Revenge Is (NOT) Sweet

Beberapa minggu belakangan ini saya sering berkeluh kesah ke hubby. Permasalahannya timbul dari keinginan diri yang ingin berhenti pasrah. Selama ini saya merasa, sering diperlakukan tidak adil. Orang sering salah menilai saya karena penampilan luar saya. Orang sering mengkambing-hitamkan saya untuk kesalahan yang diperbuatnya. Orang sering memperlakukan saya seenaknya, karena saya tidak pernah protes. Saya bertanya pada hubby, apa saya harus berubah menjadi lebih berani menggugat?
Dalam keadaan marah itulah, kemarin saya mengalami suatu kejadian yang menurut saya menjadisalah satu turning point dalam hidup saya. Saya tidak bisa menjelaskan kejadiannya, tapi intinya begini: seseorang berbuat kesalahan kepada saya, lalu saya membalasnya. Ini benar-benar diluar kebiasaan saya. Biasanya, diperlakukan seperti ini, paling banter saya mengomel atau cerita ke hubby. Tapi kali ini beda. Mungkin kemarahan yang terpendam beberapa minggu belakangan inilah yang jadi biang keladinya.
Anehnya, setelah melihat orang itu mengalami hal yang sama dengan yang dia lakukan ke saya, kok saya malah jadi tidak tega? Saya malah mau membantunya. Saya mengharapkan akan merasa, lega, senang, puas atau semacam itulah. Tapi ini tidak. Saya justru merasa kasihan dan menyesal telah membalasnya.
Dari sini saya berkesimpulan, revenge is NOT sweet. Balas dendam itu tidak menyenangkan. Mungkin sudah menjadi takdir saya, dilahirkan untuk selalu jadi kambing hitam bagi orang lain. Mungkin memang saya dilahirkan untuk selalu pasrah bila diperlakukan tidak adil. Mungkin. Yang pasti, sejak saat itu, saya berjanji untuk tidak akan pernah lagi membalas perlakuan tidak adil yang saya terima. Semoga saya bisa terus memegang janji saya ini. Bagaimana pun, Allah tidak tidur. Dia yang Maha Adil, pasti tidak mungkin salah menilai hamba-Nya. Setuju?

No comments: