Pilih Kasih

Pilih kasih biasanya sering terjadi di sekeliling kita. Apakah di lingkungan kerja atau bahkan di dalam keluarga. Kalau di dalam keluarga, biasa terjadi pada orangtua dengan anak, kakek nenek dengan cucunya atau mertua dengan menantu.
Yang menjadi topik bahasan kali ini adalah pilih kasih antara orangtua dan anak. Umumnya, entah disadari atau tidak, kita sebagai orangtua sering membanding-bandingkan anak kita. Si Sulung yang dianggap lebih pintar dari adik-adiknya atau si Bungsu yang dimanja habis-habisan karena selalu dianggap masih kecil walaupun sudah menikah dan mempunyai anak.
Biasanya, yang kemudian menjadi korban pola asuh semacam ini adalah anak tengah. Mereka dapat mengalami second child syndrome. Karena kurang mendapat perhatian dan dukungan dibandingkan kakak maupun adiknya, si anak kedua/anak tengah ini kemudian tumbuh menjadi pribadi yang selalu ingin menyenangkan hati orang, kurang percaya diri dan butuh pengakuan atas apa yang dilakukannya. (Catatan: ini pendapat saya sebagai orang awam yang kebetulan mengalaminya sendiri).
Sungguh tidak habis pikir, bagaimana orangtua bisa pilih kasih terhadap anak-anak mereka yang berasal dari darah mereka sendiri dan lahir dari rahim yang sama. Menurut saya, CMIIW, cinta orangtua kepada anaknya, haruslah berupa cinta tanpa syarat. Unconditional love. Bagaimana pun seorang anak adalah hasil didikan orangtuanya. Ibarat sebuah karya tulis, anak terlahir sebagai kertas putih bersih, yang isinya tergantung orangtuanya yang menulisnya. Dengan Tuhan sebagai penentu tema dan pemberi nilainya.
Anak-anak saya, dari yang pertama hingga ketiga, memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Si sulung yang sangat pintar dengan angka, tetapi introvert. Si tengah extrovert, tetapi kurang tertarik pada angka. Sementara si bungsu, walau masih sangat kecil, tapi sudah terlihat sangat pede sekaligus nekat :) Bagaimana bisa saya pilih kasih terhadap mereka? Mereka anak-anak yang terlahir dari rahim saya, yang saya didik dengan tangan saya sendiri, dan yang terpenting, mereka adalah titipan Tuhan.
Mungkin ada beberapa dari kita yang berpikir, seandainya anak saya seperti anaknya si X... Tapi, pernahkah anda berpikir, anak anda juga mungkin saja berpikir, seandainya orangtua saya seperti orangtua si x? Jadi, berkacalah dulu. Sudahkah anda menjadi orangtua yang baik? Pantaskah anda menjadi orangtuanya?
Cintailah anak-anak anda seperti anda mencintai diri anda sendiri, karena mereka adalah refleksi anda dalam cermin kehidupan ini. Cintailah mereka, apa adanya.

No comments: