S H A L A T

Mengajarkan anak untuk shalat bukan pekerjaan mudah. Bahkan setelah mereka hafal gerakan dan doa shalatnya, masih harus dibiasakan untuk shalat tepat waktu. Jangankan anak-anak, kita saja yang dewasa masih sering menunda shalat.

Bayangkan, ditengah keasyikan membaca buku atau bermain boneka, tiba-tiba diingatkan untuk shalat. 'Ya, sebentar, bun'.... dan yang 'sebentar' itu bisa jadi sejam kemudian belum dikerjakan juga.

Belum lagi acara tawar menawar yang bisa menjadi ujian kesabaran. 'Iya, nanti selesai bab ini, bun' atau 'Nanti ya bun, si hula (nama bonekanya) mau mandi dulu.' Hhhhhhhh!

Sudah menjadi kesepakatan saya dan hubby untuk mulai mengajarkan anak-anak shalat dan puasa sejak mereka berusia 4 tahun. Terlalu kecil? Gak juga. Umur 7 tahun kan anak sudah harus shalat. Jadi masih ada waktu 3 tahun untuk mengajarkan dan membiasakan anak-anak shalat tanpa paksaan. Alon-alon asal kelakon.

Kami mengajarkan ke 3pzh, shalat itu adalah saatnya kita meminta, berterima kasih dan berkomunikasi sama Allah SWT. Kalau sedang senang, kita berterima kasih sama Allah. Sebaliknya bila sedang sedih, kita mengadu pada-Nya.

Dimulai dengan mengajak mereka shalat berjamaah. Imam harus mengeraskan bacaan hingga mereka bisa hafal dengan seringnya mendengar. Saat mereka sudah bisa shalat sendiri, mereka juga harus mengeraskan suara agar bisa dikoreksi bila ada yang salah dalam bacaan doanya.

Untuk membiasakan shalat ini, saat sedang dalam perjalanan pun kami selalu mampir di musholla terdekat bila sudah waktunya shalat. Alat shalat seperti mukenah dan sajadah harus selalu ada di mobil. Di gadget juga di pasang aplikasi untuk pengingat waktu shalat. Jadi jangan sampai ada alasan, 'nanti aja kalau sudah sampai baru shalat'... atau 'dijamak aja deh'. Bagaimana anak bisa paham bahwa shalat itu wajib kalau orangtuanya saja sering menyepelekan shalat?

Demikian juga saat Ramadhan tiba. Buka puasa di luar rumah jarang kami lakukan. Kecuali kalau undangan bukber (buka bersama)-nya diadakan di rumah. Bukannya sombong tidak mau silaturahim, tapi kalau bukber di mall susah shalatnya, apalagi tarawih-nya. Kasihan 3pzh, pasti sudah mengantuk kalau pulang dari mall baru shalat tarawih di rumah.

Namanya anak-anak, pernah juga mereka ingin seperti teman-temannya yang ngabuburit di mal atau bioskop. Tapi alhamdulillah, setelah dijelaskan, mereka bisa menerima alasannya. Bulan suci datangnya cuma setahun sekali. Pahala yang dijanjikan pun berkali lipat dari bulan biasa. Sayang kan, kalau tidak digunakan untuk memperbaiki ibadah?

Walau tidak mudah, butuh waktu lama dan stok sabar yang buanyaaaaakk, tapi jangan menunda mengajarkan shalat pada anak. Anak itu kan tiket kita ke surga. Kalau salah kita mendidiknya, jangan sampai tiket ke neraka yang kita dapatkan. Hiiii... naudzubillah min dzalik.

No comments: