Bisa Karena Biasa




Sudah beberapa bulan ini Zi mengumpulkan sisa uang makan siangnya untuk membeli dirham. Kalau ditanya untuk apa, Investasi! jawabnya. Kenapa dirham? Karena kalau emas atau dinar, tidak terjangkau oleh kantongnya. Inginnya sih beli saham atau reksadana, kata Zi. Sayang belum punya KTP dan NPWP :)))

Berhubung tidak diberikan uang jajan (Zi menolak, alasannya sudah membawa bekal dari rumah), hanya mendapat uang makan siang serta ditambah uang bulanan 50ribu, Zi hanya mampu membeli 1 dirham setiap 2 bulan. Setelah membongkar celengan di hari ulang tahunnya kemarin dan dibelikan dirham, sekarang total dirhamnya ada 6 koin atau bila dirupiahkan sekitar 400ribuan.

Zi mulai diberikan uang saku (dalam hal ini uang makan siang) sejak kelas 3 SD. Jumlahnya tidak berubah sampai sekarang. Sepuluh ribu rupiah saja. Baru setelah kelas 4 SD, Zi berhak mendapat uang bulanan sebesar 50ribu. Karena memang tidak dibiasakan, Zi tidak suka jajan. Membawa bekal roti dan air mineral dari rumah plus makanan dan minuman ringan tambahan bila ada ekskul di sekolah, sudah cukup baginya.

Keingintahuannya yang besar membuat Zi selalu pasang kuping bila kami, orangtuanya, berdiskusi. Termasuk saat mendiskusikan masalah keuangan. Saat itulah Zi mengenal istilah-istilah seperti investasi, reksadana, saham, logam mulia, dan sebagainya. Penasaran, Zi tidak sekedar nguping. Ikut nimbrung dan bertanya dari A-Z lalu ke A lagi, sering dilakukannya. Jadi jangan heran bila Zi sudah cukup fasih berbicara tentang investasi di usianya yang ke 11 ini.

Kok bisa, anak kelas 5 SD sudah mengerti investasi? Bisa saja, kan bisa karena biasa. Awalnya melihat, lalu mendengar, akhirnya meniru. Dengan menyediakan berbagai macam bacaan dan permainan, kami ingin mengakomodir rasa ingin tahu anak tanpa bermaksud mengarahkannya ke bidang tertentu.

Dari semua simulasi yang diberikan ke anak, pada akhirnya contoh yang dilihatnya sehari-harilah yang akan menempel di otaknya. Biar mulut sudah berbusa mengajarkan tentang hidup hemat, anak sulit menerapkannya bila orangtuanya sendiri boros. Demikian juga halnya dengan menabung dan berinvestasi. Anak meniru contoh yang diberikan oleh orangtuanya. Bisa karena biasa, kan? ;)



No comments: