Pulang Ke Kotamu (1)





"...Pulang ke kotamu,
ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgi
saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama suasana Jogja..."

Lirik lagu Yogyakarta dari KLa Project ini selalu terngiang di telinga setiap kali kata Jogja atau Yogyakarta terucap. Kota yang masih memelihara warisan budaya leluhurnya ini memiliki penduduk yang ramah dan selalu berhasil membuat saya kangen walau bukan orang Jogja.

Ini adalah kunjungan kami yang kedua. Bedanya dengan yang pertama, kali ini naik pesawat dan sudah ada Za. Tiket pesawat, seperti biasa, dibeli saat ada promo Big Sale setahun lalu sehingga dapat yang 500ribu untuk berlima, PP. Seminggu sebelum berangkat baru tahu ternyata tanggal yang dipilih pas saatnya liburan UAN SD. Kebetulan yang menyenangkan, karena Zi tidak harus bolos sekolah.

Tiba di bandara Adi Sutjipto jam 7 pagi, kami sudah dijemput mobil sewaan yang dipesan melalui kenalan orang lokal disana. Untuk mobil Avanza (termasuk supir, diluar bensin) rate-nya 350ribu untuk 12 jam. Hari ini rencananya kami akan mengunjungi Borobudur, museum Ullen Sentalu, Kaliurang, markas Dagadu dan bakpia Merlino.

Sempat kaget waktu tahu tidak ada penjualan makanan di pesawat, kecuali yang sudah memesan via online booking. Hal ini dikarenakan waktu penerbangan yang sangat singkat. Akibatnya, gembel di perut sudah mulai protes saat jam 8 belum diisi. Kami pun mampir dulu di Soto Kadipiro Pito, cabang jalan Wates, untuk sarapan sebelum ke tujuan pertama.

Soto Kadipiro adalah rumah makan sederhana yang menyediakan soto ayam dan daging beserta makanan pendamping seperti ayam goreng, tahu bacem dan hati ampela. Semua makanan di situ patoet dipoejikeun rasanya, kecuali ayam gorengnya. Sotonya terasa gurih dan bacemannya enak-enak,tapi ayam gorengnya alot (mungkin karena ayam kampung jantan). Entah karena lapar atau memang beneran doyan, 3pzh terlihat lahap sekali menghabiskan makanan mereka. Untuk 5 nasi, 4 soto, 1 ayam, 3 tempe, 2 tahu, 1 kerupuk, 3 teh manis panas, dan 1 tape panas totalnya hanya 60ribu. Pas di lidah, pas di kantong lah pokoknya :D

Perjalanan pun dilanjutkan. Sepanjang perjalanan menuju Borobudur, di kanan kiri jalan tampak bekas aliran muntahan merapi di sungai-sungai di bawah jembatan. Pak supir yang bernama Poniman ini sangat ramah dan pandai bercerita. Beliau mengemudi sambil menceritakan peristiwa meletusnya Gunung Merapi beberapa waktu lalu yang memakan banyak korban. Sementara itu Zi terlihat sibuk mengabadikan semuanya dengan kamera saku yang selalu tergantung di lehernya dan membuat catatan perjalanan di buku tulis yang selalu dibawanya di dalam "tas kerja" (istilah Zi untuk tas sagala aya-nya).

Pak Poniman menyarankan bila ingin ke Borobudur waktu yang tepat adalah sebelum jam 12 pagi. Kalau tidak, di atas candi nanti akan terasa panas sekali. Jadi sebaiknya siapkan topi dan payung untuk melindungi kepala dari teriknya matahari.

HTM (Harga Tiket Masuk) Borobudur adalah untuk dewasa @30rb dan anak2 @12.500 jadi untuk kami berlima total 103rb sudah termasuk mobil. Sebelum naik ke candi, pengunjung dewasa diwajibkan memakai kain batik dulu, tanpa dipungut biaya. Berbeda dengan tahun 2008 waktu pertama kali kami ke sana, sekarang ada kereta yang mengantarkan pengunjung sampai ke dekat candi dengan hanya membayar @5rb (dibawah 3 tahun gratis). Asyiknya, tiap tiket mendapatkan 1 botol air mineral gratis. Lumayaaan :)

Ada banyak penjual topi dan berbagai souvenir di kawasan wisata itu. Karena mengikuti saran Pak Poniman, kami tidak membeli apapun disitu. Katanya, bila kita membeli, maka akan diikuti oleh serombongan penjual yang menawarkan dagangannya dengan setengah memaksa. Gak nyaman banget kan? Jadi kami hanya menyewa payung seharga Rp5ribu untuk 2 payung karena lupa membawa topi untuk anak-anak.

Borobudur sekarang lebih teratur dan bersih dibandingkan 4 tahun lalu. Mungkin karena para penjual dilarang naik sampai ke pelataran candi. Banyaknya satpam yang patroli juga menambah rasa aman. Senang melihat tempat sampah di beberapa sudut candi. Semoga wisatawan mau membuang sampah pada tempatnya. Miris saat melihat relief dan stupa-stupa yang rusak, tapi syukurlah perbaikan sedang dalam proses.

Dari Borobudur, kami langsung meluncur ke Ullen Sentalu. Museum unik ini berada di daerah Kaliurang. Sayangnya, saya lupa peraturan museum yang selalu buka di hari Sabtu dan Minggu, tetapi tutup di hari Senin. Hadeeeh, kecewa banget rasanya. Padahal sudah sampai di depan pintunya :'(

Mengobati kekecewaan, mobil pun diarahkan ke kawasan wisata Merapi di Kaliurang. Melewati pemandangan yang sawah yang hijau dan udaranya yang sejuk, benar-benar bikin hati adem. Jendela mobil sengaja dibuka agar kami bisa merasakan sejuknya udara pegunungan.

Parkir di depan warung-warung yang menyediakan oleh-oleh dan makanan, mata saya mencari-cari sebuah warung rekomendasi dari TL-nya @arieparikesit, salah seorang member milis Jalan Sutra yang juga pemilik Kelana Rasa. Akhirnya saya menemukannya, Warung Mbah Carik.

Warung ini menyediakan makanan khas daerah Kaliurang, yaitu jadah tempe yang dimakan dengan cabe rawit. Perpaduan ketan putih (jadah) dengan tempe bacem yang rasanya antara gurih, manis dan pedas ini cukup enak dan mengenyangkan. Harganya pun sangat murah, hanya Rp.1.200/porsi (1jadah+1tempebacem). Selain itu juga tersedia wajik dan beberapa camilan lainnya. Wajiknya enak, tidak terlalu manis seperti rasa wajik pada umumnya. Harganya hanya Rp.400/potong. Cocok disantap sebagai teman minum teh atau kopi panas di udara dingin seperti saat itu.

Kawasan wisata kaliurang sebenarnya tidak hanya terbatas di pelataran parkir itu. Pengunjung bisa naik ke atas gunung, seperti yang dilakukan Zi seorang diri dengan hanya bermodalkan HT untuk berkomunikasi dengan kami. Zi the explorer berjalan-jalan sendiri (tapi diikuti oleh ayahnya dari jauh) sambil mengambil foto-foto hewan liar yang banyak terdapat di pepohonan sekitar situ, seperti monyet dan tupai.

Perjalanan kemudian dilanjutkan ke Dagadu dan Bakpia Merlino untuk membeli oleh-oleh. Kalau anda naik becak di tengah kota, biasanya dengan hanya membayar Rp.10.000 sudah bisa keliling kota Jogja dan diantar ke toko oleh-oleh. Tapi hati-hati, biasanya anda akan diantar ke toko Dagadu palsu yang produknya overpriced (karena mereka harus memberikan tip pada tukang becak/andong yang mengantarkan wisatawan ke sana). Dagadu tidak memiliki cabang, tapi punya outlet di Malioboro mal. Diluar itu sudah dapat dipastikan, palsu.

