Catatan Perjalanan: Singapura

Seperti liburan sebelumnya yang ke Malaysia, liburan kali ini juga liburan setengah maksa judulnya. Dibilang setengah maksa karena dilakukan BUKAN pada saat libur sekolah. Tapi karena hubby sedang dinas, ya saya dan anak-anak ikut karena bisa numpang akomodasi alias hotel gratis :D
Awalnya mau ikut saat hubby ke Bali, tetapi setelah browsing ternyata tiket untuk 3 (saya dan anak-anak saja, hubby pulang-pergi sendiri) orang plus bayi ke Bali Rp.6jutaan (AirAsia). Sementara tiket ke Singapura naik Tiger Airways 'cuma' Rp.2jutaan! Bukannya tidak nasionalis kalau saya akhirnya milih ke LN, tapi hanya berpikir ekonomis saja :)
Selain maraton mencuci dan menyetrika baju sebelum berangkat, sebenarnya beban saya sedikit berkurang. Koper berisi baju dan barang-barang kami telah dibawa lebih dulu oleh hubby. Saya hanya harus membawa tas dokumen, stroller, dan tas perlengkapan susu. Tapi yang namanya berangkat liburan naik pesawat tanpa di dampingi hubby, panik tentu saja ada. Ke luar negeri, apalagi. Tapi dengan niat ingin menyenangkan anak-anak, dengan Bismillah saya mulai petualangan seru ini :)
Ready to Go
Hari H-1, semua pekerjaan rumah alhamdulillah sudah selesai. Katering sudah dibatalin untuk Jumat, tukang koran sudah dibayar, barang-barang yang mau dibawa sudah siap, permintaan izin ke guru si abang sudah ditulis di com-book dan taksi sudah dipesan.
Hari H, jam 12an si abang sudah dijemput dari sekolah. Di rumah, Z langsung mandi dan shalat. Jam 15 taksi yang dipesan datang. Saat mau keluar rumah, termos si kakak tiba-tiba lepas talinya. Tidak ada waktu untuk membetulkannya, akhirnya terpaksa ditinggal. Padahal termos itu sengaja dibeli untuk dibawa liburan ini. Untung si kakak tidak ngambek. Gara-gara insiden kecil itu, waktu taksi mulai jalan, saya jadi ragu-ragu apakah tadi sudah mengunci pintu depan..... hmpfh! Benar-benar sudah tidak bisa mikir lagi. Mau balik, tidak mungkin. Jalanan mulai macet. Keringat dingin pun mulai membanjir :(
Sesampainya di bandara, masih banyak waktu sebelum check-in counter dibuka. Akhirnya kami jalan-jalan dulu di sekitar gate 2D sambil menidurkan Zaza di stroller-nya. Berhubung penerbangan yang dipilih adalah yang no frill, tentunya tidak akan disediakan makanan, kecuali bila membeli on board. Biasanya sih, menunya tidak worth it. Maka saya putuskan untuk makan dulu di HHB sebelum check in.
Selesai makan, kami langsung menuju gate 2D. Dari layar TV yang ada di situ, tertulis kalau check in counter untuk TIger Airways ada di konter 19. Tapi setelah mencari kesana-kemari, ternyata berada di gate 3. Gubraaakk!!!
Untung karena konter baru buka, antrian tidak panjang. Cuma 10 menit kurang, proses check in selesai. Dari situ langsung menuju ke konter bebas fiskal. Disini juga tidak lama. Sekitar 15 menitan. Lanjut lagi ke konter imigrasi. Alhamdulillah, lancar juga. Mungkin karena kami yang terlalu cepat sampai di bandara atau juga karena proses check in yang serba lancar, maka saat tiba di boarding gate, masih ada waktu sekitar hampir 2 jam sebelum waktunya boarding.
Karena belum bisa masuk ke boarding gate, saya mengajak anak-anak untuk duduk di kursi-kursi yang disediakan disekitar situ. Saat menunggu, hati saya miris melihat para TKI (kebanyakan wanita) yang duduk-duduk di lantai di sekitar situ. Ini kan gate untuk penerbangan internasional, kok dibiarkan ada pemandangan yang seperti ini ya? Para TKI itu tidak salah. Mungkin mereka tidak mengerti. Seharusnya pihak bandara yang menyediakan tempat yang layak bagi mereka menunggu sehingga mereka tidak harus lesehan seperti itu. Kesannya jadi kumuh dan tidak rapi.
