itu. Siapkan dana darurat, asuransi jiwa bagi anda si tulang punggung keluarga, asuransi kesehatan sekeluarga (karena nanti sudah tidak ditanggung kantor lagi), dan sebagainya.

Kalau pun anda tidak jadi pengusaha, ya tidak usah kecewa. Bersyukur saja dengan pekerjaan anda. Banyak orang yang tidak memiliki pekerjaan di luar sana, berarti anda termasuk yang beruntung kan? Ingin memperbaiki nasib? Bekerjalah dengan sepenuh hati, jangan meludahi air minummu sendiri. Maksudnya, jangan bekerja disitu tapi di luaran menjelek-jelekkan kantor tempat anda bekerja. Kalau tidak suka dengan pekerjaan anda, cari saja pekerjaan lain yang lebih sesuai. Tapi sebelumnya, berkacalah. Anda sudah pantas belum untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik?

Manusia tidak bisa mengubah takdir yang sudah ditetapkan Allah, tapi bisa mengubah nasibnya. Bahagia tidak bahagia, cukup tidak cukup, itu semua tergantung pada pikiran anda. Berusahalah dengan kemampuan terbaik yang anda miliki, dan biarkan Allah yang mencukupkan kekurangannya.

Jadi, mana yang anda yakini: rezeki itu dijemput atau dicari?


No comments: