Saat Si Kecil Sakit

Orangtua mana sih yang tidak panik kalau anaknya sakit? Apalagi kalau sakitnya berhari-hari. Sedih banget ngeliat anak lagi sakit, lemes, rewel... Rasanya, kalau saja bisa, ingin penyakit itu dipindahkan ke saya :(

Za pernah diare berhari-hari bahkan sampai 3 minggu baru sembuh total. Kejadiannya beberapa bulan lalu, sekitar seminggu sebelum liburan ke Singapore. Hari Minggu, kami menemani tamu dari Malaysia ke Taman Safari Indonesia (TSI). Cuaca saat itu mendung dan berangin. Selasa malam, Za mulai panas, sampai di atas 38 derajat celcius.

Seperti biasa, kalau anak panas tinggi, yang pertama saya lakukan adalah menyiramkan air ke seluruh badan (dari kepala hingga ujung kaki) 2-3 gayung, lalu dikeringkan dengan handuk, dibaluri minyak kayu putih dada, perut, punggung dan telapak kaki, lalu dipakaikan pakaian yang tidak tebal plus kaos kaki. Lalu diberi cairan (air putih, teh manis hangat dan sufor) yang banyak. Sama sekali tidak diberi obat panas, karena baru 1 malam panasnya.

Alhamdulillah, paginya Za sudah tidak panas lagi. Baru mulai lega, eeeh sorenya Za diare :( Lagi-lagi, saya tidak mau buru-buru memberi obat. Hanya teh pahit dan air putih (selain susu dan makanan) yang diberikan pada Za. Coba dikasih oralit, tapi malah ditepis gelasnya. Sampai tengah malam, BAB-nya ada 10 kali. Sufornya saya stop di hari ke 7 karena berdasarkan pengamatan, setiap habis minum susu, BAB-nya jadi lebih sering. Sementara itu, Za masih tetap aktif seperti biasanya.

Diare ini terus berlangsung beberapa hari. BAB-nya bahkan pernah sampai 20 kali sehari. Saya keukeuh tidak mau kasih obat, karena hasil nanya-nanya ke mbah google, katanya diare seperti ini disebabkan oleh virus. Diare yang disebabkan oleh virus, akan sembuh dengan sendirinya tanpa perlu diberi obat. Prosesnya 1-3 minggu. Selama itu, observasi anak, apakah rewel atau tetap aktif, dan jaga jangan sampai dehidrasi.

Pertahanan saya mulai goyah saat hubby berulang kali menanyakan, apakah Za tidak perlu dibawa ke dokter. Mungkin hubby kuatir, bagaimana Za nanti kalau kami jadi berangkat liburan. Akhirnya, sehari sebelum berangkat, kami ke dr Waldi. Dokter ini yang biasa mengisi rubrik kesehatan di tabloid N**A. Info dari mbah google, dokter Waldi ini tidak mudah meresepkan antibiotik (AB) ke anak. Saat itu, sudah 8 hari sejak Za panas, dan BAB-nya masih 10 kali sehari.

Sesuai harapan saya, dr Waldi sama sekali tidak meresepkan AB. Diagnosanya, Za kena virus 2-3 hari sebelum panas. Dokter menanyakan, apakah 2-3 hari sebelum panas, Za ada kena angin yang sedikit kencang, ke tempat-tempat yang ramai? Setelah diingat-ingat ternyata memang benar, wiken minggu lalu kami kan ke TSI. Berarti di sanalah Za terpapar virus itu. Dokter hanya meresepkan Zinc kid. Katanya, itu bukan obat diare hanya zat besi agar bila suatu saat terkena virus lagi, pencernaannya lebih kuat dan diarenya tidak akan separah yang sekarang. Selebihnya Za disarankan untuk mengurangi asupan susu formula (sufor)-nya agar mengkonsumsi asupan makanan padatnya lebih banyak (ini karena berat badan Za dinilai masih kurang untuk anak seusianya). Anak di atas 2 tahun hanya membutuhkan maksimal 2 gelas susu sehari. Untuk susu, dr Waldi mengatakan susu murni jauh lebih baik kandungannya daripada sufor.

Pulang dari dokter malam itu, saya merasa mendapat penguatan atas semua tindakan saya selama ini. Saya sengaja tidak cerita ke siapa-siapa tentang penyakit Za karena malas mendengar omongan orang yang belum tentu setuju dengan cara saya ini. Bukan tidak mungkin saya di cap "raja tega" karena keukeuh tidak mau memberikan obat. Tapi malam itu, semua keragu-raguan saya terjawab. I'm on the right track!

Hari Kamis, atau hari ke 10 Za sakit, kami berangkat liburan berbekal diaper yang banyak. Zinc Kid tetap dibawa walau lebih banyak yang dimuntahin lagi daripada yang masuk ke perutnya. Selama tidak minum sufor, saya perhatikan Za lebih cepat tantrum dan semakin susah diatur. Tapi alhamdulillah, walaupun sering nangis kalau minta susu, Za mau berhenti merengek kalau dijelaskan tidak boleh susu karena lagi sakit perut.

Sampai pulang kembali ke rumah 4 hari kemudian, frekuensi BAB Za masih 5 kali sehari. Pupnya masih (maaf) encer, hijau dan bau sekali. Sufor mulai dikasih lagi setelah BAB-nya tinggal 3 kali sehari. Lalu setelah 3 minggu, alhamdulillah akhirnya diare Za sembuh.

Tidak mudah memang menjadi ibu yang pro RUM (Rational Use of Medicine). Perlu mendapat dukungan dari suami dan lingkungan sekitarnya. Tapi buat ibu super duper stubborn seperti saya, yang selalu percaya bahwa saya lah orang yang paling bertanggung jawab akan kesehatan dan keselamatan anak-anak saya, info-info yang saya dapat dari google, milis, dan media lainnya sangat membantu di kala keyakinan saya mulai goyah.

Ternyata sebagai orangtua, kita harus menjadi orangtua yang pintar. Rajin membaca dan mencari info-info dari sumber-sumber yang terpercaya. Di bawah ini saya berikan links untuk membantu anda mencari info-info kesehatan. Semoga bermanfaat :)

Links

Diare: http://medicastore.com/diare/tanya_jawab_diare.htm

Milis sehat: www.milissehat.web.id/

Mayo clinic: www.mayoclinic.com/


Powered by Telkomsel BlackBerry®

1 comment:

Anonymous said...

Huaaaa sama seperti sakitnya anakku beberapa bulan lalu. Tapi aku panik mbak, gak tega liat dia yang diare gitu :'( akhirnya dirawat hampir seminggu di RS.

Besok-besok aku mau jadi ortu yang lebih smart deh. Demi anak-anakku.

Makasih mbak, sudah diingatkan *hugs*