Saat waktunya boarding, hal yang cukup mengesalkan terjadi. Seperti biasa, ada orang tidak mengerti caranya mengantri. Walaupun sudah saya sindir dengan mengatakan; "Am I invisible or he just doesn't know how to queue?" dengan suara yang cukup keras sampai orang itu menoleh ke arah saya, Tapi harapan tinggal harapan, orang itu pura-pura tidak tahu. Dia terus saja berdiri di depan saya tanpa merasa bersalah. Kalau dibilang tidak bisa bahasa inggris, rasanya tidak mungkin karena saya mendengar dia berbicara dengan anaknya memakai bahasa itu. Batin saya, sayang ya, semakin banyak uang (bisa ke LN toh?), kok ya semakin tidak tahu etika? @_@
Perjalanan sekitar 2 jam-an itu benar-benar luar biasa, karena Zaza yang tadinya diperkirakan akan tidur selama perjalanan, malah sibuk mengaduk-aduk tas dokumen saya.... hiks :( Dengan penuh perjuangan, akhirnya formulir imigrasi dan custom berhasil saya isi (total ada 4 set!). Legaaaa sekali rasanya begitu pesawat akhirnya landed. Yeeeesss!!!! :D
Bersama hubby yang sudah menunggu di bandara, kami naik taksi ke Swissotel di Merchant Road, sekitar Clarke Quay. Lewat tengah malam, anak-anak akhirnya berhasil ditidurkan. Wew.... what a day!
Day 1 in Singapore: The Adventure Begins
Pagi-pagi jam 8-an, dengan taksi kami sudah menuju Suntec City untuk mengikuti Ducktour. Maunya sih, naik MRT. Tetapi hubby harus segera kembali ke hotel karena ada acara jam 9. Konter Ducktour baru buka jam 9.30, jadi saya dan anak-anak jalan-jalan dulu di dalam mal yang baru setengah buka itu. Lumayan juga olah raga saya pagi itu. Karena tidak memungkinkan membawa baby trolley, jadi saya menggendong Zaza dengan kain gendong yang memang sudah saya siapkan dari rumah.
Ducktour kami pilih karena keunikannya. Dimana lagi dapat ikut tur sambil menaiki bis amphibi bekas kendaraan perang Vietnam, yang bisa melalui darat maupun laut? Perjalanan selama sejam dari Suntec City - Marina Bay PP itu tidak terasa membosankan dengan tour guide yang sangat ramah dan cukup humoris. Anak-anak juga sangat excited saat bis mulai memasuki perairan. Ini pengalaman pertama buat mereka (dan saya tentunya) naik kendaraan amphibi. Apalagi rutenya juga melewati Kampong Glam, Singapore Flyer dan giant Merlion. Saya rasa tur ini patut dicoba.
Sudah jam 11 lewat saat kami tiba kembali di Suntec City. Anak-anak memilih untuk makan siang di kamar hotel saja, biar bisa sambil nonton TV alasan mereka. Maklumlah, kalau di rumah, kan ada No TV policy (except VCD/DVDs on weekends). Jadi menonton TV merupakan kemewahan bagi mereka :P Setelah membeli makanan di McD, kami pun kembali naik taksi menuju hotel.
Selesai shalat Jumat, hubby sudah kembali ke kamar. Istirahat sebentar sebelum siap-siap untuk mengikuti tur ke Sentosa Island. Dijemput dengan bis di hotel, kami diantarkan ke tempat tur bermula, yaitu di Singapore Flyer. Dari tour guide yang di Ducktour, saya mendapat informasi bahwa saat terbaik menaiki Singapore Flyer adalah jam 18-1830. Saat itu tidak terlalu panas dan juga belum terlalu gelap untuk mendapatkan pemandangan yang spektakuler dari wahana dengan ketinggian 145m itu, yang menurut saya bentuknya mirip Bianglala di Dufan atau London Eye di Inggris. Tapi Z tidak mau naik Singapore Flyer. Tinggi banget, Bun... Kalau jatuh bagaimana? katanya.
Tur ke Sentosa Islands ini memakan waktu sekitar 4 jam. Tur yang sangat padat dan lumayan melelahkan, menurut saya. Tapi anak-anak tampak sangat menikmatinya. Dimulai dari Underwater World, kemudian ke Imbiah Lookout untuk menaiki Tiger Sky Tower dan menyaksikan Images of Singapore. Terakhir tur ditutup dengan menonton pertunjukan Songs of the Sea.
Underwater World semacam Water World di Dufan atau Aquaria di Malaysia. Menurut saya sih, masih lebih bagus Aquaria. Sedangkan Imbiah Lookout sendiri merupakan bagian dari Sentosa Island yang di dalamnya juga termasuk Insect Kingdom, yang sayangnya tidak termasuk dalam paket tur yang kami ikuti ini (padahal z sudah tidak sabar ingin melihat kerajaan serangga, katanya). Sementara Tiger Sky Tower adalah menara tertinggi di Singapura, dimana dari atasnya kita dapat melihat pemandangan yang menarik dari Sentosa Island dan sekitarnya.
