La Tahzan

Air mata terus turun membasahi pipinya. Sajadah tempatnya bersujud, sudah basah dari tadi. Allah... Allah... Ikhlaskan aku, sabarkan aku, kuatkan aku... doanya dalam isak perlahan.

Beberapa hari belakangan ini, hidupnya terasa sangat berat dijalani. Menangis bahkan menjadi semacam kebiasaan. Tiada hari tanpa menangis. Hatinya terasa seperti dicubit-cubit setiap mengingat perlakuan tidak adil yang diterimanya.

Cobaan semakin terasa berat saat orang-orang disekelilingnya yang mengetahui bahwa dia di dzalimi, diam seribu bahasa. Mereka pura-pura tidak mendengar, pura-pura tidak melihat.

Doa-doanya semakin panjang di akhir shalat. Sampai pada suatu hari, dia berpikir: belakangan ini dia banyak menangis, mungkin karena Allah sedang menyiapkan sesuatu untuk membuatnya tersenyum.

Bukan kah dalam surat Alam Nasyroh, Allah berfirman,

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."

Allah sudah menjanjikan itu (sesudah kesulitan ada kemudahan). Apa masih ragu dengan janji-Nya? Perlahan, sebuah keyakinan menyelusup dalam hatinya. Bersabar. Itu yang harus dilakukannya sekarang. Allah tak pernah ingkar janji.

Diusapnya air mata yang membasahi pipinya. Tapi kali ini dengan senyum tersungging di bibir. La Tahzan. Innallaha Ma'ana. Jangan bersedih. Karena sesungguhnya Allah bersama kita.






Catatan:
Kutulis ini untuk seorang teman yang sedang bersedih. Semoga badai cepat berlalu.

No comments: