Relakan Dia Pergi

Kepergian seseorang yang kita kenal dan memiliki arti dalam hidup kita, pastinya sangat berat untuk direlakan. Kenangan indah bersamanya akan terasa menyakitkan bila diingat kembali. Ada yang merasa tidak percaya kenapa begitu cepat, walaupun dia tahu umur itu rahasia Tuhan. Ada yang marah pada-Nya, walau dia tahu takdir sudah digariskan.

Seorang teman baru ditinggal wafat ibundanya tercinta. Dia belum bisa mengikhlaskannya. Ibunya yang semula "terlihat" sehat mendadak sakit dan hanya dalam tempo beberapa bulan kondisinya menurun, lalu wafat. Teman saya bilang, dia ingin ibunya masih hidup, walaupun sakit. Setidaknya dia masih dapat bertemu dengan fisik (ibu)nya. Masih bisa melihat dan memeluk ibunya. Itu cinta atau egois menurut anda?

Coba keadaannya dibalik. Pernah sakit gigi? Saya pernah. Rasanya mau maarrraaaaah, nangiiiiis, sakiiiiitt sekali. Makan tidak bisa, mau ngomong saja susah. Nah, bagaimana kalau anda sedang sakit gigi seperti itu, lalu ada seseorang yang anda sayangi meminta anda menemaninya makan. Kebetulan, makanan itu makanan kesukaan anda. Tapi berhubung anda sakit gigi, anda cuma bisa duduk disebelahnya, menemaninya menikmati makanan itu. Kira-kira anda mau gak? Bohong kalau anda jawab mau!

Sekarang berusahalah berada di posisi orang yang pergi meninggalkan anda. Apa anda pikir dia tidak ingin selamanya berada disisi orang-orang yang menyayanginya? Tapi apa daya, selain umurnya sudah ada yang mengatur, rasa sakit yang dideritanya juga sudah tidak tertahankan. Anda tega membiarkannya menanggung sendiri rasa sakit itu hanya demi anda dapat melihat dan memeluknya terus? Terpikirkah oleh anda, kepergiannya justru melepaskannya dari segala penyakit yang dideritanya?

Marah dan menangis saat merasa kehilangan itu sangat manusiawi. Tapi jangan berlebihan. Kalau belum bisa merelakannya, itu tandanya yang anda rasakan adalah egois, bukan cinta. Eits, jangan protes dulu, dong. Kalau anda mencintai seseorang, pasti anda ingin dia bahagia kan? Sedangkan kalau anda egois, anda ingin memilikinya. Tidak perduli apakah dia bahagia atau tidak.

Belajarlah untuk mengikhlaskan kepergiannya. Pasti bukan hal mudah dan perlu waktu. Tetapi orang yang anda sayangi itu akan tetap "hidup" dalam kenangan indah di dalam hati dan pikiran anda. Doa anda, itu yang sekarang diharapkan dan dibutuhkannya.

Jangan sedih lagi, ya. Dia sudah berada di tempat yang lebih baik. Relakan dia pergi *huuuuuug*

Powered by Telkomsel BlackBerry®

2 comments:

Anonymous said...

Totally agreed!! (Y) jgn berlama2 memendam kesedihan, meraung2 atau terus meratapi.. Yg justru akan menjadi beban berat buat Alm. di alam sana:) pls wake up, stand up and keep on walking!!

Anonymous said...

Mencerahkan sekali bundin..
Duluuu saya jg spt 'sakit'dan marah saat papa pergi. Tapi ituu dlu..11th yg lalu. Selepas SMA, saya akhirnya mengerti. Knp Allah memanggilnya cpt. Tidak ada yg terlambat atau terlalu cepat bagiNya. Smua tepat pd waktunya. Hug bundin !