Images of Singapore adalah semacam diorama yang menceritakan tentang perbedaan kebudayaan dan persatuan nilai-nilai yang membentuk Singapura menjadi seperti sekarang. Mungkin seperti diorama yang ada di Monas, hanya saja yang ini dikemas jauh lebih menarik :)
Kalau menurut saya, dari keseluruhan tur ini yang paling menarik adalah Songs of the Sea. Seperti juga Indonesia yang memiliki Air Mancur Menari di Monas, Singapura memiliki Songs of the Sea yang merupakan pertunjukan yang memadukan efek dari drama, air mancur, kembang api dan musik yang dapat membuat anda ikut bergoyang. Zu bahkan ikut menari-nari mengikuti irama dan baru lari kembali ke tempatnya karena kaget mendengar ledakan dari kembang api. Sementara Za tetap tidak bergeming. Dia tetap tertidur pulas sampai pertunjukan selesai :D
Malam itu, hujan. Alhamdulillah saat pertunjukan dimulai hujan sudah berhenti. Tapi kursi penonton jadi basah :( Untung bawa beberapa kantong plastik untuk alas duduk. Kalau tidak, bisa masuk angin nanti pulang dengan celana basah.
Hari sudah mulai malam saat berjalan kembali ke bis. Sudah waktunya mengisi perut, terutama buat anak-anak. Repotnya, di Singapura peraturannnya sangat ketat. Dilarang untuk makan dan minum di sembarang tempat termasuk di dalam bis. Kami berulang kali di ingatkan tour guide untuk menyembunyikan makanan dan minuman yang sedang kami konsumsi saat di bis. Habis mau bagaimana lagi? Kami satu dari dua peserta tur yang membawa anak kecil. Tapi kami satu-satunya yang membawa anak usia di bawah 2 tahun. Daripada anak-anak sakit, saya lebih memilih memberi makan mereka diam-diam. Maaf ya, pemerintah Singapura.... you don't give me any choice ;P
Peserta tur kemudian di antar ke hotelnya masing-masing dengan bis. Sampai di kamar saya langsung memandikan anak-anak, sementara hubby keluar lagi untuk membeli makan malam di mall di seberang hotel. Malam itu saya tertidur dengan perut kenyang, kecapekan dan kaki yang rasanya sebesar talas Bogor ;P
Day 2
Pagi ini rencananya mau ke Singapore Science Center dan Snow City dengan menggunakan MRT dan bis. Setelah selesai sarapan dan mandi, kami pun langsung ke stasiun MRT yang letaknya persis di sebelah hotel. Si abang senang sekali saat diminta ayahnya membeli tiket MRT melalui vending machine. Pertama-tama diperhatikannya dengan seksama contoh yang diberikan ayahnya. Berikutnya, dia langsung pede untuk mencobanya sendiri :)
Sampai di stasiun Jurong East, kami harus melanjutkan perjalanan dengan bis untuk mencapai Singapore Science Center. Sebenarnya jaraknya dari stasiun Jurong East bisa ditempuh dengan berjalan kaki dalam waktu 10 menit. Tapi daripada nyasar, lebih baik cari yang pasti, begitu alasan hubby. Ternyata benar saja. Belum ada 5 menit kami duduk di bis, sudah sampai.
Walaupun kami turun dari bis tepat di depan Singapore Science Center, tujuan pertama adalah Snow City. Letaknya memang bersebelahan. Dengan pertimabangan saat itu sudah dekat jam makan siang dan kemungkinan anak-anak tidak akan tahan lebih dari 1 jam di Snow City, karena udara dinginnya.
Snow City adalah tempat bermain salju dalam ruangan tertutup pertama yang ada di Asia Tenggara, kalau tidak salah. Untuk bisa masuk ke sana, pengunjung diharuskan memakai perlengkapan musim dingin (winter), seperti jaket tebal, sepatu boots, sarung tangan, dan helm bagi anak-anak. Mulanya saya kuatir Zaza tidak boleh masuk karena terlalu kecil. Ternyata boleh. Walaupun susah juga menemukan perlengakapan baju musim dinginnya. Semua perlengkapan disitu disewakan. Peringatan bagi yang ingin bermain di Snow City, jangan datang memakai celana pendek atau bahkan rok! Karena anda tidak akan diperbolehkan masuk.
Di dalam, suhunya ternyata minus 15 derajat! Tadinya saya sudah mau keluar lagi karena takut Zaza kedinginan. Tapi ternyata dia tenang-tenang saja, tuh. Malah tertawa-tawa waktu saya bawa meluncur dari bukit salju buatan. Walau begitu, setelah selesai photo dan merasakan satu kali meluncur, saya bawa Zaza keluar duluan. Sementara si abang yang tadinya takut untuk meluncur, malah jadi ketagihan untuk mengulanginya lagi dan lagi :D
