Bela Islam

Berawal dari seorang Basuki Tjahaja Purnama saat kunjungannya ke Kabupaten Kepulauan Seribu pada Selasa 27 September 2016mengatakan,

"… Jadi jangan percaya sama orang, kan bisa aja dalam hati kecil bapak ibu nggak bisa pilih saya, ya kan. Dibohongin pakai surat al Maidah 51, macem-macem itu. Itu hak bapak ibu, jadi bapak ibu perasaan nggak bisa pilih nih karena saya takut masuk neraka, dibodohin gitu ya.."

maka kemudian umat Islam bereaksi atas ucapannya tersebut yang dinilai telah menistakan Islam. Loh, kenapa dibilang menistakan Islam? Apa yang salah dengan ucapannya itu?

Pertama, Al-Qur'an itu berisikan firman Allah. Bagaimana mungkin isinya dipakai untuk membohongi orang? Kedua, saat seseorang non muslim mengomentari ayat suci umat Islam, dia sudah melampaui batas karena artinya dia sudah menyinggung SARA (Suku, Agama Ras, Antar golongan).

Awalnya, sang Gubernur masih membela diri. Katanya dia tidak bermaksud melecehkan, hanya tidak suka mempolitisasi ayat suci. Tapi kemudian dia bersedia meminta maaf setelah melihat reaksi masyarakat.

Lalu kenapa masyarakat Islam tetap menuntut agar masalah ini dibawa ke ranah hukum? Karena, kalau penistaan agama yang dilakukan seorang pejabat negara seperti ini dibiarkan lolos dari jerat hukum, maka akan jadi preseden buruk di negara kita ini.

Kalau dibiarkan lolos, bisa jadi di masa mendatang, penistaan agama dianggap masalah biasa dengan alasan "freedom of speech" atau kebebasan berbicara. Itulah sebabnya kenapa walau yang berbuat sudah meminta maaf, proses hukum tetap harus berjalan.

Bagaimana kita menyikapi masalah penistaan agama, memang sangat tergantung pada kadar keimanan kita. 

Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah memuliakan suatu kaum (pencinta, pejuang dan pembelanya) dan menghinakan mereka (lalai, tidak peduli) karena sikap mereka kepada Allah" (HR Muslim).

Namun demikian, sebagai umat Islam kita juga tidak boleh mendzolimi orang lain. Lalu harus bagaimana?

Islam itu kan agama rahmatan lil 'alamin, pembawa rahmat bagi semesta alam, agama kasih sayang. Jadi tidak perlu lakukan aksi kekerasan atau anarkis untuk mengawal kasus ini agar tetap berjalan proses hukumnya.

Kita masih bisa melakukan berbagai aksi damai untuk meminta perhatian dari para pemimpin negeri akan kasus ini. Penista agama harus diadili dan diberikan sanksi hukum.

Salah satu caranya adalah dengan ikut aksi Bela Islam yang insyaa Allah akan diadakan pada tanggal 4 November 2016 nanti. Aksi ini akan dimulai dengan shalat Jumat di mesjid Istiqlal dan dilanjutkan dengan long march ke istana negara.

Yang tidak bisa ikutan, masih ada banyak cara untuk berpartisipasi pada 4 November 2016 nanti. Bisa ikut jadi petugas kebersihan, penjaga taman, dapur umum, donatur dan sebagainya.

Ayo kita bela Islam, agama kita!

ALLAHU AKBAR !!!!


Baca juga:

http://m.detik.com/news/berita/d-3318150/mui-nyatakan-sikap-soal-ucapan-ahok-terkait-al-maidah-51-ini-isinya

http://www.smstauhiid.com/berita/pernyataan-sikap-aagym-terhadap-pidato-ahok/

http://m.republika.co.id/berita/nasional/politik/16/10/31/ofvuqy377-aa-gym-akan-ikut-aksi-tuntut-ahok-pada-4-november

Za's Project

Suatu malam, hubby pulang dari sebuah acara membawa oleh-oleh souvenir berupa sajadah. Souvenir dikemas dalam plastik berbentuk silinder tingginya sekitar 35cm.

"Buat adek ya, Yah" pinta Za.
"Sajadahnya? Kegedean, dek" jawab ayahnya.
"Bukan, bungkusnya aja kok" jelas Za lagi.

Setelah dikasih, Za kemudian mengambil gunting, salotip dan spidol. Sepertinya Za ingin membuat sesuatu dari kemasan souvenir itu. Serius sekali mengerjakannya, sampai saat jam sudah menunjukkan pukul 9 malam pun, Za masih asyik berkutat dengan pekerjaannya.

Saya hampir ketiduran waktu dibangunkan Za yang ingin menunjukkan hasil karyanya.

"Taraaaa... Udah jadi, Bun."
"Apa itu, Dek? Celengan?"
"Iya, celengan untuk charity. Bunda mau nyumbang? Berhadiah ke surga loh, Bun" rayunya.

Lalu dia mengulang kata-kata yang sama ke ayah dan abangnya. Malam itu celengannya sudah terisi beberapa lembar uang kertas dan logam hasil 'malak' dari kami 😁

"Kapan penuhnya ya kalau tiap hari diisi segini?" tanya Za sambil mikir.

