Ulang Tahun

Pernah baca atau lihat di infotainment, artis yang merayakan ultahnya atau ultah anaknya di hotel berbintang dengan biaya puluhan bahkan ratusan juta? Hebat ya? Hebat borosnya, maksudnya.

Memang sih, itu uang dia, hak dia mau diapakan uangnya.... Tapi boleh dong, saya yang membaca/mendengar/menonton beritanya berandai-andai... Seandainya uang segitu dipakai untuk berbagi nasi bungkus, berapa fakir miskin bisa terbebas dari lapar pada hari itu? Seandainya uang segitu dipakai untuk membayar uang sekolah, berapa anak yang tidak jadi putus sekolah? Seandainya... Seandainya... *daydreaming*

Dulu waktu kecil, saya sempat beberapa kali merayakan ultah. Tapi itu tidak rutin tiap tahun, dan tidak pernah besar-besaran. Biasanya ibu saya selalu menyempatkan diri untuk memasak hidangannya, membeli kue ulang tahun, lalu mengundang teman dan tetangga. Dari pengalaman itu, yang paling ditunggu adalah acara membuka kado, setelah para tamu pulang ;)

Sekarang setelah memiliki anak, saya tidak meneruskan tradisi itu. Memperingati hari ulang tahun bagi kami hanyalah meniup lilin pada sepotong kue kecil atau sebuah mini cake ditambah 1-3 kado untuk menyenangkan hati yang sedang berulang-tahun. Untuk kado, biasanya by request dan diskusi, agar sesuai keinginan dan sesuai anggaran. Buat yang belum bisa minta atau belum tahu mau minta apa (dibawah umur 4 tahun), biasanya hadiah kecil sederhana sudah cukup membuat loncat kegirangan. Tempat pensil batman, sikat gigi princess, baju tidur pooh atau kaos Cars, adalah beberapa barang yang pernah kami berikan sebagai kado. Ternyata, tidak perlu mahal kok, untuk menyenangkan anak. Kecuali, kalau si anak sudah terbiasa memiliki barang-barang mahal, itu lain cerita.

Alangkah baiknya, kalau hari ulang tahun juga kita identikkan dengan hari berbagi. Daripada mentraktir teman yang sudah biasa makan di cafe, bagaimana kalau sekali setahun kita mentraktir kaum dhuafa atau anak yatim? Sekali mentraktir di cafe, bisa habis minimal 500rb loh, untuk 4-6 orang. Sedangkan kalau dibelikan tumpeng dan diantarkan ke panti asuhan, bisa untuk 30-35 orang. Bahkan kalau uang segitu dibelikan nasi bungkus, bisa untuk 25-50 orang. Banyak mana pahalanya? ;)

Bagaimana dengan tradisi ulang tahun di keluarga anda? Share dong, di sini.

4 comments:

Anonymous said...

Absolutely agree! :)

Tapi, karena diminta sharing, saya mau sedikit sharing juga yaaaa...

Kalau saya pribadi, sejak kecil ngga pernah kenal yg namanya ulang tahun :(
Ortu emang ngga pernah merayakan ultah kami (kakak2 dan adik juga). Hanya ucapan selamat dan doa aja. But we have no problem at all...we can live with that :)

Paling setelah bekerja, tiap ultah, ada saja temen2 (2-3 orang) yg minta traktir...kalau sekedar makan sih okelah, yg penting ngga berlebihan juga.

Sekarang, setelah menikah dan punya anak, lain lagi ceritanya. Keluarga suami kebetulan keluarga yg seneng kumpul2...dan makan2 hehehe. Jadilah setiap ultah (ortu, kakak-adik, keponakan2, tante-oom dari pihak suami) selalu berujung pd makan2, bisa dirumah atau di resto.

Kebiasaan itu dibawa suami ke dlm keluarga kecil kami. Setiap Ultah, saya harus menyiapkan makan2 dirumah. Kebayang kan ribetnya menjamu keluarga besar saya dan suami. Padahal saya sendiri maunya ultah anak dirayakan di panti asuhan atau di sekolah anak kami saja (Taman Kanak2). Untuk mengajarkan berbagi pd anak kami. Tapi....sejauh ini usulan saya blm pernah di-approve :(

Kalau ide suami dan istri bisa sama seperti Mba, pastinya asik yaaa....

Maaf ya kalo sharing-nya kepanjangan. Serasa yg punya blog :P

Thanks yaaaa

Anonymous said...

Mbak Dini, gue maunya juga gak ngerayain ultah anak. Tapi berhubung anak gue tuh cucu pertama di keluarga gue dan juga di keluarga suami, jadi yaaa eyang2nya yang seksi repotnya :D

Tp utk mengajarkan anak spy tidak selalu mengidentikkan ultah dg pesta, setiap ultahnya kami juga mengantarkan makanan ke panti asuhan (si kecil ikut). Semoga itu bisa mengajarkannya utk berbagi.

Idenya Dini said...

Makasih ya, sudah berbagi cerita di sini.

Mungkin kalau kita menghadapi situasi yang di luar kontrol kita seperti mertua yg kelewat memanjakan cucunya, atau suami yg tidak sepaham, paling tidak yg bisa kita lakukan adalah penyeimbangan.

Misalnya, kalau kita bisa keluar uang sekian untuk bersenang-senang, kita juga sebaiknya mengeluarkan sejumlah uang yang minimal sama besarnya untuk berbagi. Dengan demikian,senang-senangnya dapat, pahalanya juga dapat :)

Unknown said...

cake bs di blng wajib dlm kel ku,karna saat2x heboh yg aku dan suami sangat nikmati,yg ultah sama yg bukan ultah selalu rebutan buat motong n tiup lilin,pasti ada yg merajuk,sikut2xan,cemberut2xan...dinikmati saja,saat mrka dewasa kita nga akan temui itu lg....kado sampe skrng nga ada,karna cake ibarat kado buat mrka...karna msh kecil jd blm protes2x bgt...so dlm setaon ada 5 keik in my lovely fam....HI5