Bermula dr bbm seorang teman yang menanyakan, apakah benar di sekolah anak saya, uang spp-nya naik setiap tahunnya. Karena kalau iya, dia merasa keberatan menyekolahkan anaknya di situ. FYI, teman saya ini baru akan memasukkan anaknya di sekolah yang sama dengan z, pada tahun ajaran baru nanti. Hampir keluar tanduk waktu membacanya. Setahu saya, teman saya itu punya hobi belanja barang branded. Ini bisa dilihat dari status-status fb-nya yang kebanyakan sedang mengincar barang merk A di mall B atau lagi ikutan midnight sale di mall C.
Saya coba menarik nafas pelan-pelan beberapa kali sebelum menjawab, supaya tidak emosi jiwa. Memang benar uang spp selalu naik, tetapi tidak sampai 100ribu tiap tahunnya. Dari kelas 1 sampai kelas 4 ini kenaikannya 180rb, atau sekitar 60rb/th. Dengan adanya inflasi, uang spp sekarang dengan 6 tahun lagi, tentu berbeda. Jadi menurut saya, wajar saja kalau ada kenaikan selama jumlahnya masih tidak melampaui inflasi. Tetapi teman saya malah berdalih, apakah mutunya sesuai dengan harganya? Saya jawab, kalau soal mutu, cari tahu sendiri. Jangan hanya mendengar dari saya. Tidak fair. Bisa saja saya menjelek-jelekkan atau malah sebaliknya, meninggi-ninggikan mutu sekolah tidak sesuai keadaan yang sebenarnya. Masih tetap ngotot, teman saya bilang, apa wajar uang sekolah segitu? Hadeeeeehhh cape deeeehh (ˇ_ˇ'!l)
Setiap orang, pasti punya persepsi sendiri tentang pendidikan yang tepat bagi anak-anaknya. Ada yang suka sekolah dengan disiplin tinggi, ada yang suka dengan sekolah murah bahkan nyaris gratis, dan ada juga yang justru mencari sekolah termahal dengan harapan anaknya jadi pintar dengan bersekolah di situ tanpa merasa perlu mengajarinya lagi di rumah.
Dalam memilih sekolah, yang kami perhatikan ada 3 faktor, yaitu: mutu, lokasi dan pendapat anak. Mutu, tidak hanya prestasi akademiknya, tetapi juga meliputi perilaku (tutur kata dan sikap) seluruh karyawan sekolah. Lokasi, harus berada tidak jauh dari rumah kami. Sedangkan pendapat anak juga sangat penting karena dialah yang akan bersekolah di sana, bukan orangtuanya. Di sekolah anak saya ini, ketiga faktor tersebut sudah memenuhi harapan kami. Bonusnya, mereka menerapkan sistem no homework. Jadi ketika tahu harga yang dibayar untuk dapat belajar di situ tidak murah, kami hanya memasrahkan ke Tuhan. Kalau itu memang rezeki anak kami, maka di sanalah dia akan sekolah. Kalau tidak, ya terpaksa di sekolah lain yang masih termasuk kriteria sekolah pilihan kami.
Begitu juga dengan prioritas. Ada orangtua yang memprioritaskan keinginan anak daripada mutu sekolahnya, misalnya anak ingin sekolah di sekolah A karena banyak teman-teman sepermainannya bersekolah disana, maka anaknya disekolahkan di sana. Ada orangtua yang memprioritaskan menyenangkan anaknya daripada memberikan pendidikan yang baik, misalnya dengan memberikan mainan dan barang-barang trendy yang digemari anak, tapi untuk pendidikannya dipilih sekolah yang mutunya biasa saja agar tidak membebani si anak.
Bagi saya dan hubby, pendidikan anak adalah pos terpenting dalam pengeluaran kami, oleh karenanya alokasinya terbesar dari pos-pos lainnya. Tidak masalah bagi kami tidak mengganti mobil dalam 5 tahun, asal anak-anak mendapatkan pendidikan di tempat terbaik, selama kami mampu. Mungkin kami bukan tipe orangtua yang kalau wiken membawa anaknya ke mal, beli baju atau mainan baru minimal dua minggu sekali, atau makan enak di restoran sering-sering. Kami percaya, ada banyak cara membahagiakan anak tanpa mengajari mereka menjadi konsumtif. Memberikan pendidikan yang baik pada anak adalah kewajiban orangtua, tapi menyediakan barang-barang mahal, tidak.
Jangan salah loh, di sekolah-sekolah negeri bersubsidi itu, murid-muridnya malah banyak yang bawa hp canggih ke sekolah! Saya tidak habis pikir kalau melihat ada mobil mewah mengantar anak sekolah di sekolah negeri. Rasanya sama anehnya dengan melihat mobil mewah mengisi bensin premium. Bukankah sesuatu yang bersubsidi itu pantasnya hanya dinikmati oleh mereka yang memang pantas disubsidi?
Jadi, lain orang, lain prioritasnya. Itu semua terserah anda sebagai orangtua. Lebih penting mana, pendidikan atau tas? (•͡˘˛˘ •͡)
Powered by Telkomsel BlackBerry®