"Kalau mau cepat penuh, gimana kalau Adek jualan? Bunda bikinin apa gitu, kamu yang jual di sekolah" usul saya.

"Jual puding atau kue aja, Bun. Nanti kakak bantuin jualan juga" celetuk Zu.

"Boleh, tapi nanti hasilnya bagi 2 ya. Untuk Kakak dan Adek charity di tempat yang kalian pilih"

Begitulah awal mula "Za's project". Saya buatkan puding dalam cup plastik kecil yang kemudian dijual Zu dan Za di sekolah seharga Rp.3.000/cup. Teman-teman dan guru di sekolah yang jadi pelanggan tetapnya.

Alhamdulillah, biasanya dalam seminggu bisa terjual 40-60 cups. Sekarang Za's project sudah berjalan hampir sebulan dan celengan charity Za sudah hampir penuh.

Selain jualan, Za juga menemukan beberapa cara lain untuk mengisi celengan charity-nya. Diantaranya, dengan menyisihkan sebagian dari uang jajannya yang hanya Rp.10.000/minggu, upah parkir dari membantu ayahnya parkir mobil di garasi, upah dari abangnya karena membantu membersihkan kamar dan masih banyak lagi cara lain hasil ide Za sendiri.

Lucunya, Za tidak pernah minta upah kalau bantuin saya menyapu atau membersihkan meja makan. Katanya, "Kan Bunda udah bikinin puding, jadi gausah bayar" 😉

Barakallah, za 😇 😘

Bukti Mempertuhankan Allah

Di sebuah forum, seseorang memposting foto seorang ulama besar Indonesia yang sudah wafat dengan tulisan yang menyertai foto tersebut sebagai berikut:

"Jika kamu membenci orang karena dia
tidak bisa membaca al-Qur'an, berarti
yang kamu pertuhankan itu bukan Allah, tapi al-Qur'an.

Jika kamu memusuhi orang yang 
berbeda Agama dengan kamu, berarti
yang kamu pertuhankan itu bukan
Allah, tapi Agama.

Jika kamu menjauhi orang yang
melanggar moral, berarti yang kamu
pertuhankan bukan Allah, tapi moral.

Pertuhankanlah Allah, bukan yang
lainnya. Dan pembuktian bahwa kamu
mempertuhankan Allah, kamu harus menerima semua makhluk. Karena
begitulah Allah."

Lalu sebagai member forum tersebut, saya jadi penasaran. Maka saya bertanya,

"Lalu bagaimana dg nabi dan rasul yg berperang melawan orang kafir? Apa mereka berarti tidak mencintai Allah? #seriusnanya ."

Dijawab oleh yang posting tadi, "Saya hanya menyitir ucapan para tokoh yang mengajak kerukunan. Maaf bila tidak berkenan 🙏 ."

Sebenarnya, saya bertanya karena memang tidak mengerti apa hubungannya dengan "pembuktian bahwa kita mempertuhankan Allah adalah dengan menerima semua makhluk".

Benarkah kerukunan dapat tercipta dengan cara menerima semua makhluk? Bagaimana dengan makhluk yang merusak, dalam hal ini merusak akidah atau agama, atau yang bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat timur seperti di Indonesia?

Contohnya, para pelaku maupun pendukung LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual and Transgender)? Apakah kita harus menerima keberadaan mereka? Menerima pilihan mereka yang jelas-jelas bertentangan dengan isi Al-Qur'an? Apa kita berarti mempertuhankan Al-Qur'an bukan Allah, bila menentang komunitas ini?

Menurut saya yang ilmunya masih sedikit ini, kita mempertuhankan Allah dapat dibuktikan dengan apakah kita mematuhi larangan-Nya dan mejalankan perintah-Nya. Dan semua itu kan sudah jelas tertulis di Al-Qur'an.

Al-Qur'an adalah kitab segala jaman yang diturunkan Allah kepada umat Nabi Muhammad SAW. Tidak ada expired date-nya. Kitab inilah panduan hidup umat Islam, bersama dengan hadist.

Saat ini banyak sekali orang yang mengaku beragama, tapi tidak bisa atau tidak berani tegas membela agamanya sendiri. Tegas, tidak berarti harus dengan kekerasan ya. Tapi tegas dalam mengatakan benar atau salah, sesuai dengan keyakinan agamanya. Bukan dengan dalih demi kerukunan jadi mengaku "netral".

Bukan berarti untuk menciptakan kerukunan kita harus satu kepala. Semua sama, sepemikiran. Tidak perlu memilih netral untuk menciptakan kedamaian. Cukup dengan menjalani apa yang kita yakini (baca: agama) dan mematuhi norma yang berlaku di masyarakat, serta menghargai perbedaan yang ada.

Takut dibilang "garis keras" bila keukeuh membela agama, maka memilih netral? Pilihan yang populer di hadapan manusia biasanya adalah pilihan yang tidak populer di hadapan Allah. Mau pilih yang mana?

Saya sih memilih yang tertulis dalam Al-Qur'an dan hadist saja. Apa yang saya imani, itulah yang saya jalani, insyaa Allah. Apapun konsekuensinya.