Cepat sembuh, Ma

Siang tadi, saat mendapat kabar mama mertua, yang sedang dalam perawatan di ICU, kondisinya memburuk, saya tetap berusaha tampak tenang di depan suami dan anak-anak. Kami segera melarikan mobil ke rumah sakit.
Karena anak-anak tidak ada yang jaga di luar (anak-anak dilarang masuk ruang ICU), kami harus masuk bergantian. Saya mendapat giliran terakhir. Di dalam, saya miris sekali melihat keadaan mama mertua. Banyak selang menempel di tubuhnya yang ringkih. Mukanya pucat dan tubuhnya tampak semakin kurus. Dari informasi adiknya yang lebih dulu datang, mama mertua belakangan ini sering lupa dan mengigau. Saat saya datang itu, beliau terlihat sedang shalat, tetapi di tengah-tengah shalat, beliau beberapa kali jatuh tertidur.
Sambil berdoa dalam hati bagi kesembuhannya, saya menunggui beliau menyelesaikan shalatnya. Kemudian saya mencium tangannya yang hanya berupa tulang berbalut kulit. "Bagaimana kabarnya, Ma?", tanya saya. Mama langsung membentangkan tangannya seperti hendak merangkul, sambil berkata, "Maafin Mama ya, Din...". Saya langsung merangkulnya. "Maafin Dini juga ya, Ma. Cepat sembuh..." kata saya. Air mata pun tumpah seketika.
Ingatan saya kembali ke 8 tahun yang lalu. Saat itu saya sedang hamil anak pertama. Mama mengajak pembantunya menjenguk saya di rumah hanya untuk membuatkan saya rujak! Saya sungguh beruntung mendapatkan mama mertua yang sangat perhatian seperti beliau. Kehidupan perkawinan saya pun jauh dari kasus mertua vs menantu, seperti cerita-cerita yang pernah saya dengar.
Dalam setahun belakangan ini, kondisi mama memang sangat menurun. Bobot tubuhnya berkurang sampai 20kg. Dalam setahun saja, sudah lebih dari 2 kali beliau dirawat di rumah sakit. Masalah di pencernaan yang bersumber dari beban pikiran, demikian diagnosa dokter.
"Zaza mana?" tanya beliau tiba-tiba. Tangannya mengelus-ngelus kasurnya yang sebelah kiri. Di rumah sakit yang sebelumnya, Zaza anak ketiga saya, memang sering saya tidurkan di sebelah beliau. Rupanya memorinya sedang kembali ke saat itu. "Ini siapa?" tanya beliau lagi sambil menunjuk ke saya yang sedang menyuapi makan siangnya. Kali ini memorinya tentang saya, sedang hilang ternyata. Saya berharap, memori beliau yang melemah ini juga dapat menghilangkan beban pikiran yang menjadi sumber penyakitnya selama ini.
Ya Allah, berikanlah yang terbaik bagi mama. Sayangi beliau, ampuni dosa-dosanya. Cepat sembuh ya, Ma.... doa kami menyertaimu.

2 comments:

Unknown said...

Semoga mama cepat sembuh.. :)

Idenya Dini said...

thank you, ji.