Dari Snow City, kami menuju McD yang ada di dekat situ untuk makan siang. Setelah selesai makan, barulah kami memasuki Science Center. Di sini terdapat beberapa eksperimen sederhana dan permainan interaktif yang dapat membuat para pengunjung, khususnya anak-anak, lebih menyukai ilmu pengetahuan/sains (science). Zi terlihat antusias mencoba beberapa eksperimen. Hanya Zu yang ingin cepat-cepat pulang karena merasa tidak ada yang menarik di situ. Mungkin karena Zu masih berumur 3,5 tahun, sains belum menarik baginya :)
Keluar gedung, barulah kami tahu kalau ternyata sedang hujan. Terpaksa kami naik taksi untuk kembali ke stasiun MRT. Dari situ kami menuju ke Bugis Junction yang kemudian dilanjutkan ke Mustapha Center, sebuah toko serba ada (dalam arti yang sebenarnya) yang menjual makanan, kosmetik, suvenir, baju dan banyak lagi, yang buka 24 jam. Setelah membeli makan siang untuk dibawa, kami pun kembali ke hotel naik taksi (lagi) untuk beristirahat.
Day 3 - We're Going Home
Sore ini, saya dan anak-anak kembali ke Jakarta. Sementara hubby baru bisa pulang 3 hari lagi :( Paginya anak-anak berenang di hotel dengan ayahnya, sementara saya menyempatkan diri mencuci. Alhamdulillah, di hotel ada fasilitas laundry yang bisa dilakukan sendiri dengan memasukkan koin ke mesin cuci dan pengering. Jadi nanti di rumah, pakaian kotor tidak akan banyak. Liburan yang menyenangkan :D
Setelah kembali ke kamar untuk mandi, kami ke mal di seberang hotel untuk makan siang di BK. Lalu jalan-jalan ke Plaza Singapura naik MRT, karena masih ada sedikit waktu dan si abang masih ingin merasakan naik MRT :) Kembali ke hotel jam 15-an, langsung siap-siap ke bandara. Berbeda dengan saat datang, saya membawa 1 buah koper untuk di bawa pulang. Harapannya sih, tidak akan terlalu merepotkan karena dimasukkan ke bagasi.
Budget Terminal terlihat tidak terlalu ramai, dan banyak sekali orang Indonesia di sana dengan tas-tas besar berisi kotak-kotak sepatu, parfum dan lain-lain :) Sempat dipindahkan dari gate 2 ke gate 3, perjalanan pulang relatif lancar. Selama penerbangan, seperti sebelumnya, Zaza sibuk memanjat, menyolek orang yang lewat di dekatnya (saya duduk di kursi dekat alley) dan mengaduk-aduk tas dokumen saya :D
Sampai di Cengkareng, setelah mengambil koper dan stroller yang dititipkan di bagasi, saya membeli makan malam dulu sebelum mencari taksi. Dalam perjalanan pulang, Z dan Zu tertidur kelelahan. Sementara Za seperti tidak pernah kehabisan energi, sibuk memanjat jendela taksi (toloooooongg!!!).
Alhamdulillah, kami tiba di rumah dengan selamat. Penilaian saya terhadap liburan kali ini, Singapura tempat yang menyenangkan untuk membawa anak-anak liburan tanpa harus lapar mata berbelanja (tidak sekali pun kami menginjak Orchard Road!) walau di mana-mana ada mal. Tapi untuk makanan, masih lebih mudah mencari yang halal saat liburan di Malaysia. Sementara pemeriksaan imigrasinya juga lebih ketat dari yang di Malaysia (apa mungkin karena saya memakai hijaab panjang?).
Demikian catatan perjalanan kali ini. Saran saya, bila ingin mengajak anak anda berlibur, niatkan untuk melakukannya sepenuh hati. Jangan belum apa-apa sudah memikirkan repotnya. Dibuat simpel saja. Kan tidak masalah mereka makan junk foods selama 3-4 hari daripada menunggu makanan yang proper tapi harus masuk angin dulu. Yang penting harus halal makanannya. Make your life simpler then you can enjoy it!

3 comments:

Anonymous said...

Senangnya masih bisa liburan di luar negeri....

Btw, blog ini bisa diakses siapa aja dan dimana aja kan? termasuk facebooker...

shania tabina said...

Mantap Cing ! ~

Idenya Dini said...

Alhamdulillah :)

Btw, bs kok blog ini diakses siapa saja.... yg punya akses internet, tentunya ;)