No TV

"Anak-anak pada kemana? Sudah tidur?" tanya tamu yang berkunjung jam 8 malam itu. "Sudah siap-siap tidur," jawab saya. "Sepi," katanya lagi sambil melirik layar tv yang gelap. "Kan disini memang tidak nonton tv, selain untuk nonton bola dan vcd," ujar saya lagi. "Haaah? Kok bisa sih ga nonton tv??" wajah si tamu terlihat antara bingung dan tidak percaya.

Reaksi seperti itu sudah sering saya lihat setiap kali menjelaskan tentang peraturan tanpa tv (no tv rule) yang diterapkan di rumah. TV sudah menjadi hiburan murah bagi semua orang. Walau acaranya sering kali tidak sesuai dengan umur pemirsanya dan cerita sinetron-sinetronnya juga dangkal dan tidak mendidik, tv lazim dinyalakan lebih dari 10 jam sehari.

Dulu, sewaktu hanya baru ada zi, saya masih menonton tv. Saya selalu menemani zi saat menonton dan sengaja dipilihkan yang bahasanya tidak kasar (seperti teletubbies, blue dan sejenisnya). Ditemani, agar bila sewaktu-waktu ada yang ingin ditanyakan zi, saya selalu ada di sana untuk menjawabnya.

Tapi setelah ada zu, pekerjaan rumah semakin banyak, sehingga tidak memungkinkan saya untuk mendampingi mereka saat menonton tv. Sejak itulah tv berfungsi hanya untuk menonton vcd (di hari libur) dan pertandingan bola. Alhamdulillah, anak-anak juga tidak pernah mencuri-curi kesempatan menonton tv. Mereka tahu, bila hari libur pasti diperbolehkan menonton vcd.

Banyak kartun tv yang bahasanya tidak sesuai untuk anak-anak. Belum lagi iklan-iklannya. Saya pernah menyaksikan iklan dewasa dipasang di antara jam tayang sinetron prime time. Belum lagi artis-artis berpakaian seronok di acara komedi yang digemari pemirsa anak-anak hingga manula.

Selama ini, alhamdulillah belum ada sisi negatif yang kami rasakan dengan no tv rule ini. Sisi positifnya banyak. Diantaranya, anak-anak jadi lebih memilih membaca dan bermain daripada duduk di depan tv. Bahasa percakapan mereka sehari-hari juga lebih santun, tidak mengikuti sinetron yang banyak adegan marahnya. Sedangkan bagi saya sendiri, penyakit insomnia yang sudah menahun, bisa sembuh dengan sendirinya. Asyiknya lagi, saya terjauh dari dosa berghibah karena tidak menonton acara infotainment yang bertaburan di layar tv dari pagi hingga malam.

Tidak perlu takut ketinggalan berita bila tidak menonton tv. Berita masih bisa diperoleh dari berbagai media seperti koran, majalah, atau internet. Jadi, no tv, siapa takut?! ;)


Powered by Telkomsel BlackBerry®

No comments: