Bukti Mempertuhankan Allah

Di sebuah forum, seseorang memposting foto seorang ulama besar Indonesia yang sudah wafat dengan tulisan yang menyertai foto tersebut sebagai berikut:

"Jika kamu membenci orang karena dia
tidak bisa membaca al-Qur'an, berarti
yang kamu pertuhankan itu bukan Allah, tapi al-Qur'an.

Jika kamu memusuhi orang yang 
berbeda Agama dengan kamu, berarti
yang kamu pertuhankan itu bukan
Allah, tapi Agama.

Jika kamu menjauhi orang yang
melanggar moral, berarti yang kamu
pertuhankan bukan Allah, tapi moral.

Pertuhankanlah Allah, bukan yang
lainnya. Dan pembuktian bahwa kamu
mempertuhankan Allah, kamu harus menerima semua makhluk. Karena
begitulah Allah."

Lalu sebagai member forum tersebut, saya jadi penasaran. Maka saya bertanya,

"Lalu bagaimana dg nabi dan rasul yg berperang melawan orang kafir? Apa mereka berarti tidak mencintai Allah? #seriusnanya ."

Dijawab oleh yang posting tadi, "Saya hanya menyitir ucapan para tokoh yang mengajak kerukunan. Maaf bila tidak berkenan 🙏 ."

Sebenarnya, saya bertanya karena memang tidak mengerti apa hubungannya dengan "pembuktian bahwa kita mempertuhankan Allah adalah dengan menerima semua makhluk".

Benarkah kerukunan dapat tercipta dengan cara menerima semua makhluk? Bagaimana dengan makhluk yang merusak, dalam hal ini merusak akidah atau agama, atau yang bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat timur seperti di Indonesia?

Contohnya, para pelaku maupun pendukung LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual and Transgender)? Apakah kita harus menerima keberadaan mereka? Menerima pilihan mereka yang jelas-jelas bertentangan dengan isi Al-Qur'an? Apa kita berarti mempertuhankan Al-Qur'an bukan Allah, bila menentang komunitas ini?

Menurut saya yang ilmunya masih sedikit ini, kita mempertuhankan Allah dapat dibuktikan dengan apakah kita mematuhi larangan-Nya dan mejalankan perintah-Nya. Dan semua itu kan sudah jelas tertulis di Al-Qur'an.

Al-Qur'an adalah kitab segala jaman yang diturunkan Allah kepada umat Nabi Muhammad SAW. Tidak ada expired date-nya. Kitab inilah panduan hidup umat Islam, bersama dengan hadist.

Saat ini banyak sekali orang yang mengaku beragama, tapi tidak bisa atau tidak berani tegas membela agamanya sendiri. Tegas, tidak berarti harus dengan kekerasan ya. Tapi tegas dalam mengatakan benar atau salah, sesuai dengan keyakinan agamanya. Bukan dengan dalih demi kerukunan jadi mengaku "netral".

Bukan berarti untuk menciptakan kerukunan kita harus satu kepala. Semua sama, sepemikiran. Tidak perlu memilih netral untuk menciptakan kedamaian. Cukup dengan menjalani apa yang kita yakini (baca: agama) dan mematuhi norma yang berlaku di masyarakat, serta menghargai perbedaan yang ada.

Takut dibilang "garis keras" bila keukeuh membela agama, maka memilih netral? Pilihan yang populer di hadapan manusia biasanya adalah pilihan yang tidak populer di hadapan Allah. Mau pilih yang mana?

Saya sih memilih yang tertulis dalam Al-Qur'an dan hadist saja. Apa yang saya imani, itulah yang saya jalani, insyaa Allah. Apapun konsekuensinya.

No comments: