Cara (saya) Meredam Sakit Hati

Dalam hidup ini pastilah kita pernah mengalami rasa sakit hati. Sakit hati ini dapat berupa rasa marah, iri, kecewa, sedih, dan sebagainya. Seperti juga jenisnya, cara penanggulangannya juga macam-macam. Mereka yang cenderung memiliki temperamen tinggi biasanya mengatasinya dengan melakukan balas dendam, pelampiasan atau bahkan pelarian ke hal-hal yang negatif. Mereka yang penyabar dan memiliki pemahaman agama biasanya mengatasi sakit hati dengan berwudhu, kemudian shalat atau berdoa.
Saya, walaupun termasuk orang yang emosional, tetapi mempunyai cara tersendiri dalam menghadapi penyakit kronis ini. Berikut ini cara-cara yang biasa saya lakukan dalam mengatasinya.
Marah
Orang yang mempunyai sifat emosional seperti saya, kalau sudah merasa tersinggung, cepat sekali naik darah. Untungnya, saya juga termasuk orang yang pemaaf dan gampang iba. Dulu waktu masih SMP, kalau ada teman yang saya rasa perlu diajak berantem, saya tidak langsung mengajaknya ribut. Saya tanya dulu, berani gak lawan saya? Kalau dia bilang tidak, ya sudah.... masalah saya anggap selesai (preman nanggung.... rambo berhati rinto, maklum lah.... :P ).
Sekarang, setelah memiliki suami yang super sabar, saya jadi lebih mellow :) Kalau lagi marah, malah sering nangis! (apa karena faktor usia juga, ya?) Biasanya, setelah ngomel panjang-pendek sambil nangis bombay, hati ini rasanya lega...... hilang semua dendam kesumat itu.... :D
Iri Hati
Sebagai anak tengah (ke2 dari 4 bersaudara), saya sepertinya sudah ditakdirkan untuk selalu dibanding-bandingkan dengan saudara-saudara saya. Hasilnya, tentu saja saya selalu kalah. Kalah pintar, kalah cantik, kalah baik.... dan sebagainya. Nasib.
Memiliki pengalaman selalu dibandingkan inilah yang membuat saya tumbuh menjadi pribadi yang minder dan berusaha menutupinya dengan sifat garang seperti preman tadi. Dulu, karena masih belum begitu paham agama (memangnya sekarang sudah???), saya selalu menyalahkan Tuhan karena nasib jelek saya ini. Tuhan yang tidak adillah.... Tuhan yang pilih kasihlah....
Alhamdulillah, Allah tidak marah sama saya walaupun saya sudah sangat ungrateful begitu. Setelah dewasa, saya justru bisa melihat hikmahnya. Saya jadi lebih bisa 'melihat ke bawah' dan bersyukur. Jadi, disaat hati ini merasa jelous, saya akan berusaha berpikir, pasti ada orang yang lebih susah dari saya. Minimal, saya masih punya suami dan anak-anak yang mencintai saya, atap diatas kepala saya, masih bisa makan tiga kali sehari..... Akhirnya, rasa iri yang tadi menggerogoti hati ini, berganti dengan rasa syukur yang amat sangat.... :)
Sedih dan Kecewa
Rasa sedih dan kecewa biasanya datang saat kita merasa yang kita terima atau miliki saat ini, tidak sesuai dengan standar kita. Sedih karena tidak bisa mengajak anak kita liburan ke luar negeri seperti sepupu-sepupunya.... atau kecewa karena sudah merasa melakukan yang terbaik tetapi tetap tidak dihargai...... :(
Padahal, kalau kita sedikit saja 'menurunkan standar' kita, rasa sedih dan kecewa itu tidak perlu ada. Memangnya liburan harus ke luar negeri? Please, deeehhh! Mimpi boleh, tapi lihat realita juga, dong. Gaji cekak, jangan maksain doooong..... hihihi :) Jangan sampai deh, gara-gara gengsi, sampai harus ngutang! Apa kata dunia???
Merasa sudah maksimal berbuat, tetapi tidak dihargai? Ya ikhlasin aja! Kalau ikhlas, kan gak perlu hitung-hitungan. Memangnya matematika? Toh, malaikat di kiri kanan kita tidak pernah tidur. Mereka selalu mencatat perbuatan baik-buruknya kita kan? (seperti lagunya Dewi Lestari:.... malaikat juga tahu....)
Jadi intinya, semua penyakit kronis hati itu, bisa disembuhin. Yang penting, penyakit ini jangan dibiarkan menggerogoti hati sampai hidup kita jadi tidak nyaman karenanya. Kuncinya, banyak-banyak sabar dan ikhlas. Susah? Tidak juga. Caranya, ya dengan banyak-banyak menghitung berkah yang sudah diberikan Allah sama kita dalam hidup ini. Baik yang diminta, maupun yang tidak kita minta. Pasti banyak sekali.
Bahkan hal-hal yang gratis, seperti bernafas pun merupakan berkah yang tidak ternilai kan? Bandingkan dengan penderita astma yang bernafas saja susah. Anak-anak yang selalu membuat rumah kotor dan berantakan, bukankah itu lebih baik daripada rumah kita bersih steril tetapi tidak ada suara anak-anak di sana? Suami yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya, bukankah lebih baik daripada dia sibuk dengan istri barunya? (iiiihhh, amit-amiiiiiitt!!)
Dari setiap hal, pasti ada sisi baiknya. Percayalah. Kita hanya perlu mengubah sedikit cara pandang dan menurunkan standar kita. Jadi, saat penyakit hati datang menyerang.... tarik nafas dalam-dalam....... lalu mulailah menghitung hal-hal yang dapat disyukuri dalam hidup ini.....

2 comments:

Aldhinz said...

siipp deh.. saya jg lg skit hati nih kak..! :(

Idenya Dini said...

semoga segera menemukan obatnya :)