Mendapat rekomendasi dari teman, saya berburu bakpia terenak (tapi tidak banyak yang tahu) yang lokasinya tidak jauh dari Dagadu. Bakpia Merlino, namanya. Menjual berbagai macam oleh-oleh khas Jogja, termasuk coklat Monggo. Sayang saat itu bakpia kejunya belum matang. Oleh penjaga tokonya disarankan untuk ke pusatnya saja. Meluncur lah kami ke sana untuk berburu bakpia keju idaman. Alhamdulillah, stok tersedia. Kalau disini, jangan lupa sekalian beli minuman secang instan. Semacam wedang berwarna merah, yang rasanya enak bila diminum hangat-hangat.

Jalan-jalan dan oleh-oleh sudah, sekarang waktunya check in hotel. Mencari hotel di Jogja tidaklah mudah. Kata Pak Poniman, sering penuh karena di Jogja banyak diadakan international events. Jadi harus book jauh-jauh hari. Go show sangat tidak disarankan. Saat ini ada 3 hotel bintang 5 yang sedang dalam tahap pembangunan untuk mengantisipasi kebutuhan akomodasi wisatawan Jogja.

Bagi kami yang memiliki 3 anak masih kecil-kecil dan tidak mungkin tidur terpisah, perlu triple room atau family room. Sayangnya kamar jenis ini susah di dapat di hotel-hotel tengah kota, biasanya banyak terdapat di cottage luar Jogja. Bermodalkan browsing akhirnya kami mendapatkan hotel dengan kriteria idaman: triple room, ada kolam renang, dan hanya 5 menit jalan kaki ke Malioboro. Hotel Petimas di Jalan Dagen.

Hotel kecil berlantai 2 yang asri dengan karyawannya yang ramah dan sangat membantu. Cocok sebagai hotel keluarga yang punya anak kecil. Untuk triple room rate-nya Rp.648ribu/malam. Harga kamar sudah termasuk snack sore (teh+camilan diantar ke kamar) dan sarapan untuk 2 orang di restorannya. Rasa makanannya pun enak, untuk nasi goreng dan mi gorengnya. Tapi untuk sarapan yang free (termasuk harga kamar), harus pesan dulu dari sore mau sarapan apa (pilihannya: buryam, nasgor dan migor). Pesannya ke petugas yang mengantarkan snack sore ke kamar.

Dari hotel jalan kaki ke Malioboro hanya 5 menit kurang. Strategis sekali. Dekat kemana-mana. Bahkan di mulut gang ada cabang Gudeg Yu Djum yang terkenal itu. Sekitar jalan Dagen sendiri ada minimart, atm Mandiri, pangkalan becak dan mobil charteran. Jajanan seperti sate ayam dan nasi kucing juga ada. Lingkungannya yang selalu ramai sampai larut malam, memberikan rasa aman untuk wisatawan yang harus pulang larut ke hotel.

Bagaimana kisah selanjutnya? Naik apa keliling Jogja? Ada apa di Taman Sari? Apa itu Taman Pintar? Ikuti terus kisah perjalanan kami di Jogja selanjutnya ;)




Alamat-alamat:

1.Soto Kadipiro Pito
Cabang Jalan Wates
Jl. Magelang KM 9,5
Mulungan, Sleman, Jogja

2.Borobudur
Magelang, Jawa Tengah
Koordinat GPS: S7°36'28.3" E110°12'13.5"

3.Museum Ullen Sentalu
Jl Boyong, Kaliurang
Telpon 0274-895161/880158


4.Dagadu
di Malioboro Mall, di Jalan Pakuningratan, dan di Ambarukmo Plaza. 

5.Bakpia Merlino
Jl RE Martadinata 24B, telpon 0274588036
Jl Panuningratan 55, telpon 0274562334
Buka jam 7-20

6.Coklat Monggo
*Mirota Batik Malioboro
Jl. Jenderal Ahmad Yani No. 9 (Malioboro Selatan) Yogyakarta
*Hero Malioboro
Jl. Malioboro ( Malioboro Mall) Yogyakarta
*KF Malioboro
Jl Malioboro 21 

7.Hotel Petimas
Jl. Dagen 27
Yogyakarta
Telp. 0274-561938 - 513191
Fax. 0274-580188
www.yogyes.com/peti-mas
petimas@yahoo.com




No comments: