Baju Baru Untuk Lebaran, Haruskah?

Lebaran, sebentaaaar lagi..... *nyanyi* Rasanya baru beberapa hari yang lalu mulai puasa. Tidak terasa ya? Sudah mempersiapkan apa saja buat lebaran nanti? Baju? Kue? Hidangan lebaran? Bingkisan lebaran?
Kalau kue lebaran, biasanya saya menyiapkannya paling 2-3 toples saja. Karena biasanya tidak pernah kedatangan tamu. Maklum, tiap lebaran, kami yang harus mendatangi orangtua/mertua dan saudara-saudara. Jadi percuma juga disiapkan. Paling-paling kuenya cuma jadi camilan anak-anak di rumah :) Apalagi hidangan lebaran. Siapa yang mau makan? Pagi-pagi sekali biasanya setelah shalat Ied, kami langsung meluncur ke rumah orangtua/mertua. Lalu dilanjutkan ke rumah saudara-saudara, dan malam hari baru pulang ke rumah, dengan perut kenyang tentunya. Bagaimana tidak kenyang, kalau di tiap rumah pasti diwajibkan mencicipi ketupat dan kawan-kawannya? *alasan, padahal sih, numpang makan* :D
Kalau baju.... nah ini dia yang mau dibahas. Sebagian orang merasa perlu membeli baju baru tiap lebaran. Alasannya, sudah tradisi. Jadi ini sebenarnya tradisi yang diteruskan dari orangtua kita, dan sekarang kita terapkan kembali ke anak-anak kita.
Bagi yang rajin mengikuti blog saya, tentunya tau dong, saya ini tidak hobi belanja. Jadi kalau beli baju baru, kesempatannya hanya kalau sedang liburan ke kota sejuta FO (factory outlet) alias Bandung dan saat menjelang lebaran. Kalau ke Bandung, biasanya saya sekalian belanja kado untuk setahun. Saya termasuk orang yang lebih senang memberikan kado berupa pakaian. Lebih bermanfaat dan mudah mencarinya, menurut saya. Jadi tiap ke Bandung, saya selalu siap dengan daftar nama-nama anak, keponakan, kakak, adik, ipar, orangtua/mertua yang akan berulang tahun setahun ke depan.
Nah, kalau lebaran saya masih menyediakan baju baru, biasanya baju yang senada/seragam untuk kami sekeluarga, ya lagi-lagi karena alasan tadi. Saya tidak hobi belanja. Baju yang disediakan saat lebaran inilah yang biasanya kami pakai untuk ke acara pernikahan atau yang sejenisnya. Karena biasanya berupa baju berbahan batik.
Jadi berbulan-bulan sebelum bulan puasa, bahannya sudah dibeli. Sebulan sebelum puasa, sudah diantarkan ke tukang jahit. Kalau nanti ternyata sudah ada acara yang harus dihadiri sebelum lebaran, ya bajunya dipakai untuk acara itu dulu. Nanti lebaran, dipakai lagi. Tidak masalah kan?
Untuk anak-anak, saya jarang membelikan mereka baju diluar dua kesempatan yang saya sebutkan di atas. Kalaupun dibelikan, itu pasti karena benar-benar diperlukan, misalnya harus pakai kaos merah untuk acara tujuh belasan (believe it or not, si kakak bajunya 90% warna pink dan tidak satupun yang merah).
Kalau untuk saya? Wah, malah hampir tidak pernah beli sendiri. Kebanyakan barang-barang saya merupakan pemberian saat saya ulang tahun. Ngirit? Pasti anda menebak begitu. Tidak juga. Saya cuma merasa penampilan itu bukan suatu hal yang penting. Kelemahan saya ada pada buku. Kalau ke toko buku, duh.... bisa kalap!
Kembali ke topik. Baju baru untuk lebaran, haruskah? Menurut saya, tidak. Itu hanya tradisi. Pilihan ada di tangan anda, mau meneruskan tradisi itu atau tidak.

1 comment:

Anonymous said...

Rasanya untuk hal ini saya sependapat dgn Anda.

Waktu kecil saya hampir selalu dibelikan baju lebaran oleh ortu. Kenapa saya bilang hampir? Krn ada saat2 (kira2 mulai saya SD kelas 5) ortu tidak mampu membelikan kami baju lebaran. But we can live with that.

Sekarang, alhamdulillah rejeki saya & hubby lancar, lebih dari cukup, dgn 1 orang anak, tapi kami berniat tidak meneruskan tradisi baju lebaran ini. Walaupun tante2, sepupu, dan neneknya complain. Katanya :"masa anak cuma 1 ngga dibeliin baju lebaran. Kayak ngga punya duit aja!"

Tapi itulah...kami ingin menghilangkan tradisi itu dan membuat tradisi yg baru yg Insya Allah lebih baik dan bermanfaat buat semua.

Thanks postingan-nya :)

Karena lebaran tinggal bbrp hari lagi, saya ingin mengucapkan : Selamat Idul Fitri 1431H, Mohon Maaf Lahir Bathin...:)